“Lomba Kolintang PYC menghadirkan terobosan baru dengan memberikan ruang bagi para pemain Kolintang untuk menampilkan kemampuan interpretasi musik klasik Peter I. Tchaikovsky: Piano Concerto No. 1, sekaligus lagu nasional dalam format ansambel,” jelas dia.
BACA JUGA:Diakui UNESCO, Ponorogo Bangun Monumen Reog dan Museum Peradaban
Disebutkan, kehadiran para juri lintas disiplin ilmu pengetahuan, menjadikan kompetisi ini tidak hanya prestisius, tetapi juga membuka ruang dialog musikal antara tradisi dan modernitas.
Melalui kompetisi bergengsi ini, PYC berupaya menjawab tantangan regenerasi dan apresiasi pada musik tradisional, di tengah derasnya arus modernisasi.
“Lomba ini kami persembahkan bagi kelompok Kolintang di seluruh Indonesia, dengan harapan dapat mendorong tumbuhnya bibit-bibit musisi Kolintang baru, membuka ruang apresiasi bagi masyarakat, menjaga keberlangsungan Kolintang sebagai warisan budaya tak benda UNESCO, dan menghadirkan kolintang ke panggung musik internasional,” tutur Lis.
Sementara itu, Ketua Umum PYC, Dr Filda Citra menyatakan bahwa kompetisi yang dilaksanakan terdiri atas dua tahap.
BACA JUGA:Bangga! Alat Musik Kolintang Resmi Jadi Warisan Budaya Takbenda yang Diakui UNESCO
Tahap pertama adalah Seleksi Video, yang menggunakan sistem eliminasi sehingga terpilih lima finalis. Tahap kedua adalah Final.
Kelima finalis akan adu kemampuan dan keterampilan untuk menjadi kelompok terbaik.
Pada kesempatan itu, Filda secara khusus mengajak seluruh elemen masyarakat, pelaku seni, pemerhati budaya, dan generasi muda untuk mendukung upaya pelestarian Kolintang melalui kompetisi berhadiah Rp100 juta bagi pemenang.
“Kami bangga dapat menghadirkan musik klasik dalam format Kolintang. Ajang ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam perjalanan musik tradisional Indonesia, di tingkat nasional maupun internasional,” kata Filda.