Tanri Abeng

Senin 24-06-2024,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

Saya selalu kagum dengan kesehatan Pak Tanri Abeng. Di usia 82 tahun masih terlihat gesit. Kami ngobrol asyik di Semarang. Mungkin empat bulan lalu. Atau lima.

Tidak ada tanda-tanda ia mengidap satu jenis penyakit. Badannya terjaga: tidak gemuk. Maka ketika mendengar Pak Tanri meninggal dunia kemarin, rasanya tidak begitu percaya.

Memang hari itu kami bertemu di klinik. Tapi tidak untuk berobat. Kami justru sedang berusaha agar tetap sehat: sama-sama melakukan stem cell.

Pak Tanri ketahuan tidak sehat baru dua bulan lalu. Tepatnya tanggal 5 bulan 5. Hari itu ia memimpin rapat sejak pagi sampai sore. Di rumahnya. Di kawasan elite Simpruk Jakarta.

Yang hadir di rapat itu adalah seluruh pimpinan universitas yang ia adalah rektornya.

Pak Tanri memang mendirikan lembaga pendidikan tinggi menggunakan namanya: Tanri Abeng University. Di daerah Ulujami, Jakarta.

Usai rapat itu Pak Tanri merasa lelah. Capek. Lemes. Lalu dibawa ke RS Pertamina.

Ketahuanlah: hb darahnya turun. Trombositnya rendah. Malam itu juga dilakukan tranfusi. Keadaannya pun membaik. Keesokan harinya diterbangkan ke Singapura.

Hampir empat minggu Pak Tanri menjalani pengobatan di RS Mount Elizabeth. Di sana diketahuilah bahwa Pak Tanri mengidap leukimia.

Diobati.

Setelah merasa kondisinya membaik ia minta pulang. Maka tanggal 4 Juni lalu Pak Tanri kembali ke Jakarta.

Baru saja mendarat di bandara kondisi tubuhnya memburuk. Pak Tanri langsung dimasukkan ke RS Medistra Jakarta.

Di situ ia dirawat. Sampai akhirnya meninggal kemarin dini hari.

Berarti Pak Tanri mengurus lembaga pendidikan sampai di akhir hayatnya. Pendidikan adalah panggilan jiwanya. Ia terinspirasi dari guru-gurunya yang hebat di SMK di Makassar. Saking kagumnya pada para guru itu sampai Pak Tanri punya cita-cita jadi guru.

Pak Tanri sebenarnya lahir di Selayar, sebuah pulau miskin di selatan Sulawesi. Untuk ke kota Makassar diperlukan naik kapal satu malam penuh.

Usia 12 tahun Tanri kecil pindah ke Makassar. Ikut keluarga. Itu karena ayahnya meninggal dunia.

Di sekolah menengah kejuruan itulah Tanri mendapat kesempatan ikut pertukaran pelajar ke Amerika. Waktu itu Tanri aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) --sering disebut sebagai "adik"-nya HMI.

Di Amerika itulah jalan pikiran Tanri berubah. Tidak ingin lagi jadi guru. Ia ingin jadi profesional. Itu sesuai dengan nasehat orang tua angkatnya di Amerika.

"Dengan menjadi profesional kamu bisa punya uang. Setelah kaya baru terjun ke dunia pendidikan. Hasilnya lebih banyak." Begitu kurang lebih nasehat sang ortu angkat.

Pulang dari Amerika Pak Tanri kuliah di Universitas Hasanuddin. Hanya lima semester. Ia mendapat beasiswa untuk kuliah di salah satu universitas di Buffalo, tidak jauh dari air terjun terbesar di dunia: Niagara.

Dengan gelar MBA Pak Tanri direkrut oleh perusahaan Amerika di Indonesia: Union Carbide. Itu perusahaan kimia berskala global. Karirnya terus menanjak di situ.

Di dunia profesional itu Pak Tanri membuat sejarah: ia-lah orang pertama yang mendapat gelar 'Manajer Rp 1 miliar'. Baru di sosok Pak Tanri ada seorang manajer bergaji Rp 1 miliar setahun. Saat itu nilai Rp 1 miliar serasa seperti Rp 100 miliar hari ini.

Banyak yang menyangka itu karena gelar Pak Tanri bukan Drs, SH atau Ir. Gelar Pak Tanri adalah MBA. Agak langka saat itu. Maka gelar MBA terasa menjadi seperti di atas S-1. Anak muda pun seperti berlomba mengejar gelar MBA. Pun bagi yang sudah bergelar S-1. Kini Anda merasakan gelar MBA tidak lagi punya keistimewaan seperti di zaman Pak Tanri.

Yang menghebohkan adalah ketika Pak Tanri menerima tawaran menjadi CEO perusahaan bir: Bir Bintang. Padahal latar belakang pribadinya sangat Islam: aktifis PII dan kemudian juga HMI.

Yang jelas Pak Tanri kemudian identik dengan manajer profesional yang hebat. Ilmu manajemen seperti tiba-tiba menjadi sangat penting. Para insinyur ITB dan IPB pun mengejar karir di manajerial.

Pun sampai Presiden Suharto: mengagumi Pak Tanri. Pak Harto memanggilnya. Diajak diskusi mengenai pengelolaan perusahaan negara.

Saat itulah Pak Tanri mengajukan ide pembentukan kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lalu Pak Tanri menjadi menteri BUMN yang pertama.

Sebelum itu perusahaan negara berada di bawah kementerian teknis masing-masing. Perbankan di bawah menteri keuangan. Industri di bawah menteri perindustrian. Sebangsa Panca Niaga di bawah menteri perdagangan. PLN di bawah menteri PU. Dan seterusnya.

Sejak zaman Pak Tanri itulah kekuasaan para menteri atas perusahaan negara dicabut. Semua dialihkan ke kementerian BUMN.

Pak Tanri, dengan demikian, adalah 'Bapak BUMN'. Jabatan menteri BUMN tetap di tangannya saat presiden berganti ke Prof BJ Habibie. Lalu pindah ke Laksamana Sukardi di zaman Gus Dur. Hanya sekedipan mata. Pak Laks diganti oleh orang NU --saya lupa namanya.

Di zaman Bu Megawati jadi presiden, Pak Laks kembali diangkat menjadi menteri BUMN.

Setelah tidak jadi menteri Pak Tanri tetap laris: diminta jadi CEO Grup Bakrie. Lalu jadi Komut Pertamina. Jadi CEO di kelompok usaha OSO. Bahkan saat meninggal pun masih menjadi komisaris di salah satu BUMN.

'Dendam'-nya untuk terjun ke dunia pendidikan dituntaskan di tahun 2011. Saat usianya 70 tahun. Pak Tanri menjual sahamnya di hotel Aryaduta Makassar. Hasilnya: untuk membangun Tanri Abeng University di Jakarta. Ia yang jadi rektornya, sampai meninggal dunia.

Pak Tanri memang bertekad harus ia yang langsung  memimpin universitas itu. Misinya: agar lulusannya bisa menjadi manajer yang hebat. Atau jadi pengusaha. Atau menjadi seorang pemimpin.

Di universitas itulah Pak Tanri kehilangan isterinya: Farida Nasution. Farida meninggal di tahun 2016 dengan dua anak: Emil Abeng dan Edwin Abeng. Dari mereka lahir 4 cucu.

Di universitas itu pula Pak Tanri menemukan pengganti Farida. Dia seorang dosen komunikasi: Kartika Harijono. Dipanggil Chika. Janda satu anak. Pak Tanri dan Chika menikah tanggal 4 bulan 5 tahun 2019.

Saya tidak bisa melayat kemarin. Saya minta tolong Mas Irwan Setiawan untuk mengucapkan duka. Mas Irwan adalah pimpinan Jawa Pos di Jakarta pada masanya. Kini ia menjadi dosen komunikasi di Tanri Abeng University.

Tentu pada dasarnya Pak Tanri tidak memerlukan gelar apa pun selain MBA. Tapi pada akhirnya beliau kuliah S-3 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sampai bergelar doktor. Itu semata-mata karena peraturan:  untuk bisa jadi rektor harus bergelar doktor.

Pak Tanri adalah contoh "sekali hidup banyak berbuat". Juga "banyak membuat sejarah".( Dahlan Iskan)

Komentar  Dahlan Iskan di  Disway Edisi 23 Juni 2024: Anies Ahok

djokoLodang

-o-- KAMERA OTOMATIS Koh-Jo sedang santai mengemudi ketika melihat ada kilatan kamera lalu lintas yang memotretnya menjelang perempatan lampu merah. Dikiranya fotonya diambil karena ngebut. Padahal dia yakin nyetir pelan-pelan saja. Karena punya banyak waktu, Koh-Jo iseng mengitari blok itu dan kemudian melewati tempat yang sama, seraya mengemudi lebih lambat lagi. Tapi sekali lagi kameranya berkedip. Merasa bahwa adegan itu lucu, dia melakukannya sekali lagi. Mengitari blok, lewat di depan kamera itu lagi dengan kecepatan yang lebih lambat lagi, sambil tertawa menyeringai menghadap kamera, dan melambaikan tangannya. "Kamera otomatis itu baru dipasang. Pasti belum sempurna", pikirnya. Dua minggu kemudian, Koh-Jo menerima tiga Surat-Tilang-Otomatis yang dikirim via pos. Berikut lampiran foto sebagai bukti. Dia baru sadar, bahwa saat itu dia mengenudi tanpa memasang sabuk pengaman. -jL--

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

@Djoko Lodang.. KONTEMPLASI, RENUNGKANLAH, PIKIRKANLAH.. 1). Apakah sekarang Anies Ahok mau bersatu..? Iya. Tapi tekanannya di kata "berubah". Anies berubah. Ahok berubah. Keduanya udah berubah.. Pasangan AA, membawa thema: Perubahan..!! 2). Apakah itu berarti menghalalkan segala cara, yang penting berkuasa..? Tidak. Yang belum halal, dihalalkan dulu. Caranya..? Berubah..!! 3). Bagaimana dengan potensi "perceraian" di tengah jalan..? Jawaban: Potensi itu harus, dan sudah diminalkan oleh "waktu". Ahok banyak berubah, sebagai buah kontemplasi saat di penjara. Anies juga berubah, setelah gagal tinggal di istana. Keduanya sudah berubah..!! ### Karena itu, pilihlah AA. Demi perubahan Indonesia, melalui perubahan di Jakarta..

djokoLodang

-o-- Sedih setelah menghadiri pemakaman seorang teman baik, Koh-Jo mampir ke restoran Cina untuk menyenangkan hati. Restoran itu menyajikan kue keberuntungan --di dalamnya ada kertas kecil berisi ramalan. Lebih tertarik pada kertas ramalan, diabaikannya kue itu. Kesenangan Koh-Jo berakhir ketika dia baca: “Kamu akan segera bertemu kembali dengan seorang teman baik.” --jL-

Wilwa

@Mirza. Sepakat. Selain aturan Pilkada, juga karakter yang berlawanan yang menjadi aneh kalau dipasangkan ibarat air dipasangkan dengan api. Air banyak api kecil, matilah sang api. Api besar air sedikit, tak bisa padam apinya.

thamrindahlan

Ada 3 kosakata kalau dan 7 kata mungkin pada tulisan Chdi bertajuk Anies Ahok "Kalau' tidak salah "mungkin' bisa dimaknai sebagai prediksi disway.id diterjemahkan sebagai prediksi peluang Anies Baswedan menjabat Gubernur Jakarta. Lagi. Sepertinya Jokowi efek sudah dilupakan disini. Apakah ini petanda redupnya nyala dinasti setelah gojang ganjing Pilpres 2024. Dalam kapasitas warga Jakarta lebih memilih seorang Gubernur yang memiliki niat ikhlas berupa gagasan mensejahterakan rakyat. Mari lupakan sejenak partai partai itu. Pilihan lebih memilih kepada sosok / tokoh memiliki track record berhasil melakukan perubahan mendasar pada semua sisi. Padanan Anies Baswedan .Ahok setidaknya merupakan pasangan ideal ditengah heterogenitas penduduk Jakarta. Akan terjadi perlawanan seru dari pihak sebelah. Anda sudah tahu masih banyak oknum Alergie kepada Gagasan Perubahan. Tadinya banyak pengamat sebaiknya Anies menolak pencalonan dirinya. Namun menyisiati begitu besar harapan rakyat kepada Pasangan Gubernur kualitas Dmart disamping keberadaan geografis IKN nun jauh di Kalimantan sana maka glamor Jakarta sebagai kota megapolitan tak akan tertandingi. Satu lagi pembuktian bahwa proses pilkada Jakarta akan menampakkan demokrasi seutuhnya. Pengalaman terdahulu jurus sembako dan peran sebelah mata aparat walikota camat dan lurah idak mempan disini Entah pihak sana sedang mempersiapkan jurus lain untuk menahan Anies Ahok Waalahualam Salamsalam Tempino Jambi.

Juve Zhang

Ibu Mega lah penentu siapa yg akan maju...bu Mega sudah tua masih di minta memikirkan hal hal "kecil" masa kejayaan beliau ketika Zaman Orba...tak ada yg seberani beliau melawan "Kim Joñg Un" yg reputasi nya menggelegar...bisik bisik politik hanya di Kamar kos...tak berani di muka umum...zaman KimJong Un memang zaman yg gak ada duanya...serem...semua cari selamat diam saja...belakangan bu Mega di benci karena memperlakukan Sang Mister kurang beradab...di dudukan di meja "hijau" berhadapan...tentu pembela Mister ngamuk lihat Pujaan nya di perlakukan pesakitan...wkwkw..memang orang orang "politik" banyak yg kelakuan nya diluar akal manusia biasa....coba lihat Mister ini paling aneh juga Cium Cium Tangan Bu Mega sampai bongkok badan nya...lihat photo Mister cium cium tangan sampai bongkok ....kesan nya lihat Mister Aneh...ada apakah Seorang Ketua Paguyuban sampai perlu Di Cium Tangan nya bongkok pasrah...sang Ketua Paguyuban pasti kaget juga lihat Mister yg nyeruduk cium cium tangan....wkwkwk..semua ke anehan ini mungkin yg mengakibatkan hubungan "psikologi" kedua nya yg aneh di mata rakyat...yg satu nyeruduk nyeruduk cium tangan sampai bongkok badan...yg satu menghakimi Mister yg duduk di kursi biasa. ...tapi orang politik punya tujuan sama aliran apapun..."menyimpan koleksi photo Mister Benyamin Franklin"...konon itu tak lekang di makan Zaman...akan halnya Rakyat yg menyoblos cukup diberi 10 kg beras sudah mencium tangan Kolektor Mister Benyamin F.....wkwkw.

hoki wjy

Jika Anies dan Ahok jadi perpasangan di Pilgub Jakarta berarti Tuhan sengaja membuat Anies kalah dalam pemilu yg lalu supaya Anies kelak bisa berpasangan dg Ahok di Pilgub Jkt sedangkan Ahok jika jadi berpasangan dengan Anies berararti Tuhan sengaja membuat Ahok masuk penjara utuk melatih kesabarannya agar kelak bisa berpasangan dengan Anies.umpama kelak jika Anies dan Ahok sukses pimpin JKT maka bisa dipastikan Pemilu yg akan datang Anies dan Ahok akan maju sebagai Presiden dan Wapres dan jika itu terjadi maka Anies dan Ahok bisa dipastikan De gaga lawangnya. memang cara Tuhan membuat seseorang menang bisa melalui banyak cara misalnya ekonomi Indonesia yg dipimpin oleh Oke Gas Oke Gas akan dibuat babak belur supaya Anies dan Ahok menang dalam pemilu yg akan datang.

Liam Then

Pemda Jakarta harus bisa lepas dari yang namanya "dicucuk hidungnya". Pembangunan di Jakarta selama ini selalu mengikuti arus modal. Yang ideal harusnya sebaliknya, Pemda mampu pasang tali "cucuk hidung" , mampu kendalikan dan atur arus modal. Coba lihat pengembangan kawasan CBD di Jakarta, berapa persen alokasi APBD yang habis kesana, berapa tinggi tingkat efektifitasnya misal diukur kemanfaatannya kepada masyarakat luas di Jakarta. "To govern" , "government", "perintah" , "pemerintah" ini sudah jelas arti katanya. Jadi kalau masih "tercucuk hidung", susahlah Jakarta bisa berbenah dan membangun, agar lebih banyak lapisan masyarakat bisa menikmati APBD tahunan Jakarta yang besar itu.

Lagarenze 1301

Santai sejenak. Ratna akhirnya membuat pengakuan ke ibunya. “Bu, aku pacaran dengan pria tetangga sebelah,” ujarnya. Ibunya kaget. "Tetangga kita yang duda itu?" "Iya, Bu. Aku mencintainya." "Aduh, Ratnaa.... Dia 'kan sudah berumur. Selisih umur kalian mungkin 30-an tahun." "Umur hanyalah angka, Bu." "Tapi.... Dia bisa jadi ayahmu, Ratna." "Tidak masalah, Bu. Kami saling mencintai." "Ratna, kamu salah memahami perkataan Ibu," ujar sang ibu cemas dan panik.*

Fiona Handoko

selamat pagi bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp jo, bp jz dan teman2 rusuhwan. "baru jabat 6 bulan. kasatreskrim polresta barelang pemberantas judi online. dimutasi." demikian berita di kompastv. com tentu kita bertanya2. apakah invisible hand dari "projo" di barelang begitu kuatnya. hingga berkuasa memutasi seorang komisaris polisi? notes "projo" = pro ju** onli**

Mirza Mirwan

Saya kehabisan kata untuk melukiskan kebiadaban Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant. Ya, saya tidak menyalahkan serdadu IDF. Mereka bertindak berdasarkan komando. Dua minggu yang lalu saya sudah skeptis bahwa resolusi "permanent ceasefire" di Gaza yang disetujui 14 negara anggota DK-PBB -- tanpa veto -- bisa dilaksanakan. Bahkan saat draft resolusi yang berasal dari ide Biden diumumkan Biden di Gedung Putih, daya sudah skeptis. Dan ternyata skeptisisme saya benar. Israel justru kian brutal. Tragisnya, kebrutalan mereka dialamatkan ke kamp-kamp pengungsi yang, ironisnya, sebelumnya ditetapkan Israel sebagai zona aman. Kemarin Israel membombardir kamp pengungsi Shati di Tufah, Gaza Utara. Sehari sebelumnya membombardir kamp pengungsi al-Mawasi di Gaza selatan. Sampai sebelum Dhuhur tadi jumlah korban (sipil) yang tewas di Gaza sudah menyentuh angka 37.551 jiwa, sedang yang terluka 85.911 orang. Mungkin benar yang dikatakan putri kecil saya, bahwa Bibi itu iblis dalam ujud manusia. Gelombang demonstrasi menentang Bibi tiap akhir pekan di Tel Aviv yang (tadi malam) mencapai sekitar 100 ribu orang, di sekitar Beit Aghion -- kediaman resmi PM di Jerusalem -- sekitar 30 ribu orang, juga ribuan di sekitar kediaman pribadi Bibi di kota pantai Caesarea, sama sekali tidak membuat iblis Bibi terguncang. Di tengah demonstran di jalan Kaplan, Tel Aviv, Yuval Diskin yang mantan direktur Shin Bet (Shabak) -- Israel Security Agency -- menyebut Bibi sebagai ...

Kategori :