Dikeplak Guru dan Disinggung Soal Ibunya, Siswa SD di Bekasi Menangis Trauma Masuk Sekolah

 Dikeplak Guru dan Disinggung Soal Ibunya, Siswa SD di Bekasi Menangis Trauma Masuk Sekolah

Ilustrasi. Menangis jangan ditutupi karena manfaat untuk kesehatan--Pixabay

BEKASI, DISWAY.ID-Seorang siswa SDN Kayuringin III BEKASI Barat mogok sekolah karena takut kepada sang guru. 

Siswa SD kelas 2 berinisial RM itu mengaku telah dikeplak dan disinggung soal keberadaan sang ibu oleh guru kelas karena tidak lancar mengerjakan tugas sekolah.

Orang Tua RM, Khoirudin menceritakan kejadian yang menimpa anaknya. 

“Waktu saya bekerja, anak saya telepon sambil menangis, dia bilang kepalanya dikeplak (pukul) sebanyak dua kali oleh gurunya,” kata Khoirudin, Selasa 31 Mei 2022.

Menurut Haerudin, anaknya juga mendapat kata-kata kasar menyinggung keberadaan ibu RM. Ibu RM kata Haerudin memang tidak tinggal bersama mereka. "Sedang berada di Jawa," kata Khoirudin.

“Anak saya bilang dia tidak mau bersekolah lagi, dia trauma, dia bilang takut sama gurunya makanya tidak mau bersekolah,” tambahnya. 

BACA JUGA:Ada Car Free Day Minggu Ini, Semua Akses Jalan Ahmad Yani Kota Bekasi Ditutup

Khoirudin mengaku menyayangkan perilaku guru SD yang seharusnya menjadi orang tua pengganti selama di sekolah tugasnya mendidik, membina dan mengayomi murid, tidak peduli latar belakang si murid. 

“Apa tidak bisa dengan cara lain, misalkan dengan menasehati atau memberikan hukuman disiplin tanpa harus disertai dengan hal-hal yang mengandung kekerasan fisik. Ini kan berdampak ke anak saya, dia jadi takut masuk sekolah lagi,” ungkap Khoirudin. 

Sementara Guru SDN Kayuringin III yang dimaksud saat ditemui untuk dikonfirmasi mengaku, dia tidak mengeplak atau membully RM. 

BACA JUGA:Ratusan Pejabat ASN Kota dan Kabupaten Bekasi Dilantik Plt

Menurut dia, tangannya hanya menyentuh kepala RM, menasehati RM agar tidak menyontek temannya. 

“Jadi begini, dia itu belum bisa baca, terus dia (RM) jarang masuk. Jadi saya dudukan di depan saya. Jadi waktu dikte itu yang lain sudah sampai nomor 5, dia baru nomor 1, dikit-dikit tengok kiri (ke temannya), saya cuma giniin (mencontohkan ke guru lain), saya colek di situ supaya jangan melihat ke yang lain. Lagian di situ juga banyak saksi, coba tanya sama murid yang lain, kok tiba-tiba dibilang saya geprek (ngeplang),” ujarnya.

Saat ini pihak sekolah berharap dapat bertemu dengan korban dan orangtuanya untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: