Ekonomi Global di Ambang Kehancuran, Inflasi Meledak Imbas Konflik Timur Tengah

Minggu 29-06-2025,10:05 WIB
Reporter : Bianca Khairunnisa
Editor : Marieska Harya Virdhani

Ia menambahkan, jika skenario perang skala luas benar-benar terjadi, maka pengiriman logistik akan terganggu parah.

Penutupan jalur energi utama dunia akan mengerek biaya distribusi dan memperpanjang siklus produksi di berbagai negara.

“Konsumen di hampir semua negara akan terpaksa mengurangi belanja. Perusahaan-perusahaan pun menunda investasi, dan kepercayaan pelaku usaha bisa jatuh drastis. Banyak proyek infrastruktur dan ekonomi berskala besar kemungkinan besar akan dibatalkan,” lanjutnya.

BACA JUGA:ASITA Soroti Harga Tiket Mahal dan Konflik Global: Jakarta Harus Jadi Destinasi, Bukan Sekadar Transit

Dampak jangka pendek ini juga bisa menjadi pemicu resesi global.

Menurut simulasi ekonomi NiGEM, kenaikan 10 persen biaya angkut laut akan berkontribusi pada lonjakan inflasi konsumen sebesar 0,5 poin persentase.

Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah efek jangka panjangnya.

Sejumlah studi memperkirakan bahwa perang global akan mendorong negara-negara meningkatkan anggaran militer secara drastis, mengorbankan investasi pada infrastruktur dan produktivitas.

“Banyak pemerintah akan melewati batas defisit untuk membiayai perang. Jika ekonomi dunia yang sudah lesu dipaksa menanggung beban ini, maka resesi berkepanjangan bukan hanya kemungkinan, tapi hampir pasti terjadi,” imbuh Achmad.

Jika kondisi terus memburuk, bukan tak mungkin kita menghadapi krisis energi baru.

Apalagi jika negara-negara OPEC kembali memangkas produksi seperti pada krisis minyak tahun 1973, yang menyebabkan lonjakan inflasi global dan resesi tajam.

Kategori :