JAKARTA, DISWAY.ID - Pelaku usaha segmen ultra mikro ditargetkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru terutama dalam menyambut Indonesia Emas 2045.
Sebab itu, beragam program pemberdayaan terus diakselerasi BRI Group melalui Holding Ultra Mikro (UMi).
Memasuki 3 tahun kehadiran Holding UMi, BRI menargetkan peningkatan dan pemerataan literasi bagi para nasabahnya.
Terkait dengan hal tersebut, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan bahwa ada pergeseran fokus dari awal terbentuknya Holding UMi dibandingkan dengan kondisi segmen ultra mikro saat ini.
BACA JUGA:Transaksi Pakai BRImo, 15 Nasabah Ini Menangkan Mobil Listrik Keren!
BACA JUGA:Prestasi Awal Tahun, Humas Pegadaian Raih Indonesia Public Relations Award 2024
Pada awalnya Holding UMi fokus pada memberikan permodalan terhadap pelaku-pelaku usaha baru melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di setiap tahunnya.
“Kini, concern utamanya yakni bagaimana agar pelaku usaha ultra mikro secara merata mampu mengakses lembaga keuangan formal secara mudah dan tanpa memerlukan cost operasional yang mahal. Maka dari itu, perlu adanya literasi terhadap teknologi bagi para pelaku usaha beriringan dengan peningkatan kapabilitas di seluruh entitas termasuk PNM dan Pegadaian,” ujar Supari.
Supari pun menekankan saat ini fokus perseroan mendorong literasi keuangan.
“Jadi konsepnya sudah terbalik, kalau dulu inklusi dulu baru literasi, sekarang literasi dulu baru inklusi. Maka nanti program-program pemerintah termasuk KUR ini akan terserap dengan baik terutama kualitasnya yang lebih baik. Begitu mereka terliterasi maka inklusi akan berjalan lebih cepat,” imbuhnya.
BACA JUGA:Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis Pegadaian Raih Best CFO Award 2024
BACA JUGA:Naik Kelas Bersama Rumah BUMN, BRI Sukses Berdayakan Lebih dari 400 Ribu UMKM
Di sisi lain, Supari menambahkan bahwa fokus ini sebagai upaya menjawab tantangan perubahan perilaku masyarakat di masa depan.
Dia mengatakan, saat ini sekalipun di segmen ultra mikro sudah 87 persen pengguna smartphone.
BRI selaku penyedia layanan pinjaman pokok UMKM memerlukan perubahan bisnis proses menuju digital agar kualitas target segmen tidak rusak dengan praktik non-bank seperti pinjaman online atau judi online.