HONG KONG, DISWAY.ID - Sekolah di Hong Kong mulai membagikan modul-modul baru tentang gagasan pemimpin Tiongkok, Xi Jinping, yang masuk dalam kurikulum sekolah.
Pemikiran Xi Jinping tersebut ditujukan untuk menumbuhkan ‘rasa sayang dan cinta tanah air’ serta ‘rasa identitas nasional’
Tahun ajaran baru dimulai minggu ini di Hong Kong dengan tambahan baru yang signifikan pada kurikulum bagi beberapa siswa dilansir dari South China Morning Post.
BACA JUGA:Xi Jinping Puas Astronot China Sukses Jalani Misi ke Bulan, Bawa Pulang Bebatuan Langka
Apa saja isi kurikulum Xi Jinping?
Perubahan tersebut disertai dengan lebih banyak pelajaran tentang keamanan nasional dan patriotisme pro-Beijing, seiring meningkatnya pengaruh dan kendali partai Komunis Tiongkok yang berkuasa di kota semi-otonom tersebut.
Ajaran tentang ideologi pemimpin Tiongkok tertuang dalam mata pelajaran baru yang kini wajib bagi siswa sekolah menengah, Kewarganegaraan, Ekonomi, dan Masyarakat, yang pertama kali diumumkan pada tahun 2022.
“Modul baru tersebut menanamkan pendidikan patriotik untuk semua tiga tahun siswa sekolah menengah, dan kontennya ditujukan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, kasih sayang terhadap negara kita, dan rasa identitas nasional,” menurut pedoman kurikulum yang dikeluarkan pemerintah.
BACA JUGA:Prabowo Penuhi Undangan Bertemu Xi Jinping di Beijing: Suatu Kehormatan
Siswa kelas tiga diharapkan mempelajari Pemikiran Xi Jinping dalam modul tentang "struktur politik negara kita dan partisipasi dalam urusan internasional".
Pedoman tersebut merekomendasikan guru untuk menghabiskan 12 pelajaran selama 40 menit pada modul tersebut.
Pedoman tersebut menyatakan beberapa sekolah telah didesak untuk melaksanakan program percontohan mata pelajaran baru tersebut pada tahun 2023, tetapi 512 sekolah menengah harus menjalankan kurikulum baru tersebut mulai Senin, 2 September 2024.
Namun kebijakan tersebut tak lepas dari kritik.
BACA JUGA:Xi Jinping dan Prabowo Gelar Pertemuan di Tiongkok, Bahas Apa?
Netizen menulis di media sosial, seorang warga Hong Kong menyamakan kurikulum baru tersebut dengan "cuci otak".