Awalnya, pemerintah Israel tak menyadari fenomena itu sampai akhirnya pemasangan gambar buah semangka atau benda apapun yang memiliki unsur warna bendera Palestina ikut dilarang.
Sampai-sampai, mengutip The National, pejabat Israel pada tahun 1980 menutup 79 galeri di Ramallah setelah adanya karya seniman berupa gambar, lukisan, benda, dan benda lain yang didapati unsur bendera Palestina.
Kepolisian Israel juga pernah menangkap puluhan pemuda yang membawa irisan buah semangka di Jalur Gaza.
Selang 13 tahun kemudian, Oslo Accords atau Kesepakatan Oslo mencabut larangan tersebut sekaligus kesepakatan penyelesaian konflik Israel-Palestina.
Palestina dalam perundingan itu diwakili Palestinian Liberation Organization (PLO).
Buah Semangka Jadi Simbol Perlawanan Palestina
Buah semangka menjadi simbol perlawanan Palestina kembali muncul pada 2007 ketika pengadilan di Israel menetapkan penggusuran warga Palestina dari Sheikh Jarrah, Yerusalem.
Lalu berlanjut pada peristiwa Intifada Kedua pada 2021, dan pada Januari 2023 Kementerian Keamanan Nasional Israel memberlakukan penyitaan bendera Palestina di instansi yang dibiaya pemerintah.
Gelombang protes terus bergema, hingga banyak gambar buah semangka muncul di mana-mana, termasuk taksi di Tel Aviv.
"Kami akan selalu menemukan cara menghindari larangan dan tak akan berhenti berjuang untuk kebebasan berekspresi dan demokrasi," kata Direktur Zazim (Organisasi Masyarakat Arab-Israel), Raluca Ganea.
Media Al Jazeera beberapa waktu lalu menyampaikan, buah semangka sejak lama menjadi identitas perlawanan warga Palestina.
Bukan cuma buah semangka, melainkan buah-buahan lain yang memiliki warna serupa bendera Palestina juga dijadikan simbol.
Amal Saad, seorang warga Palestina dari Haifa yang bekerja dalam kampanye Zazim, mengatakan dukungan terus mengalir.
Sedikitnya, 1.300 aktivis menjadi donatur perjuangan Zazim yang di antaranya untuk penyimpanan buah semangka atau penyebaran kaos dengan simbol semangka terbelah.