Daya Tawar Indonesia di Tengah Tarif Dagang Trump, Ekonom: Kita Punya Modal yang Bisa Dimainkan

Daya Tawar Indonesia di Tengah Tarif Dagang Trump, Ekonom: Kita Punya Modal yang Bisa Dimainkan

Menurut Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, Indonesia sesungguhnya memiliki modalitas dan daya tawar yang, jika dimainkan dengan strategis, dapat membuka jalan menuju sebuah kesepak-ChatGPT-

JAKARTA, DISWAY.ID - Ditengah-tengah ancaman dari dampak yang ditimbulkan oleh tarif dagang Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Pemerintah Indonesia kini tengah berupaya untuk merumuskan langkah strategis yang tepat guna merespons kebijakan tarif tersebut.

Bukan tanpa alasan, penerapan tarif dagang sebesar 32 persen terhadap barang-barang impor, termasuk dari Indonesia, tersebut adalah sebuah realitas yang perlu diantisipasi dengan cermat. 

Namun menurut Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, Indonesia sesungguhnya memiliki modalitas dan daya tawar yang, jika dimainkan dengan strategis, dapat membuka jalan menuju sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan atau "win-win solution" dengan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Trump. 

BACA JUGA:Update Klasemen Sementara Grup C Piala Asia U-17 2025: Piala Dunia, Kami Datang!

BACA JUGA:Prabowo Temui Investor hingga Ekonom, Bahas Kondisi Ekonomi Global Siang Ini

"Pertanyaannya bukan lagi apakah Indonesia memiliki daya tawar, melainkan bagaimana mengoptimalkannya dalam lanskap negosiasi yang kemungkinan besar akan bersifat transaksional dan berfokus pada kepentingan nasional Amerika," ujar Achmad ketika dihubungi oleh Disway, pada Senin 7 April 2025.

Menurut Achmad, langkah pertama adalah memahami filosofi di balik potensi kebijakan tarif Trump. Dalam hal ini, endekatan "America First" cenderung melihat perdagangan internasional sebagai arena zero-sum game, di mana keuntungan satu pihak dianggap kerugian bagi pihak lain. 

"Fokusnya adalah pada neraca perdagangan, penciptaan lapangan kerja di dalam negeri, dan pengamanan rantai pasok untuk industri strategis. Kebijakan tarif menjadi alat untuk mencapai tujuan tersebut, memaksa mitra dagang untuk memberikan konsesi atau menghadapi hambatan masuk ke pasar AS," jelas Achmad.

BACA JUGA:HORE! Bansos BLT BBM Tahap 2 Cair Rp600.000 ke Rekening, Cek Status Penerima Pakai NIK KTP di cekbansos.kemensos.go.id

BACA JUGA:Ancelotti Siapkan 'Kartu Truf' Lawan Arsenal, Los Blancos Andalkan David Alaba

"Meskipun pendekatan ini tampak konfrontatif, ia juga membuka celah bagi negara seperti Indonesia," tambahnya. 

Achmad juga menambahkan, pemerintahan Trump secara historis juga menunjukkan preferensi pada kesepakatan bilateral yang bersifat transaksional dan memberikan keuntungan nyata bagi Amerika. 

Menurutnya, jika Indonesia mampu menunjukkan bahwa kerja sama ekonomi dengannya memberikan nilai strategis signifikan bagi AS – melampaui sekadar angka defisit perdagangan – maka ruang negosiasi untuk menghindari atau memitigasi dampak tarif akan terbuka lebar. 

BACA JUGA:Rupiah Melemah, Ekonom Beberkan Ancaman Seperti Ini

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads