Minum Disinfektan

Sabtu 10-10-2020,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

Jadi, siapa yang memenangkan debat calon wakil presiden Amerika Rabu malam lalu? Antara Mike Pence pasangan Donald Trump dan Kamala Harris pasangan Joe Biden itu?

Pemenangnya ini: lalat.

Itu juga jawaban teman saya di Amerika, John Mohn, saat saya tanya siapa penenang debat itu.

Pembicaraan tentang lalat ternyata mengalahkan isi debat tersebut. Itu gara-gara ada lalat hitam yang hinggap di rambut Pence yang full putih itu. Pun hinggapnya lama sekali: dua menit. Tidak bergerak-gerak pula.

"Lalat itu harus langsung masuk karantina 14 hari," komentar di Twitter. Itu karena Pence dekat dengan Trump yang terkena Covid-19. Yang sekarang lagi karantina di Gedung Putih.

"Itu pertanda Trump akan kalah," sahut yang lain. "Ada kepiting busuk di kepala Pence," sindir yang lain.

Pence sendiri seperti tidak merasa ada lalat hinggap di kepalanya. Atau ia sangat cool, pura-pura tidak tahu. Pence lagi berbicara soal isu rasial saat itu.

Dunia medsos pun penuh dengan lalu-lintas lalat. Banyak yang menyiarkan video secara penuh selama lalat ada di kepala Pence.

Debat itu dilaksanakan di auditorium Universitas Utah di Salt Lake City –pusatnya Gereja Mormon di dunia. Di antara Pence dan Harris disekat kaca bening dua buah. Agar memenuhi syarat protokol Covid-19.

Yang hadir di ruang itu juga wajib mengenakan masker. Ini berbeda dengan di debat calon presiden minggu lalu. Hanya keluarga Biden yang mengenakan masker. Sedang semua keluarga Trump tidak. Ketika keesokan harinya diketahui Trump positif Covid-19 ketidaktaatan keluarga Trump itu jadi omongan.

Di debat Cawapres ini, semua taat. Termasuk keluarga Pence. Tapi akhirnya terlihat juga mokongnya: di akhir acara, ketika sesi foto, istri Pence naik panggung tanpa masker. Tidak ada juga keluarganyi yang mengingatkan. Sedang suami Harris naik panggung mengenakan masker.

Bintang di debat itu ya memang lalat tadi. Penampilan Pence sangat kaku, dingin, tanpa ekspresi dan tanpa senyum. Padahal sudah umum diketahui publik Amerika itu suka humor.

Sosok Pence seperti itu bertolak belakang dengan Trump yang ekspresi. Tapi Pence ada persamaannya dengan Trump: berusaha memotong pembicaraan lawannya. Hanya saja Pence lebih terkendali. Itu karena ia pernah disemprot Kamala Harris. "Ini saya lagi bicara..." ujar Harris menyela Pence yang lagi berusaha memotong pembicaraannyi.

Di bidang lain Pence juga meninggalkan kesan yang kurang baik: selalu bicara melebihi waktu. Sampai moderator debat itu, Susan Page, kepala perwakilan harian USA Today di Washington, selalu mengingatkannya. Bahkan sekali saya hitung, Susan sampai perlu mengingatkan Pence enam kali –ketika peringatan kelima pun ia abaikan.

Kamala Harris lebih ekspresif, natural, dan intonasi suaranyi sangat memikat. Mantan Jaksa Agung California ini memang dikenal unggul dalam debat. Termasuk ketika dia menjadi senator sekarang ini.

Hanya satu yang saya tidak suka dari Kamala Harris: gaya rambutnya. Rasanya, dengan rambut seperti itu, Harris terlalu seperti orang kebanyakan. Atau saya yang tidak ahli tata rambut.

Bukan berarti semua orang menilai Pence kalah segala-galanya. Ada satu orang yang menilai Pence hebat di debat itu. Pence juga ia anggap menang. Orang yang menilai Pence hebat itu adalah ini: Trump.

Bahkan Trump sudah mengunggah tweet pujiannya ketika debat baru berjalan separo. Sampai-sampai ada yang membalas tweet Trump itu dengan bunyi begini: apakah Presiden menonton debat yang sama dengan yang saya tonton?

Ada juga yang menilai pujian Trump itu muncul sebagai akibat obat Covid-19 yang diminum Trump. "Atau jangan-jangan Trump minum disinfektan," tulis yang lain.

Hari-hari di karantina ini pekerjaan utama Trump kelihatannya memang unggah twitter.

Ada wartawan yang mengamati khusus kegiatan Trump selama karantina. Kemarin pagi misalnya, Trump mengirim tweet 57 kali hanya dari jam 07.18 sampai 10.20. Rata-rata satu jam 17 tweet.

Tapi itu tetap tidak bisa mengalahkan daya tarik lalat. Apalagi ada yang mengunggah juga ulah unik Capres Joe Biden. Yang lagi in action dengan alat pemukul lalat di tangannya.(Dahlan Iskan)

Podcast terbaru saya, episode ke-18. Bicara soal bisnis bareng tokoh muda yang punya gerakan Success Before 30



Audio juga tersedia di Spotify:

Oiya, mumpung masih Oktober ikutan program Warna-Warni Bulan Bahasa Disway yuk. Cari tulisan-tulisan aneh di ruang publik, lalu kirim ke Disway. Pengirim terpilih akan mendapatkan merchandise menarik. Cara ikutnya klik unggahan Instagram di bawah ini:

Tags :
Kategori :

Terkait