JAKARTA, DISWAY.ID - Menanggapi nilai tukar Rupiah yang melemah tehadap Dollar AS, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan sejumlah Menteri lainnya serta Kepala Lembaga akhirnya mengundang Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pertemuan yang diadakan di ke Istana Kepresidenan.
Dalam pertemuan digelar pada Kamis 20 Juni 2024 itu, Sri Mulyani mengkonfirmasi bahwa kedatangan dirinya beserta beberapa Menteri lain adalah untuk membahas melemahnya nilai tukar Rupiah.
Deretan para Menteri yang diundang tersebut adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
BACA JUGA:Peringatan Ekonom INDEF: Begini Dampak Nilai Tukar Rupiah Melemah Terhadap Proyek Strategi Nasional
"Iya soal Rupiah," ujar Sri Mulyani dalam keterangannya.
Berdasarkan data Google Finance, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.491 per dolar AS pada Kamis 20 Juni 2024.
Mata uang Indonesia ini melemah 103 poin atau minus 0,63 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya.
Berdasarkan data terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada hari Jumat 21 Juni 2024 ini sudah menyentuh Rp16.422 per dolar AS.
Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, akan ada sejumlah komoditas dan barang yang diprediksi mengalami kenaikan harga, terutama barang-barang impor.
Barang-barang yang diprediksi tersebut adalah emas logam mulia, bahan bakar, telur dan daging ayam, pupuk hingga barang elektronik. Adapun telur dan daging ayam disoroti lantaran keduanya rata-rata masih menggunakan pakan yang berasal dari barang impor.
BACA JUGA:Rupiah Melemah Bisa Picu Kenaikan Harga Tiket Pesawat, Pengaruhi Harga Avtur
"Iya semuanya ke barang barang impor itu pasti mengalami kenaikan. Yang terasa itu ke barang-barang impor, kemudian seperti minyak mentah, komoditas, elektronik, otomotif, pupuk, ini sangat terasa sekali," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulisnya pada Jumat 21 Juni 2024.
Sementara itu pada bulan Juni ini, nilai tukar rupiah diprediksi akan semakin tertekan oleh dollar AS hingga mencapai Rp 16.500.
Adapun sebelumnya, nilai tukar sempat menembus Rp 16.300 per dollar AS. Pelemahan rupiah juga sejalan dengan nilai mata uang di kawasan Asia.
Misalnya, won Korea Selatan melemah 0,22 persen, baht Thailand melemah 0,10 persen, ringgit Malaysia melemah 0,04 persen, dan dolar Singapura minus 0,08 persen.