Celeng Indonesia ternyata ikut bermain di krisis politik Malaysia.
Tapi pembelotan terbesar terjadi di Sarawak.
Dua-duanya disebabkan oleh sikap DAP --partai Tionghoa yang sukses besar mendapat 42 kursi di Pemilu 2018. Setidaknya sikap oknumnya --kalau di sana juga ada oknum.
Yang di Sarawak itu misalnya. Tiba-tiba saja mereka benci DAP --gara-gara Sekjen DAP yang juga menteri keuangan: Lim Guan Eng.
Sedang yang di Melaka gara-garanya celeng yang belakangan membabi hutan di sana. Sikap DAP di Melaka terlalu lunak. Tidak setuju dilakukan perburuan celeng besar-besaran.
Soal kebencian orang Sarawak bermula beberapa bulan yang lalu. Yakni saat Lim Guan Eng berkunjung ke negara bagian Sarawak.
Sekjen DAP itu begitu kesal dengan praktik pemerintahan di Sarawak. Sampailah keluar kata-katanya yang menyinggung perasaan orang Sarawak. ”Serawak ini tiga tahun lagi bangkrut,” ujar Menkeu itu.
Lim Guan Eng memang dikenal sebagai orang yang sulit menjaga mulut. Kerjanya bagus tapi kata-katanya sering menyakitkan.
Guan Eng rupanya belum berubah. Setelah menjadi pejabat tinggi pemerintah seharusnya Guan Eng tidak lagi seperti oposisi.
Guan Eng memang terlalu lama hidup sebagai tokoh oposisi. Bahkan sudah oposisi sejak sebelum lahir. Bapaknya, Lim Kit Siang, adalah tokoh oposisi kawakan. Tidak takut apa pun. Ialah pendiri DAP. Bicaranya keras --cenderung kasar. Watak seperti itu menurun langsung ke anaknya.
Maka 19 kursi dari Sarawak langsung pindah dari Pakatan Harapan.
Semula Mahathir optimistis Sarawak akan berpihak padanya. Nyatanya Sarawak ikut Muhyiddin Yassin --orang kepercayaan Mahathir di partai Pribumi Bersatu.
Muhyiddin mendirikan sendiri koalisi Perikatan Nasional.
Dengan dukungan penuh Sarawak, Muhyiddin pun kini menjadi Perdana Menteri Malaysia.
Itu masih ditambah kursi langsung dari pembelot DAP sendiri. Yakni yang terjadi di negara bagian Melaka. Yakni kursi milik Norhizam Hassan Baktee.
Meski DAP itu partai Tionghoa, untuk Dapil Pangkalan Batu, Melaka, DAP mencalegkan seorang pribumi: Norhizam Hassan Baktee itu.
”Tidak disangka Baktee pindah dari Pakatan Harapan,” ujar ketua partai DAP Melaka.
Penyebabnya celeng tadi. Yang belakangan banyak merusak kebun penduduk di Melaka. Khususnya di Pulau Besar --sebuah pulau di lepas pantai kota Melaka.
Kata Baktee celeng itu datang dari Indonesia. Mereka berenang menyeberangi laut Selat Malaka dari Indonesia.
Banyak petani memberi kesaksian bagaimana rombongan celeng itu menyeberang laut. Terutama malam hari.
Rombongan celeng itu lantas mendarat di Pulau Besar. Lalu beranak-pinak dengan cepat. Masih ditambah celeng pendatang yang baru.
Begitulah keterangan Baktee.
Saya tidak bisa mengecek kebenaran kesaksian para petani itu. Baktee juga tidak pernah bertanya pada si celeng: mengapa tidak kerasan di Indonesia. Adakah mereka hanya merasa tidak tenang atau ada tekanan politik.
Begitu sakti celeng Indonesia itu sampai bisa ikut menjatuhkan pemerintahan Mahathir Mohamad.
Dengan berpihaknya Sarawak ke koalisi Perikatan Nasional rasanya habislah harapan Mahathir untuk bisa tampil kembali sebagai perdana menteri.
Habis pulalah harapan Anwar Ibrahim. Padahal tokoh utama --yang mengalahkan koalisi Barisan Nasional dengan UMNO-nya-- itu sudah sempat berstatus Perdana Menteri Tinggal Tunggu Waktu.
Bagaimana dengan sidang DPR tanggal 9 Maret? Bukankah di tanggal itu Mahathir-Anwar bisa mengajukan mosi tidak percaya kepada pemerintahan baru?
Itu rencana lama. Sebelum mereka tahu perkembangan di Sarawak.
Sampai kemarin Sarawak tetap tegas: tidak mau ikut koalisi Pakatan Harapan. Gara-gara mulut Guan Eng tadi.
Bahkan pihak Muhyiddin akan menunda sidang tanggal 9 Maret itu sendiri. Alasannya pun kuat. DPR boleh reses selama enam bulan sejak sidang terakhirnya bulan lalu.
Betul-betul tidak ada harapan untuk Pakatan Harapan.
Muhyiddin sendiri sedang menyusun kabinet. Biar pun ada unsur UMNO dalam koalisi Perikatan Nasional itu Muhyiddin berjanji tidak akan ada menteri yang terlibat korupsi. Itu janjinya kemarin.
Muhyiddin juga akan tetap merangkul Tionghoa. Tentu yang dari Partai MCA --Malaysian Chinese Association.
Kebetulan ada satu caleg dari MCA yang terpilih jadi anggota DPR. Ya hanya satu ini: Wee Ka Siong. Dari dapil di Johor.
Maka jangan sekali-kali meninggalkan kursi --kalau tidak ingin bernasib seperti Mahathir. (dahlan iskan)