Di masa injury time pemerintahan Jokowi ini proses permintaan penambahan modal negara untuk perusahaan milik negara seperti dipercepat.
Begitu banyak perusahaan negara yang minta tambahan modal. Semuanya harus lewat persetujuan DPR.
Kelihatannya DPR, yang juga hampir berakhir, ikut mempercepatnya. Cepat bertemu cepat --awas, bisa tabrakan.
Tidak akan tabrakan. Itu memang sesama cepat tapi searah. Hanya beda keinginan dan beda harapan.
Sebuah lembaga keuangan pun minta tambahan modal dari negara: Rp 10 triliun. Itulah Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia --dulunya disebut Bank Ekspor Impor Indonesia.
Lembaga keuangan yang harusnya cari uang untuk negara, justru minta uang dari negara. Alasannya sangat idealistis: agar kapasitas pembiayaan untuk mendorong ekspor bisa lebih baik.
Memang, negara baru bisa maju kalau ekspornya kuat. Eksporter perlu dukungan dana. Dalam bentuk kredit. Maka dibentuklah LPEI. Mungkin untuk ”menyindir” bank umum milik negara: mengapa tidak cukup membantu eksportir.
Samar-samar saya menemukan alasan lain mengapa LPEI minta suntikan dana negara: kredit bermasalah di LPEI luar biasa besar. Akibatnya LPEI tidak cukup punya uang untuk bisa muter. Tidak ada lagi dana untuk mendorong eksportir yang perlu didorong.
Maka menarik membaca salah satu alasan agar permintaan PNM Rp 10 triliun itu dikabulkan DPR. Seperti cuci tangan. Ada kalimat yang bunyinya kurang lebih begini: direksi yang sekarang sudah bersih dari orang-orang yang terkait dengan dana-dana bermasalah di masa lalu itu.
Nilai yang bermasalah itu memang ngudubilah besarnya. Sekitar Rp 50 triliun. Akan diapakan uang bermasalah itu?
LPEI, katanya, lagi menjalankan empat jurus untuk menyelesaikannya. Misalnya: jurus mencarikan investor baru. Yakni untuk 35 perusahaan yang memacetkan kredit Rp 13,6 triliun.
Atau mengusahakan penjualan aset di 165 perusahaan untuk pengembalian dana Rp 19,6 triliun.
Atau, usaha strategi recovery (?) untuk 84 perusahaan dengan nilai Rp 16,5 triliun.
Lalu mengambil langkah hukum (?) untuk 15 perusahaan dengan nilai Rp 6 triliun.
Anda sudah tahu: semua itu tidak mudah. Tidak sederhana. Tidak bisa cepat. Hasilnya pun tidak sebanyak nilai yang disebut. Tapi janji itu harus dibuat agar PNM bisa cair. Bahwa nanti tidak terlaksana toh PNM-nya sudah telanjur diterima.
Itu bedanya dengan swasta. Di swasta mereka akan bekerja keras dengan taruhan hidup-mati. Di perusahaan negara ada jalan yang lebih mudah: minta tambahan modal dari APBN.
Maka uang APBN yang harusnya untuk membangun dipakai berbisnis. Kelak, kalau sulit lagi, tinggal minta PNM lagi.
Tentu berbeda kalau yang minta PNM itu perusahaan negara yang ditugaskan membangun jalan tol. Seperti Hutama Karya. Kelak jalan tol itu bisa dijual.
Tapi perusahaan seperti Asabri juga diberi PNM Rp 3,6 triliun. Pembiayaan Nasional Madani diberi Rp 3 triliun. Pelni Rp 2,5 triliun, LEN Rp 2,5 triliun. Rajawali Nusantara Rp 1,6 triliun. DAMRI Rp 1 triliun. Perumnas Rp 1 triliun.
Bagi perusahaan seperti Pelni, LEN, Rajawali, DAMRI dan Perumnas tentu punya alasan tersendiri untuk minta PMN. Tapi di lima usaha itu swasta sudah bisa mengambil alih. Tidak ada perusahaan negara di bidang-bidang tersebut pun negara akan baik-baik saja. Bahkan pun bila tidak ada LPEI. Biarlah tugas itu diambil bank umum yang manajemennya sudah terbukti hebat, seperti Bank Mandiri.
Tapi, yah, terserah saja. Apalagi kalau DPR juga cepat-cepat menyetujui --bahkan kalau bisa sudah cair sebelum Oktober.( Dahlan Iskan)
Komentar Dahlan Iskan di Disway Edisi 24 Juni 2024: PWI Pusat
M.Zainal Arifin
Wartawan jadi juragan. Juragan jadi wartawan. Wartawan juragan: wartawan yg jadi humas nya sang juragan. Juragan wartawan: juragan yg jadi wartawan. Juragan yg bayar upah kpd wartawan, anak buah nya.
Liam Then
Kode Cak Mul kayaknya begini "Olahraga Ma?" "Moh"
Mbah Mars
Bolkin dan istrinya, Menuk, punya kata-kata kode terkait hubungan suami istri. "Dito Ariotedja, Ma ?" Nama ini untuk menanyakan apakah Menuk suci. Jadi itu pengganti kalimat "Men po ra ?"
Jika Menuk masih merah dia akan menjawab "Henry Dunant, Pa". Lha kalau sudah bersih,
Menuk akan berteriak "Budi Sadikin". Bagi Bolkin, nama Budi Sadikin lebih populer dibanding Henry Dunant. Bagaimana dengan para Perusuh CHDI ?
Lagarenze 1301
Cashback di media massa, setidaknya berdasarkan cerita teman saya yang aktif di dunia pers, sangat lazim terjadi. Cashback di kalangan internal. Biasanya pemimpin perusahaan membuat surat yang ditujukan ke semua pihak internal, baik redaksi maupun bisnis. Misalnya, jika berhasil mendapatkan iklan dari klien tertentu, cashback-nya 5 persen atau 10 persen. Cashback di kalangan eksternal. Pemasang iklan minta cashback yang sadis, bisa sampai 30 persen.
Nantinya, ada dua invoice. Satu untuk si pemasang iklan, nilainya utuh 100 persen. Ini penting sebagai bukti jika suatu saat ada pemeriksaan dari tim audit. Satu lagi untuk internal media, nilainya sudah dipangkas 30 persen. Ini juga penting bagi pimpinan perusahaan, sebagai bukti jika ada pemeriksaan internal audit. Kedua pola itu, internal dan eksternal, sangat lazim terjadi.
Maka dianggap legal. Menjadi kebiasaan. Yang repot kalau pola itu diterapkan bersamaan. Si pemasang iklan dapat cashback, internal media dapat cashback juga. Yang masuk kas perusahaan sisa 60 persen. Ada pula pola yang ilegal. Oknum internal media yang bermain.
Korup. Cashback bukan atas nama institusi. Oknum itu bikin dua invoice. Satu untuk pemasang iklan, nilainya 100 persen. Satu lagi untuk perusahaan, seolah si pemasang iklan hanya bayar 70 persen. Yang 30 persen masuk kantong. Atau dibagi dengan si pemasang iklan. Teman saya yang wartawan, 10 tahun bekerja masih naik motor. Seangkatannya di iklan, baru 5 tahun sudah beli mobil.
MULIYANTO KRISTA
Berita gembiranya,sang khotib adalah Mbah Mars sendiri.
Mbah Mars
Suatu saat, saya jumatan di masjid Muhammadiyah. Sang khatib memaparkan bahwa semua partai di Indonesia mengalami perpecahan. Berebut kepengurusan. Sang khatib juga bercerita bahwa hampir semua organisasi profesi juga kisruh berebut ketua. Akhirnya, sang khatib menyampaikan rasa syukurnya bahwa Muhammadiyah terhindar dari hal serupa. Ia menjadi ormas tertua yang masih kokoh berdiri hingga sekarang. Muhammadiyah yg berdiri tahun 1912 tak pernah terjebak pada perebutan kepengurusan, dari tingkat Ranting hingga Pusat. Apa resepnya ? Kata sang khatib: "Keikhlasan". Menjadi pengurus Muhammadiyah harus ikhlas, bukan karena materi. Bukan karena kedudukan. Mantra sakti dari sang Pendiri (Kyai Ahmad Dahlan) selalu terpatri dalam sanubari pengurus. "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah". Kabar menggembirakannya, kata sang khatib, mantra itu sekarang membuahkan hasil: "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, maka Muhammadiyah akan ampu menghidupi banyak orang". Tentang pengurus, mantra yang didengungkan: "Jangan mencari jabatan tetapi jika dipercaya jangan menolak" Di akhir khutbah, sang khatib menggambarkan keikhlasan para pengurus Muhammadiyah di level terbawah: "Ranting Muhammadiyah itu ujung tombak dan ujung tombok"
Liam Then
Harusnya ketua PWI itu seperti ketua RT dikit duitnya....nanti pasti saling sorong mempersilahkan orang maju. "Bapak saja, bapak kan tetua disini" "Jangan dek, adek saja, kan masih muda, bapak lihat adek lebih kharismatik" "Aduh Pak, saya tak bakat, bagaimana kalau Pak Lim Keng Tong saja Pak?" Lim Ken Tong : ".........Haiiiya....jangan saya ooo...toko lamai......"
Mirza Mirwan
Organisasi advokasi Jewish Voice for Peace (JVP) -- Suara Yahudi untuk Perdamaian -- mungkin hanya beberapa dari pembaca yang pernah mendengarnya. Itu adalah organisasi Yahudi yang mempromosikan perdamaian antara Palestina dan Israel, anti-pendudukan Israel atas teritorial Palestina, bahkan anti-Zionisme. Didirikan pada September 1996 oleh tiga cewek mahasiswa Universitas California Berkelay: Julie Iny, Rachel Eisner, dan Julia Caplan. Tadi malam, Selasa siang di Washington DC, JVP mengkoordinir unjuk-rasa di Gedung Kongres, menyongsong Bibi yang akan bicara di gedung itu nanti malam. Para pengunjuk-rasa, kebanyakan wanita, kompak mengenakan T-Shirt warna merah bertuliskan: LET GAZA LIVE! Di antara pengunjuk-rasa ada Bu Jane Hirschman dua anak gadisnya yang datang dari Saugerties, jauh di sebelah utara New York City sekitar 520-an km dari Washingron DC. "Saya adalah puteri penyintas Holocaust, dan saya tahu benar holocaust itu kayak apa," kata Bu Jane dalam orasinya. "Bila kami bilang tak akan lagi (ada holocaust/genosida), maksud kami tak akan lagi untuk siapapun." Dalam orasinya Bu Jane juga mengejek prakarsa gencatan senjata dari Biden yang dijadikan resolusi DK-PBB bulan lalu. "Bagaima (Biden) bisa menyerukan gencatan senjata ketika ia mengirimi mereka (Israel: MM) bom dan pesawat (tempur)?" Sialnya kedua puteri Bu Jane ditangkap polisi bersama beberapa lagi lainnya. Padahal mereka hanya meneriakkan "NOT IN OUR NAME!" berulang-ulang.
M.Zainal Arifin
Antar sperma barangkali bukan berkelahi, tapi berlomba. Yg menang bersyukur. Yg kalah, legowo, bersabar. Saling mengalah. Bukan kalah. yg kalah tetap jadi protein, besok2 jadi sperma lagi, berlomba lagi. Yg menang jadi bayi, jadi manusia, kelak mati juga, jadi tanah. 11. 25.
Mbah Mars
Kita terlahir ke dunia juga disebabkan ayah-ibu kelahi. Gelut. Lebih tepatnya gelutan.
Muh Nursalim
Manusia itu dari sononya suka berkelahi. Bahkan sejak sperma berebut membuahi sel telur mereka berkompetisi. Dari jutaan sel hanya satu yang sukses. Itulah yang menjadi saya dan anda semuanya. Artinya kita ini lahir dari haasil kelahi sesama sel sperma. Bahkan dalam surat yasin 49 diceritakan saat hari kiamat terjadi manusia sedang berkelahi. Untuk itu perlu koridor bertengkar agar tetap dalam keadaban sebagai manusia. KOridor itu beruapa Ad/ART dan sejenisnya. Silahkan berkelahi tetapi cukup di ring itu saja.
djokoLodang
-0-- Suami istri sedang makan malam di sebuah restoran mewah. Saat makanan dihidangkan suami berkata, “Kelihatannya enak, ayo kita makan.” Istri: “Sayang…kita berdoa dulu sebelum makan”. Suami: “Itu di rumah sayang...di sini cukup Bismillah ... kokinya tahu bagaimana memasaknya.” --jL-
djokoLodang
-o-- ... Rasanya Ilham adalah tokoh ”langitan” terakhir menjabat ketua dewan kehormatan.
Kongres PWI harusnya ketat menetapkan persyaratan ketua dewan kehormatan: agar terjaga tradisi bahwa ketua dewan kehormatan adalah kelas ”suhu”. ... * Di dunia ini tidak ada yang lebih lembut dan lebih lemah dari air. Tapi, untuk menghadapi yang keras dan kuat, tidak ada yang bisa menggantikannya. Bahwa yang lemah mengalahkan yang kuat, dan yang lembut mengalahkan yang keras. Itu sudah diketahui oleh semua orang, tetapi hanya sedikit saja yang mau melakukannya. --> (pesan Suhu) --jL-
djokoLodang
-o-- Seorang pria kehilangan kartu kreditnya. Dia pergi ke Kantor Polisi setelah sekian lama untuk mengajukan pengaduan. Inspektur Polisi: "Mengapa dulu Anda tidak melaporkan begitu kartu kreditnya hilang?" "Saya lihat pencuri itu belanja sedikiit saja. Jauuuh lebih sedikit daripada istri saya. Yah, ... tidak apa-apa. Saya ingin membantunya. Barangkali dia terpaksa melakukannya." Inspektur: "Lalu mengapa Anda melaporkannya sekarang?" "Karena kemarin istri pencuri itu sudah mulai menggunakannya!" --jL-
Yellow Bean
Itulah hebatnya persaudaraan di klan CHDI. Bahkan hanya kenal dengan nama2 lucu seperti anda.namun komentar yang terjaga bahasa nya menjadikan persaudaraan di antara perusuh dan sahabat tetap terjaga. Bahkan yang sering ngomel seperti Mbah Priyadi saja selalu dirindukan para fans termasuk saya yang bandel terus mengisi kolom komentar sebagai pengganti keluar rumah _/\_. Tivibox
Banyak perkara, duit pangkalnya, kata Bpk. Liam Then Absolut benar. Banyak persaudaraan putus karena uang Banyak suami istri cerai karena uang Banyak keluarga berantakan karena uang Banyak parpol kisruh karena uang Banyak perusahaan pecah kongsi karena uang Banyak organisasi besar mempertunjukkan kebodohan karena uang Banyak pemerintahan negara-negara di dunia jatuh karena uang Ternyata......... Uang itu begitu penting, seakan lebih penting dari apapun ohhh... Jadi ingat lagu Iwan Fals : "Pesawat Tempurku" dalam salah satu liriknya berbunyi... ...penguasa....penguasa... berilah hambamu uang... beri hamba uang... beri hamba uang... .... Selamat Pagi, Salam Sehat
Jokosp Sp
Perang tersulit zaman Nabi adalah perang Tabuk. 3,000 orang muslim harus nyumbang separoh yang jadi jatah makannya. Mental yang sulit itu mental memberi, bukan mental minta-minta.Ketika orang sudah bisa hidup dengan 1 piring nasi ya itu yang disyukuri. Jangan punya pikiran harus punya Alphard. Orang bisa hidup itu dengan 1 piring nasi bukan 1 Alphard, kecuali sudah kaya ya ndak apa-apa. Tidak boleh pelit biar sudah kaya apalagi tamak, karena "tamak" itu lebih berbahaya dari pelit.
Lukman Nugroho
Sebenarnya tidak hanya soal DK ( dewan kehormatan ). Yang tidak boleh lagi dipilih berdasarkan suara terbanyak. Tapi, pejabat pemerintah mulai dari presiden sampai dengan bupati / walikota. Diubah cara pemilihannya. Jika masih saja menggunakan suara terbanyak, maka jangan kita punya harapan lebih. Yang terlipih pejabat yang punya kapasitas, integritas dan moralitas. Era saat ini, yang penting popularitas dan isi tas. Salah satu penyesalan tokoh reformasi. Beliau tidak menduga. Jika mekanisme pemilihan langsung / suara terbanyak. Masih mungkin bagi para kontestan untuk membeli suara rakyat. Jika tidak percaya. Telfon Pak Amien Rais sekarang.
Jokosp Sp
Pecat memecat sepertinya karena ketika dapat tidak dibagi ke semua mereka yang telinganya mendengar dan matanya melihat. Seprtinya harus belajar ke dpr dulu gimana caranya berbagi secara berjamaah.
M.Zainal Arifin
Pengurus & Dewan Kehormatan bermusyawaroh saja, sesama PWI. Kenapa saling memecat? yg salah yg mulai memecat. Pengurus yg mulai memecat? Yg Pancasilais= yg bermusyawaroh?
Rizal Falih
Tertarik dengan tulisan Abah Dahlan hari ini tentang konflik di tubuh PWI, saya searching di google, susunan pengurus PWI pusat. Hasilnya, banyak tokoh dan nama-nama besar yang mengisi jajaran pengurusnya. Saya cari tetangga di komplek saya tinggal, apakah beliau ada di susunan pengurus, ternyata tidak ada. Yang saya tau beliau dulu bekerja di Jakarta Post, lalu setau saya melanjutkan kuliah di luar negeri. Saya biasa memanggilnya uni, padahal beliau orang Aceh. Sebagaimana kehidupan di komplek perumahan di Jakarta, sebenarnya kami jarang sekali berjumpa. Tetapi jika kebetulan bertemu, bisa agak lama untuk berbincang. Dari obrolan basa-basi sampai topik yang ringan-ringan. Dari obrolan itu, saya tau, uni adalah orang yang cerdas, wawasan khas wartawan, luas seperti samudra. Beliau ternyata ada di susunan pengurus persatuan wartawan sebelahnya. Aliansi Jurnalis Independen. Jabatanya mentereng.
Syukurlah, karena sudah lama saya tidak bertemu dan ngobrol ringan lagi dengan beliau.
Lagarenze 1301
Santai sejenak. Albert heran melihat istrinya pulang dengan membawa uang tunai Rp 5 juta.
“Dari mana asalnya?” Istrinya menjawab, “Saya menang lotre!” 'Wah, bagus sekali, ayo kita rayakan." Keesokan hari, istrinya pulang dengan pakaian bermerek yang sangat mahal. Abert bertanya lagi, “Dari mana asalnya?” Istrinya menarik napas lalu berkata, “Saya sungguh tidak percaya! Saya menang lotre lagi." Esoknya lagi, istri Albert pulang dengan mengenakan cincin berlian. Albert langsung berkata, “Saya tahu, kamu pasti menang lotre lagi, 'kan?" “Wah, iya, ini benar-benar keberuntungan," kata istrinya, lalu membujuk, "sayang, maukah kamu menyiapkan bak mandi untukku, tolong airnya yang setengah hangat." “Tentu,” ujar Albert. Ia pun membuka kran dan mengatur suhu. Setelah bak mandi terisi air setinggi dua sentimeter, ia mematikan kran. “Bak mandimu sudah siap,” ia memanggil istrinya. Sang istri masuk ke dalam bak mandi, namun sesaat kemudian ia menatap suaminya dengan kecewa. “Mengapa airnya hanya segini?
Kakiku saja tidak terendam," protes istri. Albert membalas dengan suara lantang, “Saya tidak ingin kupon lotremu basah!”
Udin Salemo
pantun diatas antara sampiran kedua dan isi kedua gak nyambung. ini inyong revisi. pak samiran jadi juragan wayang/ anaknya sukses jadi polisi/ inyong mumet mikir uang/ tukang ngebor enak dapat duit komisi.