JAKARTA, DISWAY.ID-Harga Crude Palm Oil (CPO) dunia sudah mulai turun dari harga Rp 17 ribu menjadi Rp 6 ribu, demikian halnya dengan harga Tandan Buah Segara (TBS) sawit, namun mengapa harga minyak goreng masih belum turun?
Hal ini dipertanyakan Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto.
Mulyanto menyoroti pengelolaan CPO di Kawasan Industri Dumai yang dikelola oleh PT Wilmar Group di Dumai, Provinsi Riau.
Menurutnya terdapat beberapa persoalan yang cukup serius terkait masih tingginya harga minyak goreng di Indonesia, di tengah merosotnya harga CPO dunia.
BACA JUGA:Ini Pernyataan Mendag Zulhas Soal Peluncuran Minyak Goreng Curah, Siap Undang Pelaku UMKM?
“Harga CPO dunia kan sudah mulai merosot sejak puncaknya bulan Maret dari harga Rp17.000/kg menjadi hanya Rp6.000 per kg. Harga tandan buah segar (TBS) sawit yang sudah merosot mencapai kurang lebih di bawah Rp1.000 per kg. Tetapi harga minyak kok masih anteng-anteng saja, masih di atas harga eceran tertinggi (HET), masih belum mencapai HET. Kan timbul pertanyaan, di mana masalahnya. Ini kita angkat dalam pertemuan tersebut, cuman sayangnya pihak Wilmar nggak siap dengan data-data. Sehingga jawabnya nggak jelas, berapa jumlah yang diekspor,” jelas politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu panjang lebar.
Meski begitu, di sisi lain Mulyanto mengatakan Pemerintah sudah berusaha dengan mengeluarkan minyak goreng curah seperti MGCR (Minyak Goreng Curah Rakyat) dan Minyakita yang harganya sesuai HET.
Dirinya berharap agar minyak goreng curah benar-benar didistribusikan ke seluruh Indonesia dengan harga flat sebesar Rp14.000 per liter termasuk di daerah timur yang sering kali kesulitan pendistribusiannya karena transportasi.