Sanae Takaichi PM Jepang Wanita Pertama Hanya Tunjuk 2 Perempuan dalam Kabinet, Bakal Lebih Tegas?

Sanae Takaichi PM Jepang Wanita Pertama Hanya Tunjuk 2 Perempuan dalam Kabinet, Bakal Lebih Tegas?

Sanae Takaichi, perdana menteri perempuan pertama Jepang, berupaya memenuhi keterwakilan perempuan.--CNN

JAKARTA, DISWAY.ID - Sanae Takaichi, perdana menteri perempuan pertama Jepang, berupaya memenuhi keterwakilan perempuan.

Namun, ia hanya menunjuk 2 keterwakilan perempuan di dunia politik Jepang.

Ia hanya menunjuk dua perempuan dalam kabinetnya dilansir dari The Guardian. 

Takaichi sebelumnya berjanji akan menghadirkan tingkat keterwakilan perempuan di pemerintahannya yang sebanding dengan negara-negara seperti Islandia, Finlandia, dan Norwegia.

Satsuki Katayama menjadi perempuan pertama yang menjabat sebagai menteri keuangan, bergabung dengan Kimi Onoda yang menjabat sebagai menteri keamanan ekonomi dalam kabinet beranggotakan 19 orang.

BACA JUGA:PM Jepang Wanita Pertama! Bukan Sedan Mewah, Sanae Takaichi Setia dengan Toyota Supra Mk 3

Sebagai perbandingan, di Islandia enam dari 11 anggota kabinet adalah perempuan, termasuk perdana menteri Kristrún Frostadóttir, dan di Finlandia, perempuan menduduki 11 dari 19 posisi kabinet.

Pendahulu langsung Takaichi, Shigeru Ishiba, juga menunjuk dua perempuan ke dalam kabinetnya, sementara rekor tertinggi sejauh ini adalah lima perempuan, pada masa pemerintahan Fumio Kishida sebelumnya.

Takaichi, seorang ultra-konservatif, memimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) yang membentuk koalisi dengan partai kecil berpandangan serupa dalam hal pertahanan dan pandangan revisi sejarah perang.

BACA JUGA:Beri Penghormatan Terakhir untuk mantan PM Jepang Shinzo Abe, Ribuan Warga Jepang Padati Trotoar Jalanan

Ia menyatakan ingin meningkatkan kesadaran tentang kesehatan perempuan dan pernah berbicara tentang pengalamannya sendiri menghadapi menopause.

Namun seperti tokoh politik yang ia kagumi, Margaret Thatcher, Takaichi cenderung berpegang pada konservatisme sosial yang membuatnya populer di kalangan anggota parlemen dan anggota LDP sayap kanan saat mencalonkan diri sebagai ketua partai bulan ini.

Ia menentang perubahan undang-undang abad ke-19 yang mewajibkan pasangan menikah untuk menggunakan nama keluarga yang sama, dengan alasan bahwa membiarkan perempuan mempertahankan nama gadisnya akan “mengikis nilai-nilai keluarga tradisional.”

BACA JUGA:Turut Berduka, Ini Pesan Pilu Susi Pudjiastuti untuk Eks PM Jepang Shinzo Abe: Saya Ingin Sampaikan...

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Close Ads