Pengakuan Pelaku Penembakan Shinzo Abe: Awalnya Saya Kesulitan untuk Masuk

Pengakuan Pelaku Penembakan Shinzo Abe: Awalnya Saya Kesulitan untuk Masuk

Terduga pelaku penembakan mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe ditangkap.-ist/radarmajalengka.com-

JAKARTA, DISWAY.ID - Tetsuya Yamagami mengaku, bahwa awalnya, ia berencana membunuh mantan perdana menteri Jepang, Shinzo Abe menggunakan peledak saat menghadiri acara di Okayama.

"Saya berencana membunuh mantan PM di sana (Okayama, tapi saya lihat ada prosedur pendaftaran di pintu masuk dan saya rasa akan sulit untuk masuk," ungkap Yamagami kepada penyelidik, berdasarkan laporan NHK yang dikutip CNN.

Merasa sulit untuk masuk, Yamagami akhirnya memutuskan untuk melancarkan aksinya di Nara, di mana Abe dijadwalkan berpidato kampanye di dekat Stasiun Yamato Saidaiji pada Jumat 8 Juli 2022.

"Rekaman kamera pengawas merekam saat Yamagami meninggalkan Stasiun Yamato-Saidaiji setelah menumpangi kereta menuju acara Abe," kata Kepolisian Prefektur Nara mengatakan kepada CNN.

BACA JUGA:Rusia Bombardir Wilayah Donbas, 15 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terperangkap Puing

Pembunuhan ini pun menimbulkan tanda tanya terkait keamanan di Jepang, terutama protokol penjagaan pejabat di Negeri Matahari Terbit.

Kepala Kepolisian Prefektur Nara, Tomoaki Onizuka, mengakui bahwa pengamanan Abe memang buruk sampai-sampai mantan PM itu bisa ditembak hingga tewas saat sedang berkampanye.

"Tak bisa dimungkiri, ada masalah dengan langkah penjagaan dan pengamanan untuk mantan perdana menteri Abe," ujar Kepala Kepolisian Prefektur Nara, Tomoaki Onizuka, seperti dilansir AFP.

"Selama bertahun-tahun sejak saya menjadi polisi pada 1995, tak pernah ada penyesalan, tak ada penyesalan yang lebih besar dari ini," sambungnya.

BACA JUGA:Pengakuan Pelatih Thailand soal Tudingan 'Main Mata' dengan Vietnam: Setelah Kami Cetak Gol...

Reuters melaporkan, para pejabat di Jepang biasanya bepergian dengan protokol pengamanan yang tak begitu ketat.

Tim pengaman biasanya hanya mengandalkan intimidasi fisik, tanpa dilengkapi persenjataan untuk melindungi sang pejabat dari ancaman serangan, seperti yang biasa terlihat di Amerika Serikat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: