HANYA Presiden Jokowi yang tahu: mengapa Jenderal Andika Perkasa yang dipilih menjadi Panglima TNI. Tentu ada pertimbangan yang sangat penting. Sampai hak prerogatif itu digunakan presiden tidak seperti biasanya.
Memang tidak ada hukum yang dilanggar. Hanya saja mungkin ada yang sudah telanjur berharap: kali ini Jenderal TNI-AL lah yang mendapat giliran menjadi Panglima TNI.
Sejak reformasi, jabatan Panglima TNI memang digilir: TNI-AD, TNI-AU, TNI-AL. Tapi itu hanya tradisi baru. Yang tidak diformalkan dalam peraturan atau UU. Tentu tidak mungkin juga diformalkan. Yang berarti akan membatasi hak prerogatif presiden.
Presiden Jokowi sebelumnya juga pernah menggunakan hak prerogatif yang tidak sesuai tradisi bergilir. Yakni ketika Jenderal Moeldoko digantikan oleh Jenderal Gatot Nurmantyo.
Sama-sama dari angkatan darat.
Berarti, sejak reformasi, TNI-AL sudah dua kali menjadi Panglima TNI (Laksamana Widodo AS dan Laksamana Agus Suhartono. Bahkan Panglima TNI pertama setelah reformasi adalah TNI-AL.
Setelah pensiun, Laksamana Widodo AS terjun ke politik. Sedang Laksamana Agus tidak.
TNI-AU juga dua kali menjadi Panglima TNI (Marsekal Djoko Suyanto dan Marsekal Hadi Tjahjanto sekarang ini). Marsekal Djoko Suyanto lantas menjadi Menko Polhukam di periode kedua Presiden SBY. Dua orang itu punya hobi sama: menyanyi. Bahkan Marsekal Djoko Suyanto sering menyanyikan lagu-lagu rock. Sedang bagaimana Marsekal Hadi Tjahjanto belum diketahui karena belum pensiun.
Panglima TNI dari TNI-AD empat orang (Jenderal Endriartono Sutarto, Jendreal Joko Santoso, Jenderal Moeldoko, dan Jenderal Gatot Nurmantyo).
Empat-empatnya, setelah pensiun, terjun ke arena politik –langsung maupun tidak langsung. Yang paling nyata adalah Moeldoko dan Gatot Nurmantyo.
Panglima bergilir itu dimaksudkan sebagai koreksi atas apa yang terjadi selama Orde Baru. Yang TNI-AD dianggap terlalu dominan.
Saya pernah juga mendengar wacana ini: bahwa bergilir itu perlu tapi jangan dibuat rata. Dalam putaran, TNI-AD dua kali, TNI-AL dan TNI-AU satu kali.
Anda sudah tahu: selama Orde Baru Panglima TNI selalu dijabat oleh TNI-AD.
Intinya, semua itu tidak bisa mengalahkan hak prerogatif presiden.
Kalau memang TNI-AD perlu dua kali dalam satu putaran, berarti pengangkatan Jenderal Andika ini tidak istimewa. Tapi kalau seharusnya sekarang ini giliran TNI-AL, berarti memang ada pertimbangan khusus.
Itu yang hanya Presiden Jokowi sendiri yang tahu.
Jenderal Andika tinggal satu tahun lagi masa dinas aktifnya. Bulan depan usianya sudah 57 tahun (lahir 21 Desember 1964). Di zaman Orde Baru sering terjadi: masa dinas aktif Panglima TNI (ABRI) diperpanjang. Tapi itu tidak pernah terjadi lagi setelah zaman reformasi.
Dengan demikian pada saat Jenderal Andika pensiun kelak, masa dinas aktif Laksamana Yudo Margono juga tinggal satu tahun.
Maka meski tidak jadi naik ke jabatan Panglima TNI, rasanya Yudo Margono akan tetap menjabat Kepala Staf TNI-AL. Apakah kelak ia akan mendapat giliran menjadi Panglima TNI, itulah yang krusial. Pada saat itu nanti masa dinas aktifnya tinggal 1 tahun (ia lahir di Madiun utara 26 November 1965, dari orang tua yang petani).
Meski hanya akan menjabat selama 1 tahun dan 1 bulan, posisi baru Jenderal Andika ini tetap sangat penting. Terutama kalau dikaitkan dengan tangga karir sipil berikutnya. Jenderal Andika sangat populer. Termasuk sangat disenangi di kalangan ibu-ibu. Juga dipuja di kalangan minoritas.
Kegantengannya, kegagahannya, kecendekiaannya, dan perjalanan karirnya memang serba memikat. Bisa mengingatkan orang pada sosok awal pemunculan Pak SBY. Bahkan ini lebih dari itu: sudah bintang 4, sudah doktor, sudah Panglima TNI –yang belum dicapai SBY di kala itu.
Disukai ibu-ibunya bisa sama. Intelektualnya bisa sama. Pendidikan Amerikanya sama. Jenderal Andika lebih perkasa. Lihatlah lengan atasnya. Atau dadanya. Begitu perkasa. Bahkan orang juga akan menyejajarkan Ny Diah Erwiany –atau lebih dikenal dengan Hetty Perkasa– dengan Ny Ani Yudhoyono. Baik kecantikannyi, kecerdasannyi maupun penampilannyi di bidang sosial. Orang menilai SBY-Ani itu serasi sekali. Pun Andika-Hetty. Daya tarik dua pasangan itu bisa disejajarkan.
Juga ini: SBY adalah menantu jenderal terkemuka, Sarwo Edhi Wibowo. Andika adalah menantu jenderal top, Hendropriyono.
Maka saya melihat Jenderal Andika akan menjadi bintang baru dalam peta calon presiden akan datang. Tentu kalau tidak terpeleset dalam jabatan barunya itu. Atau, kalau tidak ada gerakan tiga periode yang masif. (Dahlan Iskan)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
---
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Artikel Berjudul PCR Normal
Jo Neka
Naiknya gila..aduh minyak goreng ku
Juve Zhang
Solusi simpel gak usah di goreng kalau mau sehat. Rebus saja.
Bapaknya Kembar
Betul, sekali kali makan kerupuk rebus alias seblak
Tyang Mjk
Begitulah, atas dan bawah tidak sama. ya iyalah, atas kan perlu beauty lotion, bawah kalau melaksanakan kena marah -belum ada SE khok sudah dilaksanakan- kalau tidak melaksanakan kena marah -sudah diumumkan khok belum dilaksanakan- Atas boleh marah, bawah tempat tumpah marah sumpah serapah demi beauty lotion atas. PCR bisa turun dari 3jt jadi 3rb. ya iyalah, kan cuan sudah banyak dan yang punya PT lagi-lagi anda sudah tahu. Kalau sudah tahu, ya tolong beritahu saya, karena saya belum tahu. Gitu aja kok repot.
Mirza Mirwan
Dalam sebulan kemarin saya menjalani lima kali tes PCR -- 2x di AHC Bandara Soetta, 1x di Wisma atlet, 1x Bandara Newark NYC dan 1x di Crown Heights Brooklyn NYC. Habisnya sekitar 8 juta. Ga papa, wong udah ditransfer duit sama 'keponakan' yg mengundang saya utk keperluan tes pcr dan tiket Jakarta-Singapura-NYC ulang-alik (di S'pura nggak tes pcr karena cuma ganti pesawat, jadi nggak keluar dari bandara Changi). Menurut saya, tanpa maksud membela pemerintah, tarif tes PCR di Indonesia termasuk sangat murah. Saya masih bayar Rp750ribu/tes. Sementara saat mendarat di Newark US$250 dan di Crown Heights sebelum kembali US$160. Tapi betapapun sekarang hanya Rp275ribu/tes, dan pakai duit sendiri, kalau nggak perlu² amat, ya ogah.
2108762
Atasan dan bawahan sepertinya memang tidak boleh sama. coba bayangkan, bawahan-nya sarung dan atasan-nya kemeja. pasti akan tampak serasi. kalau bawahan-nya sarung dan atasan-nya sarung, bisa-bisa bakal dapat gelar "Sarung Khan !!"
Mbah Mars
Saya kira Kesempatan dalam Kesempitan hanya ada dalam film Warkop. Saya kira Mengail di Air Keruh (Taken at The Flood) Hanya Ada di karya fiksi Agatha Christie. Saya kira Sengsara Membawa Nikmat hanya ada dalam novel Tulis Sutan Sati. Saya kira Menari di Atas Luka hanya ada dalam lagunya Imam S.Arifin. Saya kira Teganya Kau Menari dalam Tangisku hanya ada dalam lirik lagu Nirwana Band. Saya kira Negeri Para Bedebah hanya ada dalam novel Tere Liye. Saya kira Suka-suka Aku hanya ada dalam lagunya Vetty Vera. Saya kira…… Oh, ternyata…..semua ada di dunia nyata.
Jun
Ketika harga PCR test turun, banyak yg marah2. Ketika harganya mahal banyak yg mempertanyakan kenapa bisa mahal. PCR test ada beberapa jenis, salah satunya kalau dibidang per"getehan" ada yg disebut NAT.atau Nucleic Acid Test. Dari pengalaman, yg namanya test untuk virus itu harganya variasi, tergantung buatan mana. Contoh untuk test NAT itu ada yg modal reagentnya aja sekitar 70rb dan ada juga yg 350rb. Bahkan ada yg kurang dari 70rb. Dari India dan China paling murah. Demikian juga test antigent yg menggunakan rapid test, juga sama, ada yg modal reagennya cuma 5rb dan ada juga yg 25rb. Tergantung merk dan dari mana berasal. Yg jadi pertanyaan, kualitasnya, tentunya ada harga ada rupa. Kalau di AS menurut pak Mirza seharga 150 dollar, jangan bandingkan kualitasnya dengan yg dari India. Saya malah justru kuatir karena harga dipaksakan turun.....
Inyong Ngapak
Quizz! Siapa nama asli (nama lengkap): 1. Pak Mirza 2. Pak Pryadi
Ketut Sumarjaya
Presiden hampir selalu jadi pahlawan penurunan harga apa saja. Semoga presiden juga jadi pahlawan penurunan harga minyak goreng yang banyak dikeluhkan oleh ibu² rumah tangga dan para pedagang gorengan. Semoga.
Mbah Sangkil Purnomo
Bagaimana solusinya (ada seminar di Bali) terbang dari luwuk tujuan ke bali harus PCR dulu, sementara di luwuk belum ada alat pengolahnya. Hasil tes harus dikirim dulu ke daerah Palu jalan darat 3 hari, lalu dikirim kembali luwuk 3 hari kemudian. Otomatis 6 hari sebelum berangkat harus PCR hasilnya sudah kadaluarsa duluan. Bagaimana kalau pesawat delay besok paginya? masa berlaku PCR hanya 3 hari. Yang di Pusat saya yakin cara berfikirnya belum sampai kesana.