JAKARTA, DISWAY.ID - Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus telah meninggalkan Indonesia pada Jumat, 6 September 2024 usai mengikuti rangkaian di Jakarta.
Agenda selanjutnya Kepala Negara Vatikan itu bakal berangkat ke Papua Nugini naik pesawat komersil Garuda Indonesia GA7780, ikut jadwal keberangkatan pukul 10.30 WIB menuju Bandara Port Moresby, Papua Nugini.
Selama di Indonesia Paus Fransiskus mengikuti beberapa agenda penting seperti bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), hingga pertemuan antaragama di Masjid Istiqlal.
Sebelum meninggalkan Indonesia, Paus Fransiskus sempat memberikan pesan penting kepada seluruh masyarakat Indonesia, apa katanya?
Berikut adalah rangkuman pesan penting dari Paus Fransiskus yang harus dijadikan pedoman oleh masyarakat Indonesia untuk terus menyebarkan kedamaian:
1. Saling Berbagi Itu Penting
Paus Fransiskus menekankan pentingnya saling berbagi, mengutip kata-kata Bunda Teresa yang sangat menginspirasi. Menurut Paus, walaupun kita mungkin tidak memiliki banyak harta, kita masih dapat memberikan sesuatu kepada sesama. Perbuatan kecil seperti berbagi kebaikan dan kasih sayang dapat membantu memajukan perdamaian dan dialog di tengah masyarakat yang penuh dengan kesulitan.
2. Perang = Kalah!
Paus Fransiskus dengan tegas menyatakan bahwa perang bukanlah solusi dari konflik. Baginya, peperangan atau pertikaian hanya akan membawa kekalahan bagi kedua belah pihak. Sebaliknya, saling bertukar pikiran dan berbagi untuk mencari solusi merupakan tindakan yang benar dan mulia. Tindakan baik haruslah diutamakan dalam menjaga perdamaian di antara sesama.
3. Kerukunan Adalah Kunci
Paus Fransiskus menekankan pentingnya kerukunan dalam perbedaan. Hal ini dapat dicapai ketika semua pihak mempertimbangkan kepentingan bersama dari seluruh masyarakat dan bekerja sama dalam semangat persaudaraan. Saling menghargai perbedaan dan bekerja menuju tujuan yang luhur adalah kunci utama menciptakan perdamaian di tengah-tengah perbedaan yang ada.
4. Peringatan Buat Penguasa
Paus juga mengingatkan para pemimpin untuk tidak memaksakan kehendak mereka sendiri demi kepentingan pribadi. Konflik dan kekerasan sering terjadi karena kurangnya penghargaan dan intoleransi terhadap perbedaan pendapat. Para pemimpin harus memahami bahwa penyeragaman pandangan tidak akan membawa kebahagiaan, melainkan justru akan menimbulkan konflik dan pertumpahan darah.