Puluhan Petani Sawit dari Berbagai Wilayah Indonesia Diboyong PalmCo ke Jakarta di Momen Kemerdekaan RI

Senin 18-08-2025,08:16 WIB
Reporter : Reza Permana
Editor : Reza Permana

Menurutnya, Indonesia tidak boleh terlena dengan status sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

“Tingkat pertumbuhan per tahun CPO Indonesia selama rentang 5 tahun terakhir cenderung stagnan. Hanya 1,04 persen. Itu di bawah CAGR minyak nabati lain seperti kedelai (soybean) di 2,98 persen atau bahkan rapeseed yang mampu menembus 6,25 persen," terangnya.

"Kedudukan sawit sebagai yang terproduktif dan termurah, sangat berpotensi disalip komoditas lain. Dan itu tentunya akan berisiko, tidak hanya bagi industri sawit nasional itu sendiri, namun juga untuk ekonomi bangsa hingga kesejahteraan petaninya,” paparnya.

BACA JUGA:Dipecundangi Arsenal di Old Trafford, Ruben Amorim: Saya Tetap Bangga Kok

BACA JUGA:Nomor WA Kamu Dikirim Saldo DANA Gratis Rp250.000 Hari Ini, Klaim Lewat 5 Cara Mudah Berikut!

“Maka, sebagai anugerah yang diberikan tuhan bagi Indonesia, sawit sangat perlu dikelola agar manfaat besarnya mampu terus terpelihara. Itu tugas kita bersama untuk meningkatkan produktivitas sawit nasional secara berkesinambungan," jelas Jatmiko.

Jatmiko menyampaikan dengan demikian sehingga kedaulatan pangan dan energi yang menjadi salah satu cita-cita pendiri bangsa ini, dapat diwujudkan bersama-sama.

Lebih jauh, Jatmiko menegaskan program Peremajaan Sawit Rakyat yang dicanangkan pemerintah bisa menjadi game changer dalam mendongkrak produksi minyak sawit nasional.

Kerena kebun sawit rakyat yang secara komposisi memiliki porsi terbesar dari luas perkebunan sawit di Indonesia, produktivitas CPO-nya berada jauh dibawah pelaku sawit lain akibat usia tanaman yang sudah tua.

BACA JUGA:Bebas Melintas! Aturan Ganjil Genap Jakarta Hari Ini 18 Agustus 2025 Ditiadakan, Cuti Bersama HUT ke-80 RI

BACA JUGA:Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini 18 Agustus 2025 saat Cuti Bersama Hujan Ringan, Liburan di Rumah

“Sawit rakyat protasnya hanya berkisar di 2 - 3 ton CPO/Ha/tahun. Terkendala akibat usia tanaman yang kebanyakan tua bahkan renta. Tapi realisasi PSR nasional sebagai solusinya, ternyata sangat jauh dari sasaran. Rata-rata dibawah 50 persen pertahun. Itu kenapa penting bagi kita bersama untuk memperluas dan mengakselerasi PSR,” ucapnya.

Mantan Direktur Utama PTPN V yang sekarang disebut PTPN IV Regional III itu kemudian mengakui bahwa pihaknya memiliki tugas khusus mengenai PSR, yang sejatinya nyata dijalankan secara konsisten sejak dirinya memimpin PTPN V Riau tahun 2019 silam.

“Ada berbagai ‘jalan’ yang kami siapkan dalam program yang disebut PTPN untuk sawit rakyat. Pertama, jika ingin bermitra penuh dengan single manajemen, bisa. Kedua, ingin membeli bibit (sawit unggul bersertifikat) saja secara swadaya, juga bisa," tambahnya.

"Adapun yang ketiga, offtaker dengan pendampingan perusahaan, dimana kita tetap membantu mengurusi PSR nya, bisa. Dan terakhir, memberikan pelatihan-pelatihan kepada petani dan kelembagaannya,” terang Jatmiko.

BACA JUGA:Klaim DANA Kaget untuk Terima Saldo DANA Gratis Rp231.000 Pagi Ini, Cek Syarat Ambilnya

Kategori :