JAKARTA, DISWAY.ID - Memiliki anak usia balita membutuhkan perhatian lebih.
Bunda khususnya, harus memahami perasaan dan hati mereka.
The LEGO Group meluncurkan kampanye Play Unstoppable - sebuah kampanye yang bertujuan untuk mendorong anak perempuan untuk bereksperimen dan mengekspresikan diri secara kreatif.
Penelitian global menemukan bahwa kepercayaan diri dan kreativitas anak perempuan dipengaruhi oleh societal pressure (tekanan sosial) yang menuntut mereka untuk senantiasa menjadi sempurna.
Sebagai bagian dari kampanye Play Unstoppable dari The LEGO Group, telah dilakukan survei terhadap lebih dari 61.500 orang tua dan anak usia 5 hingga 12 tahun di 36 negara termasuk Indonesia dalam Play Well 2024 Research terbarunya.
BACA JUGA:Parenting dalam Islam, Inilah Cara Mendidik Anak Menurut Imam Al Ghazali
Survei ini mencakup pertanyaan yang menyoroti kepercayaan diri kreatif anak-anak serta pentingnya faktor-faktor seperti ketakutan akan kegagalan, tekanan untuk menjadi sempurna, dan penggunaan bahasa dalam mempengaruhi kreativitas mereka.
Play Well Study menunjukkan dampak kesempurnaan dan bahasa terhadap kepercayaan diri kreatif
Didefinisikan sebagai keberanian untuk mencoba dan menerima kegagalan saat mengembangkan ide-ide baru, kepercayaan diri kreatif dapat memengaruhi anak-anak hingga dewasa.
Namun, Play Well 2024 Research mengungkapkan bahwa bahkan anak perempuan berusia lima tahun pun sudah mengalami penurunan kepercayaan diri kreatif akibat tekanan untuk mencapai kesempurnaan dan pengaruh bahasa sehari-hari.
Pada usia muda ini, tiga perempat (76%) merasa percaya diri dalam kreativitas mereka, namun hal ini menurun seiring bertambahnya usia.
Dua pertiga dari semua anak perempuan sering merasa khawatir untuk berbagi ide mereka.
Hal ini diperberat oleh beban perfeksionisme dan kecemasan akan membuat kesalahan (72%).
Anak perempuan berusia 5 hingga 12 tahun mengatakan bahasa yang mereka dengar membuat mereka merasa seolah-olah mereka tidak diperbolehkan untuk bereksperimen dan melakukan kesalahan (71%), atau memperkuat kebutuhan akan kesempurnaan (73%).