Barcelona di Bawah Laporta: Belanja Besar Pemain dan Bom Waktu Menuju Kebangkrutan

Barcelona di Bawah Laporta: Belanja Besar Pemain dan Bom Waktu Menuju Kebangkrutan

Barcelona FC-Sportify -disway.id

JAKARTA, DISWAY.ID - Klub super Eropa agak mirip seperti bank. Mereka kurang bertanggung jawab dengan uang yang ada, seperti yang terjadi dengan Barcelona dengan belanja besar pemain yang berisiko kebangkrutan.

Dalam dunia ekonomi, gambarannya adalah bahwa bank-bank tertentu tidak boleh dibiarkan bangkrut, tidak peduli seberapa buruk mereka dijalankan.

Seperti yang kita lihat saat adanya resesi, beberapa pemerintah memutuskan untuk campur tangan ketika sebuah bank berada di ambang kebangkrutan, menawarkan dukungan keuangan untuk memastikan bahwa mereka dapat melanjutkan aktivitas.

Apa yang dilakukan oleh pemerintah memang bisa dipahami, setidaknya sampai tingkat tertentu. Itu ibarat bom waktu.

BACA JUGA:Dear Barcelona, De Jong Mau Pergi Tapi Buka ke Klub ‘Ngawur’ Sepeti MU, Ini Tujuannya

Sementara bank hanya bisa menyalahkan diri mereka sendiri atas posisi berbahaya karena salah urus yang parah, kejatuhan kolektif mereka bisa dibilang membuat situasi yang mengerikan bahkan lebih buruk dari kebanyakan orang, menciptakan kekacauan ekonomi.

Namun, ada beberapa masalah dengan mengadopsi pendekatan 'TBTF'. Sebagai permulaan, seperti yang ditunjukkan oleh mantan Ketua Federal Reserve, Ben Bernanke. 

Perusahaan yang terlalu besar untuk gagal atau bahasa Inggrisnya Too-big-to-fail (TBTF) akan cenderung mengambil lebih banyak risiko daripada yang diinginkan, dengan harapan bahwa mereka akan menerima bantuan jika perjudian mereka gagal. Dan inilah yang terjadi pada Barcelona sekarang ini.

Josep Maria Bartomeu jadi terkenal karena menguji teori 'TBTF', meninggalkan Barca di ambang kebangkrutan setelah masa kepresidenannya yang ditandai dengan pengeluaran yang sangat besar dan berlebihan.

BACA JUGA:Frenkie de Jong Ketahuan Beri Like Komentar yang Menjelek-jelekkan Barcelona di Medsos

Kecerobohannya berkelanjutan. Ia mengeluarkan dana lebih dari €1 miliar untuk urusan transfer antara 2014 dan 2019 yang terbukti sepenuhnya sia-sia, hanya merekrut dua pemain bagus selama waktu itu.

Selain itu, Bartomeu juga dengan arogan mengabaikan saran La Liga bahwa seharusnya klub tidak boleh menghabiskan lebih dari 70 persen pendapatan tahunan untuk anggaran gaji.

“LFP dan UEFA membuat rekomendasi tetapi tidak ada yang menetapkan batas gaji. Kami berada di atas batas rekomendasi namun yang penting adalah kesinambungan. Kami mampu mengatasinya,” ungkapnya.  

Ternyata mereka tidak bisa mengatasinya. Pandemi malah memperburuk keadaan Barca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: goal