Siap Disulap Jadi RS Otak-Jantung-Kanker

Jumat 15-10-2021,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

Pandemi yang terus melandai membuat Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) menganggur selama 14 hari. Tak ada pasien. Tetapi, Kementerian Kesehatan berencana tetap memfungsikan RS itu sebagai tempat layanan kesehatan khusus.

WILUJENG Nur Pratiwi adalah pasien terakhir yang melakukan isolasi di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI). Perempuan yang tinggal di Dukuh Kupang itu hanya seminggu dirawat. Tepat pada 29 September dia dipulangkan. Setelah hasil tes usapnyi PCR negatif.

“Semoga saya menjadi pasien yang terakhir. Semoga tidak ada lagi yang dirawat setelah ini,” ujar perempuan asal Purwokerto itu saat ditemui dalam proses kepulangannyi di. Sampai kemarin, harapan Nur terwujud. Terhitung sudah dua pekan RSLI bertahan nol pasien.

Kondisi yang istimewa itu ternyata mendapat perhatian khusus. Bahkan diapresiasi langsung oleh Presiden Joko Widodo. Advisor RS dari Kementerian Kesehatan Prof dr Nizar Yamanie pun berkunjung ke RSLI, kemarin (14/10).

Salah satu RS darurat lapangan di Indonesia itu memang khusus menjadi tempat isolasi terpusat pasien Covid-19. Sejak didirikan pada 2 Juni 2020. Dalam waktu 16 bulan, tercatat sekitar 10.560 pasien yang telah dirawat. 

Ternyata, lahan yang ditempati RSLI merupakan milik Kemenkes. Dulu pernah difungsikan sebagai RS Khusus Penyakit Kulit dan Kelamin. Namun, ditutup pada 2006. Lalu, dialihfungsikan menjadi Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kemenkes. Diisi oleh lembaga pendidikan akupunktur, Akademi Refraksi, dan Museum Cagar Budaya Kesehatan.

Nah, kunjungan Nizar terkait rencana baru Kemenkes. RSLI bakal dibubarkan. Lalu, dialihfungsikan lagi menjadi RS Pusat Otak, Jantung, dan Kanker (OJK). Pembangunannya tetap dengan memperhatikan kearifan lokal. Artinya, tanpa merombak bangunan cagar budaya di dalamnya. “Akan langsung ditangani Kemenkes. Termasuk pendanaannya,” ujarnya.


TAMPILAN GRAFIS tanpa pasien yang menunjukkan keberhasilan RSLI merawat pasien Covid-19.
(Foto: RIZAL HANAFI-HARIAN DISWAY)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah berhitung. Bahwa pembangunan RS Pusat-OJK itu harus segera direalisasikan. Mengingat banyak warga yang lari berobat ke luar negeri. Konsekuensinya, dana hingga triliunan rupiah keluar dari Indonesia 

Selain itu, kata Nizar, rencana tersebut terkait dengan ketahanan kesehatan nasional. Apalagi Jawa Timur adalah tumpuan layanan kesehatan Indonesia bagian timur. Dengan demikian, pasien penderita penyakit otak, jantung dan kanker bisa tertangani. 

“Itu sangat diperlukan. Agar budaya kerja penanganan terhadap pasien mampu berkelas internasional,” tandasnya. Namun, juga menyediakan layanan bagi masyarakat luas. Sebagai tempat rujukan tertinggi pasien peserta BPJS.

Lalu, kapan mulai dieksekusi??? Nizar tidak membeberkan waktu persisnya. Namun, sesegera mungkin. Tentu, setelah pandemi Covid-19 benar-benar selesai.  Kepala Dinas Kesehatan Erwin Astha Triyono pun berpendapat serupa. Mantan Kepala RSLI ini tak tahu kapan gedung seluas 54 ribu meter persegi itu bakal dirombak. Ia juga tidak tahu besaran biaya yang diperlukan. “ Wah , kalau itu pertanyaannya level menteri,” ujarnya singkat.

Penanggung jawab RSLI dr Ahmad Samsulhadi gembira dengan kunjungan tersebut. Pun terkait rencana baru pembangunan RS Pusat-OJK itu. Apalagi Kemenkes mengapresiasi seluruh kinerja personel RSLI. Ia mengatakan, bahwa seluruh personel tenaga kesehatan RSLI siap diperbantukan.

“RSLI ini terbukti telah memberikan layanan dengan sistem yang paling humanis. Artinya, kami yakin para nakes (tenaga kesehatan, Red) dan personel di sini juga siap mengisi formulir di RS Pusat-OJK apabila nanti memang mulai dioperasikan,” tegasnya. (Mohamad Nur Khotib)  

 

 

Tags :
Kategori :

Terkait