Yacoov Nir (2021: 81-83) menyebut bahwa sebelum Perang Dunia II, ada sekitar 26,000 orang Yahudi secara ilegal masuk ke Palestina dari Romania, Bulgaria, Italia dan Yunani. Mayoritas mereka tiba dengan selamat di pantai Palestina.
Lebih dari itu, menurut Yacoov Nir, orang Yahudi mengeluarkan uang sebesar 1,000 pound Palestina, yang setara dengan 1,000 poundsterling Inggris kala itu, demi mendapatkan sertifikat sebagai warga negara resmi Palestina.
Perlu dicatat, menurut Yacoov Nir, bahwa di tahun itu, delegasi The Jewish Agency untuk Jerman, yang dipimpin oleh Hakim Arlozoroff, bertemu pimpinan Nazi di Jerman. Mereka meminta Nazi segera mentransfer sejumlah uang ke Palestina, yang dalam bahasa Ibrani disebut Ha'avara.
Sejak 1933 sampai 1948, Jerman total telah mentransfer uang sebesar 82 juta, yang setara dengan 33 juta Euro. Sebagai hasilnya, 14,000 orang Yahudi bisa hidup damai di Palestina. Dengan kata lain, walaupun Nazi-nya Hitler membunuh Yahudi, tetapi Nazi juga berjasa besar memberikan makan dan tempat tinggal yang nyaman bagi Yahudi di Palestina.
Jika ditarik benang merahnya, sejatinya orang-orang Eropa sudah muak dengan keberadaan Yahudi di wilayah mereka. Jerman memang mengusir orang Yahudi dan membunuh mereka, tetapi Jerman berjasa dalam memberikan modal untuk hidup di Palestina. Sementara Inggris sepenuhnya, baik kapital maupun politik, mendukung pemindahan Yahudi ke Palestina.
Inilah kisah bangsa Yahudi, yang dibenci di dalam Peradaban Mesopotamia, Peradaban Mesir, hingga Peradaban Eropa dan modern. Mereka bangsa yang sombong dan menyebalkan. Mesopotamia, Mesir, dan Eropa Modern paham betul soal itu. Seakan-akan, bagi Eropa, daripada Yahudi membuat ulah di negeri mereka, parasit Yahudi lebih baik dipindahkan ke Timur Tengah, baik dengan alasan kemanusiaan, politik, ekonomi, atau apapun. Yang terpenting, Yahudi tidak memiliki akar di Eropa. (*)
*) Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.