BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Ekstrem yang Terjadi di Wilayah Jabodetabek, Ini Wilayah yang Harus Siaga!
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati --Anisha Aprilia
JAKARTA, DISWAY.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia khususnya Jabodetabek dalam waktu sepekan ke depan.
Sejumlah langkah antisipasi dilakukan dengan pemangku kepentingan terkait.
"Peringatan dini yang disampaikan BMKG ini terkonfirmasi dengan terjadinya hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dalam beberapa hari terakhir," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring pada Senin, 7 Juli 2025.
Ia menjelaskan bahwa pada Minggu, 5 Juli 2025, tercatat hujan dengan intensitas lebih dari 100 mm per hari yang dikategorikan sebagai hujan lebat hingga sangat lebat terjadi disejumlah wilayah seperti Bogor, Mataram, dan sebagian wilayah Sulawesi Selatan.
"Artinya tidak hanya di Jawa saja, ini berbagai wilayah di Indonesia. Hujan ekstrim tersebut berdampak pada banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang," paparnya.
Ia juga menerangkan pada Senin, 6 Juli 2025 hujan akan kembali terjadi di sebagian besar wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan intensitas tinggi di wilayah puncak, Kabupaten Bogor.
"Dengan intensitas lebih dari 100 mm per hari. Bahkan ada yang mencapai lebih dari 150 mm, terutama yang dari area Puncak (Bogor)," terang Dwikorita
Dwkorita juga menjelaskan untuk wilayah Jakarta dan Tanggerang diprediksi akan terjadi hujan lebat hingga sangat lebat.
"Kondisi tersebut tergolong kategori lebat hingga sangat lebat. Tidak ekstrim ya. Dan menyebabkan genangan air, antrian lalu lintas, serta peningkatan potensi bahan-bahan hidrometeorologi lainnya," jelasnya.
Penyebab Terjadinya Cuaca Ekstrem
Dwikorita menjelaskan bahwa fenomena cuaca ekstrem yang baru-baru ini terjadi karena beberapa faktor atmosfer.
"Jadi hujan yang sangat lebat hingga ekstrim tersebut, merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor atmosfer yaitu lemahnya monsun Australia, dan hangatnya suhu muka laut menyebabkan kelembapan udara tinggi, terutama di wilayah selatan Indonesia," jelasnya.
"Terpantau pula gelombang Kelvin aktif, ini gelombang atmosfer ya, gelombang Kelvin yang aktif melintas di pesisir utara Jawa dan Laut Jawa, disertai perlambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan yang memicu penumpukan masa udara," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
