JAKARTA, DISWAY.ID - Sepanjang Juni 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai impor dari Tiongkok mencapai 32,44 juta Dollar AS pada periode Januari-Juni 2024.
Jumlah tersebut sudah setara dengan 35,41 Persen total impor non migas pada paruh pertama tahun ini.
Menurut Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, impor komoditas non-migas dari China kini sudah mencapai 5,34 miliar dollar AS, atau setara dengan 35,20 persen dari total impor non migas RI.
BACA JUGA:Tiongkok Kuasai Pasar Mobil Listrik Indonesia, Ekonom INDEF: Lebih Advanced dan Tidak Main-Main
Sedangkan secara tahunan, nilai impor dari Tiongkok tercatat telah meningkat sebesar 1,1 Persen.
"Produk terbesar yang diimpor (dari Tiongkok) saat ini adalah peralatan mekanis, yang kedua adalah mesin atau peralatan elektrik," kata Amalia dalam keterangan tertulisnya pada Selasa 16 Juli 2024.
Melihat besarnya angka tersebut, peneliti dari Center of Economics and Laws Studies (Celios) Muhammad Zulfikar Rahmat dan Yeta Purnama memperkirakan kalau Indonesia kini sudah ketergantungan ekonomi dengan Tiongkok.
Menurut Zulfikar dan Yeta, Tiongkok sendiri merupakan mitra dagang terbaik, serta sumber investasi yang signifikan bagi Indonesia.
Oleh karena itu, mereka menilai bahwa tidak akan mudah untuk menghindari ketergantungan secara ekonomi dengan Tiongkok.
BACA JUGA:Zulhas Sambangi Jaksa Agung, Bahas Satgas Impor Ilegal
"Indonesia sendiri adalah salah satu negara yang menerima pendanaan Bel and Road Initiative, dengan total hutang Indonesia ke negara China yang sudah mencapai Rp 885 Triliun," ujar Zulfikar dan Yeta dalam keterangan tertulisnya.
Bahkan, kedua Ekonom ini juga memprediksi kalau hubungan kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok masih akan terus berlanjut hingga masa pemerintahan selanjutnya.
"Prabowo secara khusus telah terlibat dengan China. Prabowo juga pernah beberapa kali bertemu dengan Xiao Qian, Mantan Duta Besar China," jjar Zulfikar dan Yeta.