Munculnya Komunitas Fantasi Sedarah, Kriminolog: Bukti Gagalnya Pemerintah Lindungi Warga

Munculnya Komunitas Fantasi Sedarah, Kriminolog: Bukti Gagalnya Pemerintah Lindungi Warga

Kriminolog Haniva Hasna menyoroti bermunculannya komunitas Fantasi Sedarah yang menggegerkan publik menjadi bukti bahwa pemerintah gagal memberikan perlindungan kepada warganya, terutama kaum rentan seperti perempuan dan anak-anak.-dok disway-

JAKARTA, DISWAY.ID - Kriminolog Haniva Hasna menyoroti bermunculannya komunitas Fantasi Sedarah yang menggegerkan publik menjadi bukti bahwa pemerintah gagal memberikan perlindungan kepada warganya, terutama kaum rentan seperti perempuan dan anak-anak.

"Ditinjau dari kriminologi kritis dan teori sistem, kasus ini adalah indikator nyata kegagalan negara dalam menjalankan mandat perlindungan," kata Iva ketika dihubungi Disway.id, 19 Mei 2025.

Ia menegaskan bahwa salah satu peran dasar dari negara adalah menjaga warganya dari kejahatan, terutama kaum rentan.

BACA JUGA:Rumah Charlie Chandra Didobrak Polisi, Gufroni: Masuk Lewat Jendela dan Jebol Pintu

BACA JUGA:Kabar Gembira! Dana Bansos PIP Siap Cair Mei 2025 hingga Rp1,8 Juta, Cek Nama Penerimanya di Sini

"Bila komunitas menyimpang dapat tumbuh subur di ruang digital publik tanpa deteksi dini, ini menunjukkan sistem pengawasan dan perlindungan yang rapuh," tandasnya.

Salah satu yang menjadi penyebab adalah kegagalan sistemik dalam pencegahannya.

Hal ini berkaitan dengan minimnya edukasi seksual berbasis perlindungan anak, tidak adanya mekanisme pelaporan yang aman dan ramah korban, serta lemahnya literasi digital pada keluarga menyebabkan anak-anak sangat rentan terekspos.

BACA JUGA:Kemenkes Klarifikasi Atas Dugaan Skandal Ratusan Miliar Kemenkes Temuan BPK Dibocorkan IAW, Kolegium Tidak Ilegal

BACA JUGA:Sinopsis Drama China Youthful Glory Lengkap Daftar Pemain, Cinta Rumit Song Weilong dan Bao Shang En!

Ia juga menyoroti adanya kesenjangan antara hukum formal dan realitas sosial.

"Regulasi mungkin ada, tapi tidak operasional di tingkat lapangan. Banyak aparat belum terlatih menghadapi kejahatan siber berbasis seksual," cetusnya.

Tak berhenti di situ, ia juga menyayangkan bahwa negara acapkali mengabaikan suara korban dan terlalu fokus pada pelaku, penangkapan, dan hukuman.

"Padahal pemulihan korban dan pencegahan penyimpangan melalui edukasi serta regulasi platform digital jauh lebih penting untuk jangka panjang," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads