DIASPORA adalah kekayaan Indonesia. Di mana pun kekayaan itu diletakkan. Di Amerika. Di Tiongkok. Di Timur Tengah. Di mana saja: Australia, Eropa, Korea, Jepang.
Haruskah mereka pulang dengan alasan agar bisa menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk bangsa dan negara tercinta?
"Tidak harus pulang".
"Di mana pun Anda berada tetap jadi kekayaan Indonesia".
"Kekayaan network".
"Nilai network bisa lebih mahal dari nikel".
"Kita perlu punya banyak sekali network".
"Orang yang punya banyak network kadang lebih sukses daripada orang yang pintar".
"Orang yang punya banyak network pasti pintar. Setidaknya pintar mencari network".
"Tiongkok berangkat membangun negeri awalnya dengan memanfaatkan network mereka di Hong Kong".
"Jangan pulang agar Indonesia tidak kehilangan kekayaan network".
"Untuk apa pulang kalau hanya jadi sekrup mesin di dalam negeri".
"Jadilah mesin di luar negeri daripada jadi sekrup di dalam negeri".
"Pulanglah setelah jadi mesin. Seperti Stella Christie itu –meski saya waswas apakah mesinnya tidak akan tabrakan dengan mesin lain yang lebih besar. Jangan pulang ketika masih sekrup".
"Nasionalisme itu tidak sesempit selangkangan. Tidak hanya seluas Sabang-Merauke. Nasionalisme itu bisa seluas alam raya. Nasionalisme itu ada di dalam hati. Di mana pun hati itu berada".
Anda bisa menduga siapa yang mengatakan semua itu –dalam diskusi diaspora di kantor Konsulat Jenderal Indonesia di San Francisco Selasa sore lalu.
Kang Deden (Mahmudin Nur Al-Gozaly) yang menjadi moderator. Pak Konjen Prasetyo Hadi yang membuka.
Ketika nama itu diumumkan Presiden Prabowo sebagai menteri sekretaris negara banyak ucapan selamat kepadanya. Namanya persis sama: sama-sama Prasetyo Hadi.
Ada tiga orang di ruang itu yang bekerja di Apple. Bukan kaleng-kaleng. Ada juga yang di perusahaan lain. Saya tidak tahu siapa saja yang ikut secara online.
Bersama tiga orang Indonesia yang bekerja di Apple. Paling kiri: Victor.--
Peserta diskusi seperti Victor setuju dengan definisi nasionalisme seperti itu. Ia orang Kalbar. SMA masih di Pontianak. Lalu kuliah computer science di Melbourne, Australia.
Ia pemberani. Berani keluar dari Apple. Bulan lalu. Ia bergabung ke perusahaan startup.
Partner Victor ingin menambah satu tenaga kerja di Amerika. Victor mengusulkan lebih baik angkat empat orang di Indonesia. Biar mereka kerja dari Indonesia.
Usul itu diterima. Kini empat orang Pontianak bekerja untuk perusahaan Amerika tersebut. Itu akan menjadi model ke depan. Bila perusahaannya terus berkembang.
"Betapa banyak pola seperti itu di India berkat banyaknya diaspora India di Amerika". Victor yang mengatakan itu. "Dan apakah yang seperti itu tidak disebut nasionalis hanya karena ia tidak pulang".
Juga Ari Sufiati, Bonita dari Surabaya. Tahun depan adalah ultahnyi yang ke-20 sebagai penghuni Amerika.
Dia mendirikan yayasan untuk mendatangkan mahasiswa unggul dari Indonesia untuk masa depan negara. Juga Dian, teman Ari yang di Houston, Texas.
Atau juga Marissa, alumnus SMA St Louis Surabaya yang di San Bruno itu. Dia bukan saja sebuah titik tapi juga titik yang mampu menambah satu titik lagi di MIT dan Afrika Selatan.
"Diaspora adalah titik-titik. Satu diaspora satu titik. Ada titik besar, ada titik kecil. Titik-titik itu kelak akan terhubung antar titik. Jadilah jejaring laba-laba. Titiknya sendiri mungkin kecil-kecil tetapi jejaring itu menjadi sangat lebar, lentur dan kuat".
Biarlah Anda tidak usah tahu siapa yang kembali mengucapkannya di akhir diskusi.( Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Disway Edisi 9 November 2024: Tawaduk Thinking
Wilwa
Sebuah negara yang tidak menguasai science dan technology dapat dipastikan, cepat atau lambat, akan menjadi kuli atau budak negara yang menguasai science dan technology. Hanya menjadi negara konsumen atau negara yang menjadi target pemasaran produk teknologi tinggi dari negara yang menguasai science dan technology. Dan malangnya RI adalah salah satunya. Terjajah oleh barang atau produk impor. Tiongkok beda. Membujuk investor invest. Lalu mereka memasarkan produk ke global maupun lokal. Bedanya Tiongkok berhasil alih teknologi. Tiongkok tak mau selamanya menjadi kuli atau budak negara lain. Mungkin karena mereka pernah dijajah dan ditindas Barat dan Jepang pada masa kemunduran Dinasti Manchuria Qing. Mereka bangkit. Melawan. Hingga kini semangat itu terus digelorakan melalui lagu kebangsaan mereka. Yang pada syair pertamanya saja sudah jelas: 起来,不愿做奴隶的人们!Bangkitlah, wahai orang-orang yang tak mau menjadi budak! Hmmm
djokoLodang
.. Siapa bilang siswa Indonesia jarang bertanya? Kayaknya sih, ,,,, seriing sekali. ... * Bertanya kepada siapa? Kepada hp nya
Sri Wasono Widodo
Cara yang ditempuh Prof. Dr. Sutiman pernah Saya praktikkan di suatu daerah remote wilayah Indonesia. Saat pelatihan bidang pendidikan. Setiap ada peserta bertanya, apa pun pertanyaanya Saya beri tambahan nilai. Ternyata respon peserta antusias. Diawali dari peserta seorang Ibu: "Eee Bapak, mau betanya, penjelasan barusan mohon diulang". Saya pun bertanya nama Beliau untuk Saya beri tambahan nilai, lalu menjelaskan ulang bahasan yang baru Saya sampaikan. Usai penjelasan tersebut, ada peserta lain tunjuk jari, dan ternyata pertanyaannya sama persis. Demikian berulang sampai tiga kali. Akhirnya sesi bertanya terpaksa Saya tutup.
Achmad Faisol
Sebenarnya bukan masalah sopan santun, tawadhu', jangan seperti bani Israel, dll... lebih kepada yang ditanya siap menerima pertanyaan/tidak...? yang ditanya siap memberi jawaban/tidak...? yang ditanya siap berargumentasi/tidak...? ini contoh... saya mengajari anak kritis sejak kecil... berikut ini contoh pertanyaan dan kadang ada sanggahan dari anak saya... 1. anak saya MI (SD)... saya: buku ski (sejarah kebudayaan islam) dibaca biar ngerti... anak: males, yah... pertanyaannku aku cari jawabannya ga ada di buku... saya: apa pertanyaannya...? anak: Allah usianya berapa...? 2. anak saya SMP kelas 7 saya: mau lomba ya belajar, latihan, biar menang... anak: kan rezeki sudah diatur Allah, ya... buat apa latihan... anak kritis akan mengejar pertanyaan hingga pikirannya puas... jika perlu ke ujung dunia... maka, siapkah yang menerima pertanyaan anak kritis... wong lagi ramai di youtube, seorang tokoh bilang "wong gobl*k ga usah takon dalil..." padahal, kalau saya lihat latar belakang dan cara pengucapannya, itu menunjukkan orang itu ga ngerti... dia takut ga bisa jawab sehingga menggunakan kekuasaan dengan kata kasar...
Ketut Bagiarta
Kadang pikiran kritis, terutama pada anak, terkendala pada yang ditanya. Orang yang ditanya belum tentu bisa memberi jawaban. Apalagi yang ditanya, untuk menutupi ketidakmampuannya, berkata: "Jangan cerewet! " Jadi critical thinking membutuhkan lingkungan yang mendukungnya. Dan itu harus diusahakan bersama-sama.
Jhel_ng
Berpikir kritis bagaimana yang sebenarnya guru inginkan? Manakala siswa telah belajar materi yang akan diajarkan secara tuntas, juga dua tingkat materi di atasnya. Juga mampu menghubungkan materi pengetahuan itu. Saat itu terjadi namun masih ada yang miss (bukan cwk yg kita bicarakan), dia bertanya. Ini kasus pertama. Kasus kedua, belum belajar, belum mambaca apa-apa, banyak bertanya. Padahal yang ditanyakan ada di kalimat selanjutnya, bahkan kata selanjutnya. Bertanya untuk mengisi waktu. Bertanya agar dianggap hebat, bertanya agar mendapat perhatian. Bertanya semata ingin menyanggah personal. Kasus pertama gampang diatasi. Eh tidak juga! Bila guru tidak siap. Kasus dua juga mudah diatasi. Eh tidak juga, belum tentu gurunya baca juga, atau gurunya telah punya pengalaman terkait itu. Jadi bagaimana solusi meningkatkan berpikir kritis? Ini bahasan "deep mind". Tidak cukup satu dua jam di kelas atau di diskusi. Sebagai mana meme, jika dua bestie berkumpul, sleep over, maka itulah saat paling tepat untuk deep talk membahas isu deep mind. Dari sejarah nabi adam, bagaimana komunikasi kabel bawah laut mengubah dunia, dapatkah AI mengendalikan dunia, kenapa jagung tongkolnya tumbuh di ketiak daun, bisakah anjing kompleks menjadi Godzilla, kenapa penting seorang ibu harus sarjana, eh kacamata bu wamen bagus. Topik juga bisa sampai "mengapa mata laki2 selalu tertarik dengan hati perempuan, sehingga selalu mengarah ke bagian itu?" Tidak ada yang akan membatasi topiknya.
Achmad Faisol
cerita tentang pertanyaan bani israil pun disalahpahami orang banyak ustadz... bani israil itu bertanya mengejek, bukan karena rasa ingin tahu... wong orang mati, ingin diketahui siapa pembunuhnya, kok disuruh menyembelih sapi... maka, muncul kaidah dalam bertanya, "jangan mempertanyakan hal yang jawabannya akan menyulitkan diri sendiri..." contoh: ada lomba yang panitianya tidak mensyaratkan surat rekomendasi sekolah, baik di brosur maupun juknis... eee pas technical meeting, saat sesi tanya-jawab, ada orang tua yang malah bertanya, "saat registrasi lomba harus bawa surat rekomendasi sekolah, kak...? juga wajib bawa kartu pelajar...?" panitia jadi punya ide baru sehingga menjawab, "ya, harus bawa surat rekomendasi sekolah dan kartu pelajar..." ini pertanyaan yang ga perlu ditanyakan...
Mora Edu Indonesia
Anak-anak tidak mau bertanya bukan mulai dari SD, tp mereka sudah dibungkam oleh orang tuanya dari mereka kecil. Orang tua sering terganggu dengan pertanyaan anak kecil hanya karena pertanyaanya aneh , padahal yg mereka tanya sebatas apa bedanya IGD & UGD? dan orang tua tidak tahu mau jawab apa. Kekuasaan yg tirani memang bisa membungkam siapa saja, kecuali Rocky Gerung.
Laely Awwaly
Sepertinya kita lebih suka jadi penikmat bukan pembuat,, kurang lebihnya kayak gitu,, kan enak tidak harus capek, mungkin ini yang dimaksud,,, kayaknya begitu aja kog susah,,,,,,, makan mangga tidak harus punya pohon mangga,,, tul kan,,,, heee hreee,,,
Jokosp Sp
Di antara yang paling konsisten adalah yang punya Disway. Kalau berfoto pasti nyarinya yang muda yang cantik, belum lihat bersama dengan yang tua sampai diapit. Karena yang cantik tua tidak mau dengan pria tua, mesti carinya yang pria muda. Saya konsisten selalu melihatnya yang cuantik jelas, itu salah satu creative thingking saya. Pikiran positivenya kalau yang dilihat yang muda, maka otak akan mengirim sinyal ke syaraf tubuh agar bekerja layaknya masih muda.
Achmad Faisol
di sebuah kelas seorang siswa bertanya, "pak, mengapa di indonesia ada tiga waktu (wib, wita, wit), tidak satu waktu saja...?" apakah setiap guru/dosen yang ditanya akan menjawab...? kenyataan di lapangan tidak seperti itu... berikut ini jawaban lain yang diberikan oleh guru/dosen: - itu pertanyaan bagus... tugas, ya, minggu depan dikumpulkan... - pertanyaan mudah gitu saja kok... pasti kalian bisa mencari sendiri jawabannya di internet... sudah sering saya tulis, sekolah itu tempat tugas dan pr... tempat belajar dan bertanya, ya bimbel... yang ga ikut bimbel...? tanya orang tua... orang tua ga bisa jawab, ikutkan bimbel... orang tua ga punya uang untuk bayar bimbel, ya yang penting semua siswa naik kelas... horeee...
Mbah Mars
Dalam hal konsistensi, laki² layak diberi kredit point. Beda dg perempuan. Ia adl makhluk inkonsisten. Ini buktinya: PEREMPUAN: Usia 25: suka laki² tampan dan atletis Usia 40: suka laki² mapan ekonominya. Usia 75: suka laki² yg banyak pensiunnya. LAKI²: Usia 25: suka perempuan muda cantik dan seksi. Usia 40: suka perempuan muda cantik dan seksi Usia 75: suka perempuan muda cantik dan seksi HIDUP LAKI² KONSISTEN
Ali Maftuh
Sangat benar, itu sampai sekarang, guru-guru SD yg muda-mudapun sepertinya masih banyak yg belum mampu pancing itu, ndakbtau belum mampu, masih terdogma, atau lainnya. Mgkn bisa dibuktikan sama-sama ke IKIP saja trus masuk kelas, tapi jangan bicara tentang critical thinking, bicaralah tentang pembangunan IKN misalnya, trus bilang ada yg mau tanya? Klo tidak ada yg bertanya, saya yang akan tanya, mereka akan pilih untuk ditanya, ya mungkin saja itu generasi Ujian Nasional..
Macca Madinah
Seperti komen @mora edu sebelumnya, banyak pengbungkaman di berbagai level di endonesah kita ini. Mulai dari rumah, anak2 bertanya ortu bingung; di sekul alih2 dijawab tp dg adanya arahan siswa kudu mandiri dibalikin deh pertanyaannya, anda sudah tahu; sampai nyoh, setelah kerja apa lageh. Bohir minta supaya setiap ide dikeluarkan jangan dikekang2, pas turun ke lapangan mulailah muncul berbagai pengekangan, mulai dr dibahas dulu di tingkat dep idenya supaya jangan malu2in. Woi, keluarkan ide saja dilarang, pas ada bukannya diajak diskusi malah dijatuhkan, gimana mau maju. Maunya berpikir hebat besar saja. Lebih heran lagi, horang kita tuh, pas di luar hebat, balik sini melempem lagi dah.
Kalender Pro Indonesia
Hipotesis mengenai "tanya-tanya sapi putih" sebagai penyebab minimnya chritical thinking di Indonesia sepertinya runtuh dengan kenyataan bagaimana chritical thinking berkembang pesat pada masa bani Abbasiyah di Bagdad atau bani Umayyah II di Cordova. Menurut hemat saya sebagai tukang bikin kalender, kurangnya chritical thinking di Indonesia akibat suksesnya para antropolog Belanda mengembangkan trend pada masa itu: membelokkan makna syukur, mengkampanyekan rasa pasrah belebihan dengan kompensasi pemahaman tasauf ekstrim, atau menyewa buzzer agama untuk menafsirkan ayat sesuai kemauan mereka.
djokoLodang
-o-- Menjelang jam pulang kantor, seorang pria menelpon istrinya. Memberitahu bahwa ia akan mengajak sahabatnya pulang untuk makan malam di rumah, Suami sengaja menyetel "on" speaker hp nya, agar sahabatnya bisa ikut mendengarkan. Istrinya mulai berteriak: “Rambut dan riasanku belum selesai, rumah berantakan. Piring belum dicuci, dan aku sama sekali tidak ingin memasak malam ini! " "... Dan, kenapa kamu mengajaknya ke rumah?”, lanjut sang istri. Suami menjawab tenang, “Karena ia sedang berencana untuk menikah.” -------------
djokoLodang
-o-- Seorang wanita muda pelamar diminta bertemu pewawancara di sebuah restoran lokal untuk sarapan. Dia diamati untuk melihat kemampuannyi melakukan pekerjaan tertentu. Setelah memesan telur dan roti panggang, wanita muda yang cemas dan sedikit gugup itu meminta agar roti panggangnya matang sempurna. Pelayan bertanya, "Matang sempurna? Anda ingin roti panggangnya gosong seluruhnya?" Wanita itu menjawab, "Yaah, saya suka roti panggang saya seperti saya suka pria." Pelayan menegaskan, "Ooh, ...jadi, agak gelap?" "Wah, saya tidak peduli tentang itu. Saya hanya tidak suka rotinya menjadi lembek saat saya memasukkannya ke dalam mulut." Dia langsung diterima!
Cuco San
Sepertinya ada perbedaan makna antara critical thinking dan creative thinking .... Kalau pikiran kritis itu fokus pada norma, sehingga diujungnya ada pernyataan benar atau salah terhadap norma .. Sedangkan pikiran kreatif itu biasanya memunculkan pemikiran "diluar norma", sehingga lahir model adaptasi, inovasi, invensi, dan seterusnya ... Mungkin warga 62 itu sangat kritis, tapi kurang kreatif ... xixixi
ALI FAUZI
Tidak adanya critical thinking paling kentara itu di pondok pesantren. Saat mengaji kitab kuning, misalnya, 100% cuma satu arah: dari sang kyai. Santri tidak berani bertanya --meski punya pendapat berbeda. Kalau pun dikasih waktu untuk bertanya, bisa jadi santri tak akan berani bertanya. Karena sudah terdoktrin bahwa beda pendapat dengan kyai itu termasuk tidak punya adab. Apalagi lagi ada slogan: Mati urip melu kyai (hidup mati ikut kyai).
Jimmy Marta
Kota San Fransisko berbukit bukit. Indah. Ada pemandangan teluk di sisi dalam. Ada laut disisi luar. Seperti Balikpapan - di tahun 3024. -----‐---‐--------------- Seribu tahun lagi. Itu entah kapan. Bak sebuah kemustahilan. Seperti impian yg tak mungkin jadi kenyataan. Tapi.... Aku pergi takkan lama Hanya satu hari saja Seribu tahun tak lama Hanya sekejap saja Kita kan berjumpa pula
Liam Then
Berikut contoh critical thinking. Dulu sekali kami nonton "Baywatch" bareng, lihat orang lari-lari. Langsung ada yang bertanya: "Kok bisa gede gitu yah"?!
Mirza Mirwan
BERPIKIR KRITIS Kartika, sebut saja begitu, murid kelas V SD. Ia murid yang pintar. Suka bikin guru kelabakan dengan pertanyaan kritisnya. Suatu hari saat pulang sekolah ia mendapati tiga orang dewasa -- Pardi, Parno, dan Parman -- mengelilingi sebuah motor kargo (roda tiga), sepertinya sedang bertengkar. Atau tepatnya ribut. Rupanya mereka sedang kesulitan membagi 23 buah durian yang ada di bak motor. "Nah, kebetulan ada kamu, Tika," kata Parno, yang tahu benar bahwa Kartika anak yang pintar. "Menurut Tika, bagaimana membagi dengan adil 23 durian ini untuk kami bertiga." Ternyata 23 durian itu dibeli dengan uang patungan dari Pardi dan Parno, sedang Parman yang punya motor kargo yang disuruh membelikannya ke kota. Sebelumnya sudah ada perjanjian, Pardi mendapat setengahnya, karena uangnya lebih banyak. Parno mendapat sepertiga, sedang Parman mendapat seperdelapan. "Gampang, Om, anggap saja jumlah duriannya 24 buah," kata Kartika. "Tapi ini hanya 23 durian, Tika," kata Pardi. "Makanya anggap saja 24 durian, Om." Pardi dan Parno saling-pandang. Saling-tanya lewat mata. "Om Parman bagiannya seperdelapan, kan? Nah, seperdelapannya 24 berarti tiga." "Lho...lho..., Tik....?" kata Pardi dan Parno berbarengan. "Om Parno sepertiga, berarti 8 durian." "Wah...saya dong yang rugi," kata Pardi. "Ya nggak dong, Om, 3 ditambah 8 kan 11. Berarti masih sisa 12 durian. Nah, setengah dari 24 berapa sih?" "12, Tik." "Makanya." Pardi, Parno dan Parman tersenyum malu. Kalah dari anak SD.
Ibnu Shonnan
Kenapa kita lemah dalam critical thinking. Karena anak-anak kita kemauan bertanya sangat rendah. Lah mau terlatih bertanya dari mana. La wong sejak kecil, mau bertanya atau meminta pada orang tua, orang tua tidak punya apa-apa. Mungkin tahun depan anak-anak kita akan mulai belajar bertanya : "ibu guru, besok siang makan siang menunya apa?"
Fiona Handoko
selamat pagi bpk leong. sebenarnya kita sudah dari duluu. sudah diajari critical thinking oleh bpk prof rusuhwan lo. ada air panas untuk mandi? kalau hujan, air tampias kah? apakah tempat tidur aman dari binatang liar? dst, dst. nanti di reuni pesuruh perusuh ke iii. mba pipit jangan lupa bawa teko listriknya ya. untuk di trial buat mandi bpk prof.
Fiona Handoko
selamat pagi bung mirza. lebih hebat lagi guru2 honorer di indonesia. gaji 300 ribu, cukup untuk hidup sebulan.
Leong Putu
Acara apa ? Yang ikut siapa saja? Kok harus di luar kota? Boleh ngajak istri, gak? Itu contoh sehari-hari critical thinking.
Leong Putu
Sneakers hitamnya pak Bos, keren!
Mbah Mars
Sampai saat ini, kitab Ta'limul Muta'allim Tariq Al-Ta'allum ( تعليم المتعلم طريق التعلم) karya Burhanul Islam Al-Zarnuji masih menjadi rujukan pokok pembelajaran akhlak di pesantren. Kandungan kitab yg ditulis pada akhir abad ke-6 Hijriah atau akhir abad ke-12 Masehi ini dipandang masih relevan utk konteks kekinian. Meski demikian, banyak juga ajaran-ajaran yg sdh tdk sesuai lagi utk jaman sekarang. Saya kutipkan terjemah pasal 4 dengan tema mengagungkan Ilmu Dan Ahli Ilmu: “Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah” Dari terjemah itu tampak, bahwa murid dilarang bicara kecuali setelah “didangu” alias diajak bicara guru. Jadi, jangankan bertanya, bicara dulu tanpa dipersilahkan dulu oleh guru termasuk su`ul adab. Para Kyai, Nyai, Gus, ustadz, jika masih seperti itu pola berfikirnya maka jangan harap lahir santri yg kritis berfikirnya. Maka, dlm bagian2 tertentu dari isi kitab yg sdh tidak relevan lagi, hendaknya para pengajar melakukan kritik dan menunjukkan kepada para santri hal yg semestinya dilakukan utk konteks sekarang.
Juve Zhang
@Wilwa..... Mahasiswa Tian An Men ingin mengubah Tiongkok jadi negara Demokrasi.... Multi Partai....ikut Amerika .....Deng Xiaoping sudah bilang Tiongkok harus Satu Partai.....Multi Partai Bukan Pilihan Tiongkok karena akan jadi ajang Perang Sipil Terus menerus.....malah Deng Xiaoping "membersihkan".. ... mahasiswa yg selamat lari ke Australia.... Amerika dll.....mereka IQ3 digit....teman saya dosen pintar dikirim ke Australia sekolah....duit full...hanya belajar saja....sedang yg pelarian Tian An Men kerja sambil kuliah.....hasil nya teman saya masih kalah.....wkwkkw
Liáng - βιολί ζήτα
iseng-iseng saja (ini hanyalah pendapat saya pribadi) Pembentukan pola Berpikir Kritis (Critical Thinking) memang mesti sejak usia dini, juga melibatkan banyak disiplin ilmu, termasuk Neuroscience. Sebagaimana kita ketahui bahwa Critical Thinking atau Berpikir Kritis itu sangat terkait dengan Korteks Prefrontal yang terletak di bagian depan Lobus Frontal Otak. Oleh karena itu simulasi untuk merangsang, meningkatkan dan mengoptimalkan peran Korteks Prefrontal perlu diaplikasikan sejak usia dini, dan itu lebih cenderung ke metode Neuropsychology. Sepertinya kurikulum pendidikan mesti disempurnakan mengikuti tuntutan zaman, bukan hanya untuk anak-anak-didik tetapi juga untuk para pendidik. Penyempurnaan kurikulum pendidikan tersebut mestinya dikonsepkan secara sederhana tetapi sistematis dan mengena untuk target tahapan berikutnya. Tentu saja, Berpikir Kritis (Critical Thinking) yang bertanggung jawab secara keilmuan... tidak asal tampil beda !! (waktunya sudah mépét untuk keluyuran lagi... sampai jumpa kapan-kapan).
Liáng - βιολί ζήτα
selingan There's a hero..... If you look inside your heart..... Zaman sekarang ini menjadi "pahlawan bagi diri sendiri" sepertinya akan lebih bermakna. Itu berarti kita tabah, sabar dan kuat menghadapi segala persoalan yang menerpa hidup ini ; kita mampu mandiri. Jikalau setiap dari kita menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri, maka pada gilirannya kelak akan terbentuk Bangsa yang tangguh. Mungkin lagu "Hero" yang diciptakan oleh Mariah Carey dan Walter Afanasieff - yang dipopulerkan oleh Mariah Carey itu, bisa menginspirasi kita bahwa sesungguhnya "jiwa kepahlawanan" itu ada di dalam diri kita masing-masing. "Hero" - Mariah Carey There's a hero If you look inside your heart You don't have to be afraid Of what you are There's an answer If you reach into your soul And the sorrow that you know Will melt away And then a hero comes along With the strength to carry on And you cast your fears aside And you know you can survive So when you feel like hope is gone Look inside you and be strong And you'll finally see the truth That a hero lies in you [1/2]
Wilwa
Presiden Tiongkok Jiang Ze Min bertanya kepada Tuhan: Kapan Tiongkok menjadi negara adidaya ekonomi dan adidaya science & technology? Tuhan menjawab: 50 tahun lagi, saat itu kamu sudah tiada! Jiang Ze Min pergi sambil menangis. Perdana Menteri India, Atal Bihari Vajpayee menanyakan hal yang sama dan dijawab Tuhan: 150 tahun lagi! ABV pergi sambil menangis. Dan ketika Gus Dur menanyakan hal yang sama maka Tuhan yang menangis. (Diadaptasi / dimodifikasi dari kumpulan humor Gus Dur) ☕️
Mirza Mirwan
Anda yang belum pernah ke San Fransisco mungkin mengira bahwa Wisma Indonesia yang disebut Pak DI itu gedung KJRI San Fransisco. Atau setidaknya satu kompleks dengan KJRI. Padahal keduanya terpisah jauh. KJRI berada di dataran relatif rendah, di Columbus Avenue no.1111, sedang Wisma Indonesia ada di bukit, Pacific Height. Tepatnya di Jl. Scott no. 2800. Dari rooftop kalau memandang ke arah barat laut Museum Fine Art ada di depan hidung. memandang ke arah timur laut terlihat Pulau Alcatraz di mulut Teluk San Fransisco. Sedang melihat ke tenggara terlihat jembatan Golden Gate yang membentang di atas Teluk San Fransisco. Selain KJRI dan Wisma Indonrsia, di Ssn Fransisco juga ada kantor layanan konsuler di Jln. Pantai (Beach Street) no. 505. Untuk urusan membuat visa bavi orang asing yang akan ke Indonesia, atau memperpanjang paspor bagi WNI, pelayanannya di kantor itu. Bukan di KJRI. Wah, kalau di sebuah kota di negara maju seperti AS saja Indonesia punya 3 gedung, berarti negara kita kaya dong. Hajelas! Wong AS saja hanya mampu menggaji 535 anggota DPR dan Senat, sedang kita mampu membayar 732 anggota DPR dan DPD, kok. Padahal populasi AS 50-an juta lebih banyak ketimbang Indonesia. Wah... Indonesia hebat, ya! Hajelas!
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
PERBANDINGAN TUJUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN AMERIKA.. 1). Tujuan Pendidikan di Indonesia. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia bertujuan tidak hanya untuk mengembangkan kecerdasan akademis, tetapi juga karakter dan moralitas, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, sehingga siswa menjadi individu yang berintegritas dan siap berkontribusi bagi masyarakat. 2). Tujuan Pendidikan di Amerika. Di Amerika Serikat, tujuan pendidikan umumnya tidak diatur secara nasional, karena sistem pendidikan dikelola oleh masing-masing negara bagian. Namun, pedoman seperti Every Student Succeeds Act (ESSA) menekankan tujuan untuk mengembangkan individu yang kritis, kreatif, bertanggung jawab, dan siap berpartisipasi dalam demokrasi serta mempersiapkan mereka untuk ekonomi global. ### Coba.. Analisa dan bandingkan secara kritis.. Dan tuliskan sebagai komentar di CHDI.. He he..
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
PERBANDINGAN TUJUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA DAN AMERIKA.. 1). Tujuan Pendidikan di Indonesia. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan di Indonesia bertujuan tidak hanya untuk mengembangkan kecerdasan akademis, tetapi juga karakter dan moralitas, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, sehingga siswa menjadi individu yang berintegritas dan siap berkontribusi bagi masyarakat. 2). Tujuan Pendidikan di Amerika. Di Amerika Serikat, tujuan pendidikan umumnya tidak diatur secara nasional, karena sistem pendidikan dikelola oleh masing-masing negara bagian. Namun, pedoman seperti Every Student Succeeds Act (ESSA) menekankan tujuan untuk mengembangkan individu yang kritis, kreatif, bertanggung jawab, dan siap berpartisipasi dalam demokrasi serta mempersiapkan mereka untuk ekonomi global. ### Coba.. Analisa dan bandingkan secara kritis.. Dan tuliskan sebagai komentar di CHDI.. He he..