JAKARTA. Menunggu Obat, mengapa lama sekali? Keluhan tersebut sudah tak asing lagi terdengar bukan? Tidak hanya disampaikan oleh pasien, namun juga dikeluhkan oleh perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Sebenarnya apa yang terjadi? mengapa masalah ini tak kunjung selesai?
Waktu tunggu obat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jumlah dan jenis resep yang dilayani, kejelasan instruksi dan penulisan resep, ketersediaan obat, dan jumlah tenaga kerja di Apotek. Yuk kita bahas satu per satu
1. Jumlah dan jenis resep yang dilayani
Apoteker sebenarnya telah memiliki data jumlah rata rata jumlah lembar resep yang dilayani per hari, sehingga telah dihitung dan dipersiapkan berapa jumlah staf farmasi yang dibutuhkan. Namun dalam pelaksanaannya, terkadang estimasi tidak selalu tepat. Fluktuatif jumlah lembar resep yang dilayani, dan jenis resep yang dilayani menjadi faktor yang mempengaruhi cepat lamanya pelayanan. Misalnya pada resep racikan, apoteker membutuhkan waktu 15-30 menit untuk menyiapkan obat, meracik dan membagi kedalam puyer atau kapsul dengan jumlah yang sama. Belum lagi jika obat yang diharus diracik perlu dkonfirmasi ke dokter, tentunya hal ini akan menambah lamanya proses peracikan obat.
2. Kejelasan instruksi dan penulisan resep
Bila resep yang dilayani adalah resep dengan tulisan tangan, tak jarang, Apoteker mengalami kesulitan membaca tulisan dokter, atau menemukan kendala bahwa instruksi pada resep tidak lengkap seperti dosis, jenis sediaan atau aturan pakai. Kendala ini biasanya diatasi oleh Apoteker denga menelpon atau menemui dokter penulis resep. Nah, sayangnya tidak semua komunikasi ini berjalan lancar, kadang no telp dokter tidak tercantum, kadang dokter tidak dapat dihubungi. sehingga menyebabkan resep harus ditunda dilayani, sampai menunggu konfirmasi dari dokter.
3. Ketersediaan Obat di Apotek
Banyaknya jenis obat yang tersedia di pasaran, dan fluktuatifnya jenis obat yang diresepkan, menjadi penyebab utama pengendalian ketersediaan obat di Apotek menjadi masalah yang never ending story. Belum lagi obat yang kosong dari distributor, sehingga menghambat supply obat di apotek. Namun tak dipungkiri juga, perencanaan yan tidak tepat, juga menjadi salah satu kontribusi permasalahan ketersediaan obat di Apotek. Nah, bila obat yang diresepkan tidak tersedia, biasanya apoteker akan menghubungi dokter untuk meminta persetujuan apakah obat dapat disubstitusi? bila tidak dapat disubstitusi, maka apoteker akan membutuhkan waktu lebih lama untuk melakukan pembelian obat secara/cito.
Dr. apt. Lusy Noviani, MM-Foto/Dok. Pribadi-
Apakah hanya masalah diatas yang menyebabkan lama menunggu obat? tentu tidak. Karena bagian terpenting dalam pelayanan resep adalah proses penyiapan yang meliputi pengambilan obat, pelabelan, dan pengecekan obat sebelum diserahkan. Proses ini membutuhkan waktu dan kehati hatian sehingga obat yang diserahkan benar dan mencegah terjadinya kesalahan.
Apa yang Sebaiknya Dilakukan Pasien Saat Menunggu Obat?
Waktu tunggu obat di apotek mungkin sulit dihindari, namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membuat waktu menunggu lebih produktif dan nyaman bagi pasien. Pasien dapat meminta informasi Estimasi Waktu Tunggu kepada staf apotek, sehingga pasien dapat melakukan aktivitas lain selama menunggu obat atau pasien bisa memutuskan untuk menunggu di apotek atau menggunakan waktu tersebut untuk hal lain
Berikut adalah beberapa tips yang bisa dipraktikkan saat menunggu:
1. Pahami Kondisi Penyakit dan Obat yang Akan Diterima
Pasien bisa memanfaatkan waktu menunggu untuk mencari tahu lebih banyak mengenai kondisi kesehatannya atau obat yang akan dikonsumsi. Bertanya kepada apoteker mengenai efek samping obat, cara penggunaan, atau interaksi dengan makanan dan obat lain akan sangat bermanfaat. Pengetahuan ini penting untuk mengurangi risiko kesalahan penggunaan obat di rumah.
2. Tanyakan Tentang Alternatif Pengobatan
Jika obat yang diresepkan tidak tersedia, pasien dapat meminta informasi mengenai alternatif obat yang mungkin bisa digunakan. Apoteker dapat memberikan saran terkait substitusi yang aman dan efektif.
3. Mengelola Waktu dengan Membawa Aktivitas Lain
Waktu menunggu bisa dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas yang produktif seperti membaca buku, mendengarkan podcast edukatif, atau bahkan melakukan meditasi singkat untuk mengurangi stres. Jika pasien tahu bahwa mereka akan menunggu lama, membawa sesuatu yang bisa mengisi waktu adalah pilihan yang baik.
Menunggu obat memang bisa menjadi momen yang menjengkelkan bagi sebagian orang, namun dengan memanfaatkan waktu tersebut secara produktif dan proaktif, pengalaman menunggu bisa menjadi lebih bermakna. Yang terpenting, jangan ragu untuk selalu berkomunikasi dengan apoteker untuk memastikan bahwa setiap langkah pengobatan berjalan dengan aman dan efektif.
Oleh: Dr. apt. Lusy Noviani, MM
Praktisi, Trainer dan Dosen FKIK Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya