TERNYATA yang sedang menjabat direktur utama itu yang benar: Garuda baik-baik saja. Sampai sekarang. Masih bisa terbang.
Ketika terjadi perombakan dewan direksi dan dewan komisaris, Jumat lalu, sang dirut tetap aman di kursinya: Irfan Setiaputra.
Berarti langkah-langkah penyelamatan Garuda yang ia lakukan dianggap sudah di jalur yang benar. Harus didukung sepenuhnya oleh pemegang saham mayoritas: pemerintah Indonesia, yang diwakili Menteri BUMN.
Irfan memang baru menjabat Dirut Garuda Indonesia sejak 1,5 tahun lalu. Di saat Garuda sedang sulit-sulitnya. Tugas utama Irfan adalah menyelamatkan Garuda. Dirut sebelumnya diberhentikan terkait kasus sepeda baru Brompton yang diangkut dengan pesawat baru Garuda A340 dari Eropa.
Dukungan penuh pemerintah kepada Irfan itu terlihat dari komposisi baru dewan komisaris: hanya tiga orang. Sampai komisaris utamanya, Timur Sukirno, merangkap sebagai komisaris independen.
Begitu ramping dekom Garuda. Hanya tiga orang. Sampai-sampai seorang wartawan bertanya pada saya: apakah tidak menjadi seperti perusahaan keluarga.
"Tidak," jawab saya. "... Itu bagus, simple, dan hemat."
Mungkin wartawan sudah telanjur terbiasa melihat susunan dewan komisaris yang panjang. Banyak BUMN yang komisarisnya sampai sembilan orang. Apalagi di sebuah BUMN yang juga perusahaan publik: komisaris independennya saja harus dua orang.
Dengan hanya tiga komisaris maka proses sebuah persetujuan lebih cepat. Di Amerika, Jepang, Inggris, Singapura, dan banyak negara lainnya, bahkan tidak punya komisaris. Mereka menggunakan sistem one board.
Dukungan pemerintah ke Irfan itu juga terlihat dari latar belakang komisaris baru: tidak tahu banyak soal Garuda.
Komisaris utama yang baru, Timur Sukirno, berlatar belakang pengacara. Dikenal pula sebagai pengacara yang sering menangani perkara pailit dan litigasi.
Timur Sukirno sebelum ini adalah pengacara senior di kantor hukum terkenal, HHP (Hadiputranto, Hadinoto, & Partners).
Komisaris satunya lagi, Abdul Rachman, juga bukan orang yang tahu banyak Garuda. Sebelum ini, Abdul Rachman adalah komisaris utama Mandiri Taspen. Yakni anak perusahaan BUMN Bank Mandiri, yang didirikan bersama Taspen.
Tinggal satu orang komisaris lama di situ. Yang mewakili pemegang saham non pemerintah: Chairal Tanjung –adik Chairul Tanjung.
Chairal mewakili kepentingan CT Corp milik Chairul Tanjung. Yang di Garuda memegang saham 28 persen. Yang investasinya di Garuda itu membuat CT rugi kira-kira sampai Rp 10 triliun.
Di saat kritis seperti ini saya mendukung jumlah komisaris yang sedikit. Di masa sulit perusahaan harus lebih lincah. Juga harus cepat mengambil keputusan. Jangan juga terlalu banyak pendapat yang saling berseberangan. Perusahaan harus fokus.
Kini Dirut Irfan, 56 tahun, menjadi lebih ''berkuasa''. Tidak terlihat akan ada oposan di dalam Garuda. Irfan juga akan lebih terlihat apakah ia mampu mengeluarkan Garuda dari kesulitan besar.
Kurang apa lagi. Langkah lulusan informatika ITB ini didukung penuh. Posisinya diamankan. Komisaris yang bisa dianggap menghambat sudah tidak ada lagi.
Komisaris lama seperti Peter F. Gontha dan Yenny Wahid sudah mengundurkan diri. Dengan alasan masing-masing. Peter sudah menulis surat mundur sejak Februari lalu. Ia terlihat punya banyak perbedaan pandangan dengan direksi. Bahkan Peter, suatu kali, mem-posting pendapatnya di medsos –yang bikin belingsatan Garuda.
Yenny Wahid, putri Presiden Gus Dur itu, mengundurkan diri di hari yang sama dengan RUPS Jumat lalu. Tidak terbaca ada perbedaan pendapat apa. Secara formal Yenny memilih alasan agar Garuda lebih efisien.
Komisaris lama yang satu lagi juga tidak menjabat lagi: Elisa Lumbantoruan. Ia juga banyak tahu soal pedalaman Garuda. Elisa pernah menjadi direktur Garuda di zaman Emirsyah Satar.
Saya tidak pernah mendengar Elisa pernah menyuarakan apa. Saya tidak berhasil menghubungi Elisa kemarin sore.
Peter dan Yenny pernah bersuara soal perlunya diambil langkah efisiensi di jumlah dan kesejahteraan awak pesawat. Direksi Garuda dianggap terlalu lemah di saat harus bertindak tegas.
Peter kelihatannya memang terlalu banyak tahu soal Garuda. Terutama mengenai permainan Dirut Garuda zaman Emirsyah Satar. Sejak tahun 2008. Yakni sejak Emir punya program utama leap frog.
Peter kini semakin siap untuk membongkar total permainan di Garuda itu.
"Kapan?"
"Dalam waktu dekat," jawabnya.
"Lewat apa?"
"Lewat Disway-lah," katanya.
Peter bukan hanya berhenti dari komisaris Garuda. Tahun lalu, Peter juga mengundurkan diri dari jabatan staf khusus menteri luar negeri. Alasannya: tidak mau makan gaji tanpa pekerjaan yang jelas. Apalagi gaji itu dari uang negara.
Peter, mantan pendiri RCTI dan duta besar Indonesia untuk Polandia itu kini masih menjabat di banyak direksi dan komisaris perusahaan swasta.
Boleh dikata susunan komisaris Garuda yang baru ini akan sangat berbeda dengan yang lama. Baik gaya maupun proses pembahasan masalahnya.
Kini semua komisaris yang tahu banyak Garuda sudah tidak ada lagi. Jumlah direksi pun sudah dikurangi dua orang. Tinggal 6 orang.
Kelihatannya, pemerintah ingin Garuda lebih cepat ambil keputusan. Agar arah Garuda semakin jelas: ke restoran atau ke kuburan.(Dahlan Iskan)
Komentar terbaik pilihan Dahlan Iskan di artikel Semedi Keriting
Heiruddin Arafah
saya pribadi salut sama prof Rahayu dan Doktor Karina. dua wanita yang sama2 hebat. guru da n murid dari univ indonesia. semoga keduanya diberi karunia umur panjang agar karyanya tambah banyak buat kemajuan indonesia. tapi kalau sedikit mau berandai andai. misalnya saya diposisi bu rahayu. dan saya punya ilmu manajemen dan gaya kepemimpinan selevel disway. maka dalam forum ahli itu saya akan berpendapat seperti ini. "selamat bu karina. anda peneliti yang hebat. telah berbuat yang mulia untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan untuk ikut membantu memerangi covid 19. teruskan penelitian itu. memang pendapat saya berbeda 180 derajat. tapi saya berharap pendapat saya itu sudah saatnya bisa dibantah. mari kita sama2 cari cara untuk membuktikan pendapat saya ini sudah kadaluwarsa. dan penelitian bu dokter karina betul. mari kita dukung untuk pengembangan penelitian ini. " itu angan2 pendapat saya. terimakasih.
Ibs
Semakin salut dg dr Karina. Memang baiknya pengkritik tdk dijadikan musuh. Jika kritiknya baik, masuk akal. Bagus dijadikan masukan untuk penyempurnaan. Jika tdk masuk akal. Diabaikan sj. Krn jika pengkritik dibenci dan dimusuhi. Akan terlalu banyak musuh kita d dunia ini. Tdk ada waktu untuk berkarya, habis untk membela diri. Padahal sebaik dan sesempurna apapun tindakan seseorang. Pasti ada yg tdk setuju, tdk suka. Sikap seperti ini sangat penting bg kita semua, apalagi bg orang2 yg duduk di pemerintahan. Agar tdk menjadikan rakyatnya sendiri musuh. Hanya gara2 dikritisi.
Davian
Mohon maaf koreksi sedikit Pak DI, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bentuk yang baku digunakan adalah 'semadi', bukan 'semedi'. Hehe..
Tio
Oom Anton , anda memberikan contoh analogi yang tidak setara , ini keadaan -darurat-. meminjam analogi anda , bila anda terkena penyakit mematikan yang belum terbukti ada obatnya , beberapa tetangga anda makan telor ayam dan ternyata sembuh bahkan yang sudah sakit parah , anda punya juga beberapa telor ayam , pihak yang berwenang bersabda anda tidak boleh makan telor itu sebagai obat , tunggu dulu 22 hari sampai telor itu menetas supaya terbukti bahwa itu telor ayam , bukan telor kadal atau telor manusia , padahal Oom Anton tahu , bila menunggu 22 hari kemungkinan besar sudah terlambat , 90% kemungkinan tidak bisa selamat , Oom hanya punya waktu dua hari saja , Oom Anton makan telornya atau tunggu pembuktian dulu ?
Antonio Samaran
“Don’t count your chickens before they hatch”. Terlalu banyak dari kita sering terburu-buru untuk mengklaim kesuksesan sebelom benar2 menjadi kenyataan dan teruji. Lbh parah lagi, media membantu memblow-up besar2an. Contoh: 2T, vaksin, blue energy, batu ponari dan lainnya. Khusus penemuan yg menyangkut kesehatan tdk semudah itu utk diterima sbg hasil yg diakui resmi krn butuh waktu panjang untuk menguji keamanannya. Penemuan yg paling sukses sekalipun akan melalui penentangan yg cukup besar dan memang itulah tahap yg harus dilalui sehingga benar2 bermanfaat dan aman bagi umat manusia.
Ujang
Kegigihan dan kesabaran adalah kunci kemenangan. Gpp untuk mundur sejenak. Setiap loncatan harus diawali dgn langkah mundur
JIWA MALING
Harusnya Karina jangan mengembalikan HP itu-bawa saja lari, itu HP baru yang mahal.(Dahlan Iskan) Sangkal-lah dengan 1001 alasan dari sanubarimu yang terdalam, ternyata OKNUM jurnalis ini terbesit JIWA MALING !!!
---