“Itu tidak melakukan apa pun selain memoles status WHO. Hasil yang tepat sudah jelas tidak menyatakan keadaan darurat pada saat ini akan menjadi kesempatan bersejarah yang terlewatkan,” jelasnya dilansir Disway.id dari Straits Time, Minggi 24 Juli 2022.
BACA JUGA:Waspada Wabah Cacar Monyet 21 Warga Nigeria Positif Terinfeksi dari 200 Kasus Seluruh Dunia
Keputusan itu akan membantu menahan penyebaran penyakit virus, kata Josie Golding, kepala epidemi dan epidemiologi di Wellcome Trust. “Kita tidak bisa terus menunggu penyakit meningkat sebelum kita melakukan intervensi,” katanya.
Di Eropa dan Amerika Serikat, kasus hampir seluruhnya dilaporkan di antara pria yang berhubungan seks dengan pria.
Bahkan komite juga mengatakan akan mempertimbangkan kembali jika kelompok lain mulai melaporkan kasus, terutama anak-anak atau orang lain yang lebih rentan terhadap virus di wabah masa lalu di negara-negara endemik.
Sejauh tahun ini, ada lebih dari 16.000 kasus cacar monyet di lebih dari 75 negara. Saat komite pertama kali bertemu pada akhir Juni lalu, hanya ada sekitar 3.000 kasus. WHO juga telah memberikan saran dan pembaruan sejak wabah dimulai pada awal Mei.
BACA JUGA:Bermutasi, Cacar Monyet Merambah 20 Negara
Hasil penelitian terbaru virus cacar monyet mempu bermutasi dengan cepat.-freepik-
Pada pertemuan pertama komite ahli, kelompok itu mengatakan akan mempertimbangkan kembali posisinya pada deklarasi darurat jika wabah meningkat.
Pada hari Jumat, Amerika Serikat mengidentifikasi dua kasus cacar monyet pertama pada anak-anak.
Setiap perubahan pada virus itu sendiri, yang menyebar melalui kontak dekat dan menyebabkan lesi dan gejala seperti flu, juga dapat memicu pemikiran ulang, kata komite tersebut.
Kelompok tersebut sekarang dibagi antara mereka yang berpikir deklarasi darurat akan mempercepat upaya untuk mengatasi penyakit, dan mereka yang tidak berpikir kriteria di atas telah terpenuhi karena penyakit tersebut belum menyebar ke kelompok orang baru atau memiliki tingkat kematian yang tinggi.
BACA JUGA:WHO: Cacar Monyet Tak Butuh Vaksin Massal
Pejabat WHO mengatakan mereka sedang menjajaki kemungkinan penyebaran virus melalui mode penularan baru.