TANGERANG, DISWAY.ID - TO (46) Staf Analisa Alat Mesin Pertanian di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) Kabupaten Tangerang bukan satu-satunya terduga teroris yang diburu Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.
Masih ada beberapa nama lain yang diduga memiliki kaitan dengan jaringan terorisme kelompok Jamaah Islamiyah (JI) yang teridentifikasi dari sejumlah barang bukti hasil sitaan Densus 88 Densus 88 Anti Teror.
Fakta-fakta ini diketahui dari barang-barang pribadi seperti komunikasi yang terlacak dalam telepon seluler, empat buku yang menjadi pedoman gerakan JI, distribusi penggalangan dana dalam satu ATM dan beberapa bukti lainnya seperti buku tabungan.
TO yang diketahui warga Perumahan Samawa Village, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Banten disinyalir memiliki kaitan dengan JI yang ada di Lampung, Jawa Tengah, dan beberapa kota besar lainnya.
Kini Tim Densus 88 tengah mendalami TO yang berhadil diamankan pukul 05.52 WIB di masjid Al Muhajirin Walansor di kompleks Perumahan Samawa Village usai menunaikan solat subuh, Selasa 15 Maret 2022.
TO tingal di Perumahan Samawa Village bersama istri dan kedua anaknya. Dari keterangan sejumlah warga TO sosok yang harmonis tidak terlihat sedikit pun perilaku janggal di dalam kehidupannya.
Bahkan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) Kabupaten Tangerang Azis Gunawan menyebut TO seorang aparatur sipil negara (ASN) sosok yang memiliki kecakapan dan kemampuan yang sangat diandalkan selama bertugas di Dispertan Kabupaten Tangerang.
”Orangnya ramah, tidak pernah yang aneh-aneh sepengetahuan saya. Kemampuan bagus dalam bekerja,” terang Azis Gunawan mengomentari sosok TO kepada wartawan.
Jamaah Islamiyah Semakin Solid
Sejumlah fakta-fakta baru dewasa ini cukup mencengangkan, Densus 88 Antiteror Polri, menemukan beberapa indikasi keberadaan Jamaah Islamiyah (JI) semakin solid bahkan sebarannya kian mengkhawatirkan.
Ini terdeteksi dari pergerakan dan bukti penangkapan yang kerapa terjadi di sejumlah daerah. Misi JI secara jelas menciptakan situasi dan kondisi negara tidak nyaman. Menebar ketakutan dan ancaman ada upaya awal yang terus diciptakan.
Internal Jamaah Islamiyah khususnya sempalan justru bermunculan. Generasi yang lebih muda pun cenderung ceroboh serta membahayakan kelompoknya sendiri.
Variasi Gerakan Islam di Indonesia (2011) menyebut Jamaah Islamiyah mulai goyang ketika Abdullah Sungkar meninggal dunia pada 1999.
Kematian Sungkar membuat Abu Bakar Ba'asyir didapuk menjadi pucuk pimpinan Jamaah Islamiyah. Namun, meski Ba'asyir tergolong sesepuh dan sarat pengalaman, banyak yang tidak suka dengan kepemimpinannya.
Adapun yang termasuk dalam kelompok ini antara lain, Hambali, Imam Samudra, Mukhlas atau Ali Ghufron, yang menjadi pelaku Bom Bali I serta Abu Fatih. Mereka tergolong semangat melakukan jihad meski misinya tidak berkaitan dengan tujuan mendirikan negara Islam.