DPR Desak Kemenhub Investigasi Tenggelamnya KMP, Soroti Kelayakan Mitigasi Tempat Wisata
Insiden tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali menuai sorotan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. -Disway.id/Fajar Ilman-
JAKARTA, DISWAY.ID - Insiden tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali menuai sorotan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Syaiful Huda, mendesak Kementerian Perhubungan untuk segera melakukan investigasi menyeluruh guna mengungkap penyebab kecelakaan yang masih menyisakan 27 korban hilang.
BACA JUGA:Kepercayaan Investor Global Menguat, Transformasi Jadi Fondasi Daya Tarik Saham BBRI
BACA JUGA:Dokter Anak Ungkap Fakta, Penyakit Kulit Jadi pada Bayi dan Balita Bisa Berakibat Fatal
"Investigasi menyeluruh harus dilakukan untuk mengungkap penyebab pasti kejadian ini," ujar Huda di komplek parlemen, Senayan, Selasa 8 Juli 2025.
Huda juga menegaskan pentingnya evaluasi atas sistem pengecekan kelayakan kapal sebelum berlayar.
"Perlu ditelusuri apakah ada kelalaian dalam pemeriksaan kelayakan sebelum keberangkatan," tegasnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa keselamatan transportasi laut tidak boleh lagi dipandang remeh.
"Kita tidak boleh lagi menganggap ini sebagai kejadian biasa. Apalagi, Indonesia adalah negara maritim," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, turut menyoroti lemahnya standar keselamatan di berbagai destinasi wisata Tanah Air.
BACA JUGA:KPU Tunggu Arahan dari DPR RI untuk Tindaklanjuti Putusan MK Soal Pemisahan Pemilu
Ia mendorong perlunya upaya mitigasi sebelum membuka lokasi wisata yang berisiko tinggi kepada publik.
"Ada banyak tempat wisata yang bagus-bagus tetapi tidak cukup aman untuk dikunjungi. Nah tidak cukup aman untuk dikunjungi ini tugas siapa ini? Tugas negara," tegas Lasarus di komplek parlemen, Senayan, Senin 7 Juli 2025.
Lasarus juga mengingatkan bahwa seringkali pihak yang disalahkan ketika terjadi kecelakaan adalah tim penyelamat, padahal mereka bekerja di bawah risiko tinggi.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
