PENYANYI hip-hop ini sampai menciptakan lagu. Untuk wanita itu. Judulnya: Who's Yellen Now. Diluncurkan dua hari lalu.
Salah satu bunyi lirik lagu itu begini: "Tingginya tidak sampai lima kaki tapi tangannya sampai ke Tuhan".
Itulah Janet Yellen.
Menteri keuangan baru Amerika Serikat. Yang dicalonkan Presiden Joe Biden. Dan langsung mendapat persetujuan Senat.
Sosok Yellen memang pendek, 160 cm. Tapi otaknya sundul langit. Presiden Donald Trump tidak mau memakai Yellen antara lain karena postur tubuhnya itu.
Maka Yellen hanya satu periode menjadi Chairman Federal Reserve. Diangkat oleh Presiden Obama, berakhir di Presiden Trump.
Dan kini Yellen muncul lagi ke permukaan: menjadi menteri keuangan. Yellen akan menjadi menteri keuangan yang paling cocok untuk masa krisis ini. "Yellen lebih merisaukan naiknya pengangguran daripada inflasi," ujar media di Amerika.
Itulah gambaran umum ''agama ekonomi'' Yellen. Yang akan diuji oleh pandemi yang belum pernah diajarkan di bangku kuliah.
Yellen menjadi wanita pertama yang menduduki jabatan menteri keuangan. "Amerika perlu waktu 232 tahun untuk mengangkat seorang wanita sebagai menteri keuangan," ujar Dessa, penyanyi dan pencipta lagu Who's Yellen Now itu.
Yellen lahir di Polandia. Dibawa orang tuanya (ayah guru, ibu dokter) merantau ke New York. Pinter. Lulus sarjana ekonomi dari Brown University dengan summa cum laude. Lalu bergelar doktor ekonomi dari Yale University yang hebat itu. Langsung menjadi asisten profesor di Harvard University.
Tahun 1971, Yellen direkrut masuk Federal Reserve. Semacam gubernur bank sentral. Dia menjadi ahli ekonomi di lembaga itu.
Di situ jugalah Yellen berkenalan dengan ahli ekonomi George Akerlof. Yang setahun kemudian menjadi suaminyi.
Sang suami tidak ketulungan pintarnya. Ia-lah peraih hadiah Nobel ekonomi di tahun 2001. Suami-istri sama-sama ayatullah ekonomi.
Bayangkan seperti apa pintarnya anak mereka. Yang hanya satu orang: Robert Akerlof. Ia juga lulus summa cum laude di bidang ekonomi dan matematika. Dari Yale University.
Yellen adalah Yahudi. Begitu juga suaminyi. Yang sebelum ini sama-sama menjadi guru besar emeritus di California University Berkeley.
Secara umum ''agama'' Yellen tetap Keynesian. Pro-pasar-bebas. Itulah sebabnya dia cepat mendapat persetujuan, termasuk dari pihak partai Republik. Tentu, tetap saja ada anggota Senat dari Partai Republik yang menolak –bahkan mereka itu menolak apa pun yang diusulkan Presiden Biden. Dalam hal Yellen ini, 15 anggota Senat dari Partai Republik menolak: 84-15.
Para ekonom sedunia tentu mengamati dengan antusias apa yang akan dilakukan Yellen di masa yang sulit ini.
Satu lagi wanita hebat yang akan tampil di kabinet baru Biden: Gina Raimondo. Yang sekarang menjabat di periode kedua gubernur negara bagian Rhode Island.
Gina ditunjuk menjadi menteri perdagangan. Yang akan langsung menghadapi perang dagang warisan Trump.
Gina tetap seorang yang beraliran pro-pasar bebas. Tapi ada catatannya: pasar bebas yang fair. Kata ''fair'' itu sudah bisa langsung diterjemahkan bahwa Tiongkok adalah musuh.
Hanya saja Gina adalah tokoh ekonomi yang pemikirannya praktis. Dia terbiasa menyelesaikan persoalan secara cepat dan langsung. Tidak berlarut-larut. Dia juga sangat pro-bisnis.
Ini bisa diterjemahkan bahwa perang dagang akan berakhir –meski belum tentu dalam waktu dekat. Juga belum tentu lebih baik bagi Tiongkok.
Berlarut-larutnya perang dagang sekarang ini terbukti tidak ada yang diuntungkan. Bahkan membuat banyak kejadian lucu. Kini banyak sekali kapal besar yang berangkat dari Amerika ke Tiongkok hanya membawa kontainer kosong.
Ketidakseimbangan ekspor-impor antar dua negara membuat terlalu banyak kontainer kosong yang memenuhi pelabuhan-pelabuhan Amerika. Sebaliknya tidak cukup banyak kontainer kosong di pelabuhan-pelabuhan Tiongkok.
Maka Tiongkok juga tidak bisa ekspor kalau tidak ada kontainer.
Kiprah dua wanita Amerika itu akan menentukan jalannya perang dagang Amerika-Tiongkok.
Dua wanita Amerika ini juga yang jadi andalan pemulihan krisis di Amerika.
Tapi minggu ini hati seluruh dunia tertambat pada wanita yang lain: Angela Merkel. Perdana Menteri Jerman selama 18 tahun. Yang hari-hari ini akan menyerahkan jabatan itu.
Merkel-lah yang membawa Jerman menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Eropa. Juga dianggap sukses menangani pandemi.
Tidak hanya itu. Kesuksesan Merkel itu tanpa membuat Jerman dibenci seluruh tetangganya. Merkel orang yang amat sukses tapi juga tetap rendah hati. Bahkan sangat sederhana. Dia tidak punya rumah mewah. Tidak punya mobil mewah. Hidupnyi begitu sederhana. Bajunyi itu-itu saja, dengan potongan begitu-begitu saja.
Bayangkan: 18 tahun jadi perdana menteri negara adidaya ekonomi.
Sampai-sampai seorang wartawan bertanya padanyi: apakah Merkel tidak punya baju yang lain.
Jawab Merkel: saya ini pejabat pemerintah, bukan foto model.(Dahlan Iskan)