Ustaz Jel Fathullah menyebut bahwa persoalan rendang babi ini menyangkut soal identitas Minangkabau karena pelaku usaha menggunakan nama 'Rendang Babiambo'.
Menurutnya, Ambo itu merupakan bahasa Minang dan tidak ada daerah lain yang menyebut kata Ambo selain orang Minang.
Selain itu, pelaku usaha dinilainya juga menyematkan kata-kata Padang dalam usahanya.
"Semua orang yang mencap negatif orang-orang Minang, itu adalah orang yang tidak paham.
"Tapi kalau dikaitkan dengan kata-kata Minang, artinya itu fitnah dan itu merusak marketing dan pencitraan," tuturnya.
Lebih lanjut, orang-orang yang menolak adanya kecaman rendang babi dikatakan Ustaz Jel Fathullah sama saja seperti sudah tidak peduli dengan tradisi Minang.
"Sifat-sifat antipati mereka bukan sifat kejujuran, artinya mereka nggak memahami konteks yang dipersoalkan," pungkasnya.
BACA JUGA:Reaksi Tegas Indonesia Atas Sikap Mahathir Serukan Malaysia Klaim Riau
"Bukan masalah babinya, masa rendang pakai agama, itu bukan seorang ustaz. Itu bukan kalimat seorang ustaz, itu candaan anak SMP," sambungnya.
Selaku pendakwah dari Minangkabau, Ustaz Jel Fathullah mengaku kecewa dan berharpa kasus ini tidak lagi terulang di kemudian hari.
"Kalau ini ada unsur kesengajaan, kalau ada nanti generasi Minangkabau, unsur orang Minang yang ingin menempuh jalur hukum coba aja nggak ada masalah," tuturnya.
"Ini penting sebagai antisipasi peringatan ke depan. Karena sudah ada kelompok-kelompok yang senang kalau orang Minang ini dicederai," ucapnya menambahkan.
BACA JUGA:Miguel Oliveira Cabut dari KTM, Mau ke Ducati atau Aprilia?
Sebagaimana diketahui, sebelumnya pernyataan Gus Miftah soal agama rendang menimbulkan reaksi beragam.
Pernyataan Gus Miftah dianggap semakin membuat situasi memanas.