Kata Andika, dirinya mewakili Pemprov Banten selalu mengingat pesan masyarakat Baduy setiapSeba Baduy bahwa pemerintah dan masyarakat harus selalu menjaga lingkungan alam.
Untuk itu, kata Andika, Seba Baduy bukan hanya persoalan kebudayaan atau pariwisata saja, melainkan persoalan pelestarian lingkungan hidup.
Untuk diketahui, pada tahun ini peserta Seba Baduy hanya perwakilan yakni sekitar 160 warga masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar.
BACA JUGA:Heboh Baliho Raksasa Ajakan Menikah di Klaten: Maya Eka Wijayanti, Mau Ga Jadi Istriku?
Prosesi inti dilakukan berupa Murwa Seba atau pesan lisan dengan bahasa Sunda kuno yakni bahasa Sunda Buhun dari tetua adat yang disebut Puun Baduy dalam hal ini disampaikan oleh Jaro Tanggungan 12, Saidi Putera.
Prosesi kemudian ditutup dengan penyerahan Laksa sebagai perlambang penyerahan hasil bumi oleh Jaro Tanggungan 12 kepada Andika sebagai Bapak Gede.
Laksa sendiri adalah intisari padi yang diolah melalui upacara sakral ngalaksa.
BACA JUGA:Kapal Muat Ribuan Sak Semen Tenggelam di Perairan Bima
Laksa adalah sejenis makanan adat semacam mie, tetapi lebih lebar, atau seperti kwetiau yang terbuat dari tepung beras.
Laksa Baduy dibungkus dengan pelepah pinang.
Dengan menyantap laksa dari tanah suci ini yakni tanah Baduy, diharapkan kewibawaan raja atau pemimpin akan bertambah.
Persembahan laksa dan hasil bumi lainnya ini merupakan lambang hubungan baik antara masyarakat adat Baduy dan pemerintah.