BISA jadi Indonesia akan berada di nonblok. Atau ikut salah satunya. Kita belum tahu. Kita memang masih harus bersyukur habis-habisan: pandemi Covid kita seperti tiba-tiba mengundurkan diri dari Indonesia.
Alangkah senangnya: tinggal 1.500-an kasus baru di Indonesia –sehari Jumat kemarin. Alhamdulillah. Puji Tuhan. Rahayu. Amitofo.
Di Malaysia, Filipina, dan Thailand juga sudah menurun meski masih di atas 10.000.
Bagaimana setelah ini?
Blok Barat sudah jelas: pilih jalan kebebasan. Yakni harus bisa hidup baru bersama Covid.
Norwegia sudah memulainya Minggu lalu: tanpa masker, tanpa vaksin baru, tanpa PCR, tanpa apa pun. Anda sudah tahu itu.
Singapura, pasti, ikut blok Barat. Anda juga sudah tahu itu. Kalau ada penduduknya yang merasa harus pakai masker pakai saja. Kalau mau PCR lakukan saja. Keputusan ada di masing-masing orang.
Mereka juga mulai membebaskan kedatangan orang luar negeri tanpa prosedur Covid lagi.
Memang tidak langsung bebas. Ada tahapannya. Sebatas orang dari negara-negara Eropa dulu. Lalu dari negara-negara yang kasus Covidnya terkendali. Dan tentu, yang jangkauan vaksinasinya sudah di atas 80 persen.
Itu sebenarnya mirip saja dengan apa yang sebelum pandemi juga berlaku: rakyat dari negara tertentu dilarang masuk negara tertentu. Misalnya dalam hal Ebola. Banyak negara tidak mau menerima mereka yang dari negara terjangkit Ebola. Juga siapa pun yang baru saja mengunjungi wilayah terjangkit Ebola.
Tiongkok menempuh jalan lain: tetap harus lewat karantina. Siapa pun akan tetap diharuskan masuk karantina. Karantina akan menjadi 'normal baru' di Tiongkok.
Di semua kota besar di Tiongkok sedang dibangun gedung karantina manusia. Gedung itu seperti hotel tapi bukan hotel. Seperti rumah sakit tapi bukan rumah sakit. Seperti tempat rekreasi tapi bukan itu. Seperti arena olahraga tapi bukan juga.
Di Guangzhou misalnya, sedang dibangun gedung karantina model baru itu: berkapasitas 5.000 orang. Pun di kota besar lainnya –yang jadi tujuan pendatang dari negara lain.
Sebetulnya itu tidak baru. Setiap negara sudah punya fasilitas karantina hewan. Juga sudah punya karantina tumbuh-tumbuhan. Apa salahnya sekalian ada karantina manusia. Mungkin juga akan ada karantina Taliban –kalau yang satu ini dianggap bukan lagi salah satu dari tiga jenis tadi.
Selama ini karantina Covid-19 itu dilakukan di hotel. Di semua negara. Dimulai oleh Tiongkok. Sekalian memanfaatkan hotel yang lagi kosong. Gedungnya sudah ada. Segala fasilitas sudah tersedia.
Tapi hotel bukanlah tempat karantina yang ideal. Pegawai hotel bukanlah tenaga medis terdidik. Sistem flow manusianya juga tidak untuk mencegah penularan virus.
Tiongkok tidak ikut jalan kebebasan. Ia punya jalannya sendiri.
Pandemi ternyata juga melahirkan blok-blokan.
Dua blok itu terasa mencerminkan pula pemikiran ideologi mereka: kebebasan vs pengendalian.
Di Barat keputusan diserahkan kepada individu. Termasuk soal pakai masker. Kalau pun ada yang terjangkit Covid, individu harus tahu sendiri apa yang harus mereka lakukan.
Vietnam, Kamboja, dan Laos kelihatannya akan menjadi anggota pertama blok Timur. Singapura kelihatannya menjadi pendaftar pertama ikut blok Barat. Entah Malaysia dan Thailand.
Cara yang dianut blok Barat itu akan menghasilkan realitas baru: biar saja ada yang sakit. Asal tidak sampai membuat rumah sakit kewalahan. Orang boleh sakit apa saja. Yang penting ada dokternya, ada rumah sakitnya, ada perawatnya, dan yang terpenting menurut Kliwon, ada uangnya.
Cara blok Timur lain lagi: menginginkan zero toleran.
Apakah Tiongkok tidak takut cara itu akan mengganggu perekonomiannya?
Sebenarnya saya ingin mikir itu. Tapi saya takut. Terutama jangan-jangan waktu saya tidak cukup –kalau dalam sehari komentar yang harus saya baca melebihi 400 seperti kemarin. (Dahlan Iskan)
---
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di artikel berjudul Krisis Listrik
Kadang eling kadang lali
Cara amerika banget ! dulu waktu Presiden Irak Sadam Husein di gantung itu pas Hari raya Iedul Adha , Hari yg sama dengan Kudeta gestok dan hari kemerdekaan Tiongkok supaya kelihatan bersesuaian...
Tukang OBAT
Yang nempel dikepala saya di tulisan Abah hari ini cuma beberapa kata, di SAMBUNG KATA jadinya seperti ini dech..., BANG KLIWON ke panti pijat, pulang kerumah senjatanya makan nyonya sampe melonjak lonjak.
Mister low
suka atau tidak Tiongkok tak terbendung. cepat dan hampir pasti mengejar on Sam. tinggal sekian tikungan. Mereka yg anti atau iri atau baper sekalipun.. he he.. ngga ngaruh. mending ambil majunya buang komunisnya. seperti Kliwon itu: "ambil pasarannya buang harinya". coba ngga dibuang: Rebo Kliwon. ini berat. nogo dino bs runyam.
Mr. De
Melonjak-lonjak = melonjak sekali. Sekali-sekali ikut ngorek si :p
Disway Reader
Yg di boikot Tiongkok mayoritas batubara untuk campuran baja, kokas Australia, gas alam juga sudah beli dari pipa gas Siberia dan Turkmenistan, memang lebih murah dari Siberia, turkmenistan.
Wyg2021 Reader
Ini kesempatan MenDag negeri Kliwon untuk menawarkan bantuan agar Tiongkok bisa mengurangi surplus perdagangannya yang meroket-eket-eket yaitu minta mereka jangan cuma ada Tax Refund untuk EXPORT tetapi juga untuk IMPORT Salak & Manggis dari sini.
RipCord
Klo dipikir selintas, australi jg lucu.. kenapa ngorder kapal selam jauh2 ke amrik? Pdhal negara tetangganya aja bisa bikin.. tepatnya di Palembang. Mo isi telur jg bisa.. hehehe..
Ma'roef M
Prroduktivitas pekerja Tiongkok memang topmarkotop: pernah di th 2016, kita beli alat MRI produk eropa (Si*mens), yang rakit hardware dan sekalian instal 2 orang pekerja tiongkok dibantu pihak distributor lokal. Kita datang pagi jam 07.00 mereka sdh on, pulang jam 16.00, mereka masih on. Iseng2 nanya ke teman bagian radiologi yg kerja 3 shift dan ketempatan alat tsb, "jam brp mereka istirahat"? Ngga pernah istirahat, malam ya tetap on, tidur saja hanya "mlungker" sebentar ditempat yg sama masih lengkap dgn asesorisnya (tang, obeng dll masih kepegang), nglilir ucek2 mripat sebentar langsung on lagi, "mereka ora nduwe wudel" kata teman saya. Pihak distributor "kewalahan ngladeni" pola kerja mereka, target pemasangan dan isntal kelar 2 pekan, disikat sama mereka 4 hari.
Lbs
Setelah Jepang, Korsel dan Singapur bergelut dg masalah resesi populasi. Sekarang menyusul Tiongkok. Negara Asia yg warganya malas menikah dan memiliki anak. Rupanya semangat kerja dan kemakmuran berbanding terbalik dg semangat untk bereproduksi. Pantas sj populasi negara kita dr tahun ke tahun terus meroket. Rupanya kita lebih sibuk bereproduksi dari pada berproduksi. Terlihat jelas dr beban puncak listrik kita...
Tikno
1) Surplus perdagangan Cina dibatasi dengan konsensus mereka sendiri (aneh aja). 2) Saat surplus dengan Amerika, diserang perang dagang (edan) 3) Tidak suka nilai mata uangnya sendiri makin naik (edan). 4) Dipaksa Amrik untuk beli produk Amrik (aneh, dagang koq maksa). 5) Unggul dalam teknologi 5G dijegal sana-sini (luar biasa). 6) Saat pandemi ekonomi malah naik (heran aja). Memang Cina itu diluar hukum ekonomi.