Runtuhnya Menara Masjid Terakhir di Gaza oleh Israel, Masjid Aybaki Rata dengan Tanah, Ribuan Orang Mengungsi
Sebanyak 17 bangunan hunian hancur, termasuk Masjid Aybaki yang berusia ratusan tahun di kawasan Tuffah--Patrika
JAKARTA, DISWAY.ID – Ribuan warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka saat serangan Israel menghancurkan Gaza City dengan intensitas tertinggi dalam dua tahun terakhir.
Setidaknya 91 orang tewas pada Selasa, memaksa penduduk melarikan diri sambil membawa harta benda terakhir mereka, sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut ofensif itu “mengerikan”.
“Gaza sedang terbakar,” kata Menteri Pertahanan Israel Israel Katz melalui X, mengamati kolom van dan gerobak yang dipenuhi perabotan, serta warga berjalan kaki menembus jalanan yang diselimuti asap hitam akibat bangunan yang hancur.
BACA JUGA:Dewan HAM PBB Pastikan Israel Terbukti Lakukan Genosida di Gaza
Banyak warga awalnya bertekad bertahan di kota dilansir dari Patrika.
Namun, ketika serangan udara semakin intensif, meratakan gedung tinggi, rumah, dan fasilitas publik, mereka yang mampu mencari keselamatan bergerak ke arah selatan, tanpa jaminan adanya zona aman.
Pada Selasa, pasukan Israel menewaskan sedikitnya 91 orang, termasuk beberapa yang berada di kendaraan di jalur pantai saat berusaha melarikan diri.
BACA JUGA:Netanyahu Panik! Khawatir Isolasi Ekonomi Israel, Tuduh Negara Arab dan China Terlibat Propaganda
Sebanyak 17 bangunan hunian hancur, termasuk Masjid Aybaki yang berusia ratusan tahun di kawasan Tuffah.
Serangan tidak hanya terjadi di pusat kota; robot pemusnah yang dikerahkan militer Israel menghancurkan sejumlah area di utara, selatan, dan timur kota, dengan masing-masing robot mampu meratakan hingga 20 unit rumah, menurut kelompok hak asasi Euro-Med Monitor.
Diperkirakan sekitar 1 juta warga pernah kembali ke Gaza City setelah fase awal perang dua tahun lalu.
Namun, laporan terbaru menunjukkan sekitar 350.000 orang mengungsi, baik ke pusat kota maupun ke luar kota.
Mereka yang pindah ke selatan menghadapi kondisi sulit, termasuk di kamp al-Mawasi yang sudah padat akibat pengungsian sebelumnya.
Fenomena “displacement balik” terjadi, di mana 15.000 warga kembali ke Gaza City karena kondisi di selatan tidak layak.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
