BEKASI, DISWAY.ID--Rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax April 2022 ini dari harga Rp 14.526 per liter menjadi Rp 16 ribu per liter memicu protes masyarakat.
Pasalnya, dengan kenaikan harga tersebut, akan mempersulit ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Terlebih, bahan pokok sudah terlebih dulu merangkak naik, seperti minyak goreng dan yang lainnya.
Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Bekasi, Ani Rukmini menilai, secara umum pemerintah ini sukanya naik-naikin harga.
Sebelumnya harga minyak goreng naik, termasuk bahan-bahan pokok lainnya. Sekarang, harga Pertamax mau ikut dinaikkan.
Padahal, bentuk tanggung jawab pemerintah tugas dasarnya mensejahterakan masyarakat, tapi sekarang jelas itu tidak terlihat.
“Saya pikir bentuk tanggung jawab pemerintah tugas dasarnya mensejahterakan masyarakat, tidak kelihatan saat ini. Bagaimana bisa, kalau semua harga dinaikin, berarti akan berakibat daya beli turun,” ucapnya.
Walaupun Pertamax itu konsumsi kelas menengah ke atas, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menilai, tetap saja akan berimbas ke masyarakat bawah. Akhirnya, orang-orang kembali ke Pertalite.
Nanti kemungkinan Pertalite langka dan harganya dinaikkan. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat bisa stres.
“Jadi, bagaimana masyarakat nggak stres. Satu sisi masyarakat harus nurut, kalau kita ngomong keras sedikit, dianggap pembangkangan,” sesalnya.
Untuk diketahui, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerjasama Kementerian ESDM, Agung Pribadi menyampaikan, harga minyak dunia pada Maret jauh lebih tinggi dibanding Februari, sehingga memicu harga Pertamax melambung.
“Dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 bulan April 2022, akan lebih tinggi lagi dari Rp 14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp 16.000 per liter,” ucapnya. (*)