JAKARTA, DISWAY.ID - Sudah mulai memasuki musim kemarau, kenapa tetap hujan? Terkait hal ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) buka suara.
"Jadi semakin menghangat di Samudera Pasifik, anomali temperatur di Samudera Pasifik ini semakin meningkat sudah mencapai 0,8 artinya El Nino masih lemah," kata Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, dilansir dari radarutara, Selasa 4 Juli 2023.
Di samping itu, BMKG juga memprediksi kemarau makin kering karena dampak dari Indian Ocean Dipole (IOD).
BACA JUGA:Update BMKG: Prakiraan Cuaca se-Jabodetabek Hari Ini, Kamis 22 Juni 2023
"Intensitas El Nino semakin menguat. BMKG mendeteksi IOD yang semakin menguat ke arah positif, yang artinya seperti fenomena yang terjadi seperti 2019 di mana IOD menguat dan mengakibatkan kondisi kering lebih kering di wilayah Indonesia," ujar Dwikorita.
IOD merupakan perbedaan suhu permukaan laut antara dua wilayah, yaitu Laut Arab (Samudera Hindia bagian barat) dan Samudera Hindia bagian timur di selatan Indonesia
BMKG mengungkapkan potensi pertumbuhan awan hujan di sejumlah daerah di bulan Juni.
Adapun daerah terkait adalah, Bengkulu hingga Sumatera Barat, Jawa Barat, Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua, serta daerah pertemuan angin (konfluensi) di Samudra Hindia Barat Daya Sumatera, Laut China Selatan.
BACA JUGA:BMKG: Gempa Bumi M 3,8 Mengguncang Maumere, Nusa Tenggara Timur
Lembaga tersebut mengungkit efek "sirkulasi siklonik" yang terpantau di Samudra Pasifik utara Papua Barat.
Dampak El Nino Terjang Indonesia
Berikut dampak dari fenomena El Nino, khususunya di bidang pertanian.
1. Kekeringan
El Nino sering dikaitkan dengan peningkatan suhu permukaan laut dan penurunan curah hujan di beberapa wilayah.
Hal ini dapat menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan, mengurangi ketersediaan air untuk pertanian.