Bergodo Kebogiro

Rabu 20-11-2024,04:19 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

Akan ada doktor "bergodo" di Amerika. Dari Wesleyan University, hampir satu jam dari Hartford, Connecticut.

Nama mahasiswa S-3 itu Ethan Schwartz. Orang Los Angeles. Kulit putih. Pakai batik lengan pendek. Bicaranya lembut. Rendah hati. Sopan. Mungkin karena pernah lima tahun tinggal di Yogyakarta.

Ethan –saya pilih sebut ia dengan nama depannya agar tidak sulit mengeja nama belakangnya– memang menyelesaikan S-1 nya di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Jurusan gamelan.

Selama di Yogyakarta, Ethan melihat bergodo. Ia tertarik. Bergodo, katanya, telah jadi gerakan politik. Yakni ''politik keyogyakaryaan''.

Dengan malu-malu saya bertanya pada anak muda Amerika ini: apa itu bergodo.

Saya tidak mau wirang sendirian. Maka saya juga tidak mau menjelaskan di sini apa itu bergodo. Toh di bawah sana akan banyak relawan bergodo yang bisa menjelaskannya di kolom komentar.

Sudah bisa memainkan gamelan berapa lagu?

"Tak bisa menghitung," jawabnya. Berarti banyak sekali. Yang paling sulit adalah lagu Wilujeng.

Saya kembali wirang. Saya tidak tahu yang mana lagu Wilujeng itu. Padahal di rumah saya ada gamelan. Seminggu sekali istri saya berlatih gamelan bersama grup senam-dansa kami. Tahu saya hanya Kebo Giro dan beberapa yang sering muncul di pergelaran wayang kulit.


Bersama Ethan Schwartz.--

Di Wesleyan University memang punya pusat studi gamelan. Studi gamelan diberi satu gedung sendiri. Dua lantai.

Gamelan digelar di panggungnya. Permanen. Panggung besar. Gamelannya lengkap. Dua kali lebih lengkap dari yang di rumah saya. Belum lagi yang di lantai bawah. Satu set lagi. Hanya yang di lantai bawah inilah yang boleh dibawa tur ke berbagai kota.

Ruang di depan panggung gamelan itu dibiarkan kosong. Tanpa kursi. Luasnya sekitar 32 x 32 meter. Bisa untuk latihan tari Jawa.

Kami berbincang sambil berdiri di lantai tari itu. Ethan tidak hanya sebagai mahasiswa S-3 di situ. Juga jadi asisten pengajar gamelan.

Dosen utamanya sendiri orang Blitar. Asal Trenggalek: Ignatius M. Harjito. Usianya sudah 80 tahun. Sudah lebih 40 tahun mengajar di Wesleyan.

Harjito masih sangat sehat. Lebih satu jam kami ngobrol sambil berdiri di situ. Nggak tampak ada masalah. Jalannya pun masih cepat. Udara dingin, bersih dan musik mungkin membuat orang bisa berumur lebih panjang dan tetap sehat. Mungkin di Indonesia kita perlu sering-sering berdiri di depan kulkas terbuka.

Harjito alumnus ISI Solo. Angkatan pertama. Satu angkatan dengan Gendon Mardhani –adik kandung Mensesneg Sudjono Humardhani. Harjito termasuk pendiri ISI itu sendiri.

Tentu menarik untuk bertanya mengapa ada studi gamelan di Wesleyan. Ternyata tak lain karena ada pusat studi musik dunia di sini.

Untuk musik Eropa dipilih yang dari Ghana. Ada studi musik Korea, Tiongkok, Jepang, dan  India. Yang India dikhususkan untuk India Selatan –musik Tamil Nadhu. Saya pernah terbawa larut ke dalam deru musik India. Yakni saat menghadiri Hari Raya Hanoman di sana.

Di antara musik-musik dunia itu hanya gamelan yang diberi gedung khusus. Studi gamelan juga tidak pernah ditutup karena selalu ada mahasiswa yang mempelajarinya.

Begitu asyik saya di situ. Tidak ada yang mengingatkan bahwa saya harus segera ke bandara. Nisa pun sudah ngebut dengan mobil Honda Odyssey-nyi. Daeng Saleh Mude terus menghibur saya dengan studi antar agamanya. Dan saya ketinggalan pesawat menuju Chicago.( Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan  Dahlan Iskan di  Disway Edisi 19 November 2024: Critical Parah

M.Zainal Arifin

ANAK SINGKONG. Saya harus makan singkong tiap hari. Siapa yg mengharuskan? Kenapa harus? Harus senam tiap hari. Harus nulis CHD tiap hari. Harus baca komentar2 tiap hari. Harus pilih komentar2 tiap hari. Harus cari penghasilan tiap hari? Harus nambah ilmu tiap hari. Harus melayani isteri tiap hari. Semoga sehat2, bahagia, berbarokah selalu P Dahlan.

Liam Then

Iyah , saya sering begitu, begitu keluar sudah agak jauh baru keingat atau was -was entah pintu rumah sudah tertutup/terkunci. Dari dulu saya begitu, entah kenapa. Sewaktu kerja di Jakarta lebih parah, karena tinggal di lantai 12, kalau sudah terserang perasaan semacam itu, mau tidak mau balik lagi. Terlalu larut dengan pikiran kayaknya ada efek negatif juga. Sehingga bukan kita sebagai personal yang mengendalikan pikiran. Ada istilah untuk tanggulangi hal seperti ini, namanya "mindfullness" atau kesadaran penuh atas diri sendiri dan lingkungan sekitar. Banyak saat dalam kehidupan sehari-hari kita, terkooptasi oleh pikiran. Cara praktek "mindfullness" paling sederhana sebagai berikut, ketika berjalan kaki misalnya, setiap ayunan langkah kita harus eling sedang melangkah. Bisa juga waktu cuci piring. Tapi kalo olahraga malam Jumat, kalo dilakukan sambil mikirin cicilan, itu bahaya ,jangan ya bang....wkkwkwkwkw

Achmad Faisol

Begitu sepele pun tidak terpikir, apalagi urusan critical thinking. ####### saya juga pernah, gerbang sudah saya kunci, tetapi lupa pintu rumah sudah terkunci atau belum... jadinya balik lagi setelah beberapa saat meninggalkan rumah... @koh liam juga pernah mengalami ini, malah sudah agak jauh dari rumah... sesuatu yang sering dilakukan akan menjadi "otomatis"... dan, ini rawan lupa... bisa karena seperti robot auto, rasa meremehkan, merasa sudah biasa, sudah ahli, dll... itu kenapa kecelakaan di jalan raya, terutama jalan tol, dilakukan oleh pengemudi yang berpengalaman, bukan baru belajar... maka, cek dan ricek; hati-hati; waspada; atau apa pun namanya harus dilakukan...

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

ANAK SINGKONG, BERUSIA 70AN.. Dahlan Iskan tiap hari makan singkong rebus? Mungkin karena singkong lebih setia dari nasi—nggak banyak drama, langsung bikin kenyang. Setelah transplantasi hati, mungkin, beliau memang harus makan yang simpel, rendah lemak, dan gampang dicerna. Singkong jadi pahlawan tanpa lemak! Pas di Arab Saudi, saat "kluyuran" sampai calon kota modern "Neom", kok tidak diceritakan ya..? Atau mungkin, waktu itu, singkongnya nggak lolos visa. Jadi nggak ikut diceritain. Lagi pula, nyari singkong rebus di sana bisa bikin orang lokal bingung: “Ini makanan unta, ya?” ### Humor singkong ini mengajarkan kita bahwa kesehatan itu soal konsistensi. Dan konsistensi itu... seperti singkong, sederhana tapi penuh manfaat! (Sing penting wareg. Dudu Warteg)..

Mbah Mars

Dua pemabuk terlibat perdebatan. “Bro, lihat bulan di langit itu. Kita sudah terlalu lama mabuk. Hari sudah malam”, kata pemabuk pertama. “Biar sedang mabuk mataku masih paten. Itu matahari. Bukan bulan”, jawab pemabuk kedua. “Mataku juga tidak picek. Masih cling. Itu bulan”, sahut pemabuk pertama. “Matahari, begok!” “Bulan !” “Matahari!” Dua pemabuk masih tetap yakin pada penglihatannya. Tiba-tiba ada orang lewat. Mereka sepakat bertanya pada orang tersebut. Pemabuk pertama bertanya, “Bang, yang di langit itu, matahari apa bulan ?” “Oh, maaf. Saya tidak tahu. Saya orang baru di sini”

Mirza Mirwan

Pak DI menulis tujuannya adalah "Chicago O,Hare". Itu arah barat laut dari Chicago. Tetapi ilustrasinya kok "Hartford (BDL) --- Bradley Int. Airport -- dan "Chicago (MDW)". CHicago Midway Int. Airport itu di sebelah barat daya Chicago. Jarak kedua bandara itu antara Jadi, Pak DI terbang dari Bradley (Hartford) ke O,Hare atau ke Midway?

Jokosp Sp

Inilah percakapan seorang Kiai dengan Boss Media yang terjadi beberapa tahun lalu di sebuah pondok miliknya. Dahlan : Assalamu'alaikum Pak Kiai. Kiai : Waalaikum salam wr wb, njanur gunung....., ada yang bisa kami bantu Pak Dahlan?. Kiai : saya ini difonis dokter tidak boleh makan daging, nasi panas, banyak garam, gorengan dan yang berlemak, emping mbinjo, yang manis-manis. Saya pingin normal seperti manusia pada umumnya. Kiai : bapak harusnya bersyukur. Dengan kelebihan yang bapak punya apapun bapak bisa makan, bisa dibeli, bahkan dibeli untuk tidak dimakanpun bisa. Tapi itu dulu. Nah sekarang dengan kondisi bapak itu harusnya dibalik, bapak harus bisa memberikan yang harusnya bapak makan ke orang yang membutuhkan. Janganlah kebalik malah merepotkan orang lain. Kalau saya sih karena tidak mengenal dokter jadi ya aman saja. Apapun yang di atas meja saya makan, itupun kalau ada yang bisa dimakan. Jika tidak ada, ya kami cuma bisa berdo'a dan berikhtiar saja. Saya kadang sebagai Kiai juga sering memakai ilmunya orang itu "yang dilarang itu kan yang di atas kertas hasil medikal cek up. sedang di sini di atas meja aman saja kalau dimakan". Saya juga tidak pernah kenal apa namanya tadi, medikal cek up?. Ke dokter saja tidak pernah, dan mudahan tidak. Bersilaturahmi itu juga bisa menggugurkan sebagian kecil dosa, apalagi sambil beramal. Tapi saya kok sering baca di komentar Disway Pak Dahlan sepertinya cuek saja?. Dahlan : wah Pak Kiai juga rajin baca Disway, baru tahu saya?.--->>>

Lagarenze 1301

Saya nonton akun YouTube Mahfud MD kemarin. Ada Mahfud dan Luhut. Bercerita tentang ke-bestie-an mereka sejak sama-sama masuk kabinet Gus Dur. Bestie sampai sekarang. Mahfud sering ke rumah Luhut. Terakhir sepekan lalu. Gus Dur pun, duluu, sering ke rumah Luhut. Sebelum berangkat, ajudannya telepon dulu. Menanyakan sesuatu. Apakah sesuatu itu? Singkong. Luhut menjamu mereka dengan singkong. Ada juga pisang goreng. Selalu tersaji untuk tamu yang datang. Kata Mahfud, singkong di rumah Luhut bikin kangen. Enak. Pak Dis juga kerap bertemu Luhut. Sayang pertemuan itu di kantor. Tidak ada singkong. Kalau Pak Dis suatu waktu mampir ke rumah Pak Luhut, pasti ada singkong.

Wilwa

Suatu hari seorang bhiksuni tua mendatangi Master Chan 禪 (atau Zen dalam bahasa Jepang) Huineng 惠能 (Xinxing 新兴, Guangdong 广东, 638-713) dan bertanya: “Saya sudah mendalami Nirwana Sutra selama berpuluh tahun dan ada beberapa bagian yang tidak bisa saya pahami, apakah Anda bisa menjelaskannya kepada saya?” Master Huineng menjawab: “Maaf, saya buta huruf, jika Anda dapat membacakan bagian yang tidak Anda pahami itu kepada saya, saya mungkin dapat membantu Anda memahaminya.” Bhiksuni: “Jika Anda buta huruf dan tidak bisa membaca aksara Mandarin sama sekali, bagaimana mungkin Anda dapat memahami kebenaran yang terkandung dalam aksara Mandarin itu?” Huineng menjawab: “Kebenaran dan aksara adalah dua hal yang berbeda. Kebenaran ibarat bulan dan aksara ibarat jari telunjuk yang menunjuk ke bulan. Saya bisa memakai jari telunjuk saya untuk menunjuk bulan tapi jari telunjuk saya bukan bulan itu sendiri.” Kebetulan saat itu malam hari di bulan purnama, Master Huineng menggunakan jari telunjuknya untuk menunjuk ke bulan sambil berkata kepada bhiksuni tua itu: “Dan Anda tak perlu jari telunjuk saya untuk melihat bulan itu bukan?” BAHASA/AKSARA adalah alat atau sarana untuk menunjuk suatu KEBENARAN, menuntun kita pada suatu PENCERAHAN. Menyamakan bahasa/aksara dengan kebenaran adalah sama konyolnya dengan menyamakan JARI TELUNJUK dengan BULAN.

ALI FAUZI

"Keteledoran" Pak DIS itu tak lepas faktor U: Usia. Mungkin seperti Mike Tyson yang sudah berusia 58 tahun. Semangatnya menggebu mau jungkalkan Paul Jake yang berusia 27 tahun di ring tinju. Tapi kecepatan dan kekuatan Mike sudah berkurang. Dia pun kalah.

Jokosp Sp

Coba tanyakan ke Ibu jual jamu gendong. Ibu punya ulegan di rumah, suka yang lurus saja atau yang model bengkok seperti itu?. Ibu Jamu : saya ini suka meracik bahan jamu, saya pintar meramu jamu seduh, apalagi untuk yang jadi spesialis bapak-bapak. Kok bapak-bapak?. Ibu Jamu : Ya konsumen terbesar saya itu bapak-bapak, baru ibu-bu. Keduanya saling melengkapi, saling mewarnai racikan jamu saya. Maksudnya?. Ibu Jamu : ya bapak-bapak sukanya yang bikin keras dan tahan lama. Ibu-ibu sukanya yang rapet-rapet dan keset. Bukannya itu saling melengkapi. Ke pertanyaan saya tadi belum dijelaskan?. Ibu Jamu : saya harus keduanya mewakili kebutuhan ibu-ibu dan bapak-bapak itu. Kalau pilihan di rumah ya sukanya yang keras, lama dan bengkok. Maksudnya yang bisa mengait gitu.......wkwkwkwk sambil tertawa tersipu. Terima kasih Bi Jamu.....besok kamis sore lagi ya mampir ke sini. Jamu bibik memang beda dengan jamu bikinan yang lain. Terima kasih den......mudahan tambah sehat. Ini den satu gelas jangan lupa bawakan buat ibu. Ya bi terima kasih.

Wilwa

Kisah Nyata diskusi Bai Ju Yi 白居易 (772-846) seorang penyair dan pujangga terkenal era Dinasti Tang (618-907) dengan Master Zen terkenal Niao Ke Dao Lin 鳥窠道林 (741-824). Pujangga: “ Master, bagaimana agar saya bisa menyatu dengan KEBENARAN?” Master menjawab: “Berbuat baiklah dan jangan berbuat jahat.” Pujangga: “Hahahahaha...Anak kecil saja tahu itu.” Master: “Benar, anak kecil saja tahu itu tapi dua orang tua bangka seperti kita ini TIDAK BISA MELAKUKANNYA.” Pujangga: ?????

Rihlatul Ulfa

Saat anda dengan rasa tidak bersalah memukul, menendang bahkan menghilangkannya dengan kekuasaan yang anda punya, dan sekarang menginginkan permohonaan maaf yang tulus dengan konpensasi yang anda akan beri, berharap bahwa setelah puluhan tahun luka pada mereka yang ditinggalkan juga bisa hilang. Berdiri di depan pintu ratusan kali, mengusap air mata hingga ribuan kali bahkan dalam keputusasaan paling rumit hanya menginginkan dimana makam para orang yang mereka sayangi dikubur. Bahkan mereka masih berfikir kalau sipenghilang paksa masih mempunyai hati untuk bisa mengubur jasad-jasad orang-orang yang mereka sayangi. Sepertinya itu menjadi pertanyaan paling sulit untuk mereka hadapi, bahwa mungkin mereka bahkan menghilangkannya dengan sesuka hati. Apakah laut harus bercerita?

Wilwa

Moral cerita: Praktek BERBUAT BAIK itu lebih penting daripada teori atau filsafat atau doktrin atau tafsiran dll seabrek. Praktek berbuat baik tanpa memandang suku, agama, golongan sosial,dll itu sesungguhnya sangat SULIT DILAKUKAN. Bahasa lainnya: KERJA NYATA dengan HASIL NYATA lebih penting dan lebih bermanfaat bagi masyarakat ketimbang menjadi filsuf atau AHLI TATA KATA SEMATA. Dan BACOTAN saya sungguh jauh berbeda dengan apa yang disebut BERBUAT BAIK itu sendiri :):):) Otokritik terhadap diri sendiri. Mentertawakan diri sendiri. :):):) Meneladani apa yang sering dilakukan Gus Dur. :):):)

Warung Faiz

Wah abah dapat tiket pengganti gratisan_saya lg berbaik sangka,jangan2 karena melihat wajah abah...bagaimana kalo mbaknya melihat wajah saya,kira2 dapat gratisan jg nggak iya..ups

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

INI JUGA CERITERA TENTANG "BIYAYAKAN".. Sekitar tahun 2002. Saya dapat tugas di Singapore sendirian, yaitu nonton pameran telekomunikasi dan teknologi informasi, "Communic Asia", sekaligus ada seminarnya, di "Singapore Expo". Nah saat mau pulang, menjelang pulang, saat di hotel, semua keperluan dokumen di Bandara, saya kumpulkan jadi satu. Tiket pesawat dan paspor. Tetapi sesampai di Bandara, justru tiket dan paspor, tidak saya temukan. Maka, jelas, paniklah saya. Koper, tas, dan semua bawaan, saya bongkar, lagi, lagi, lagi. Tidak ketemu. Akhirnya saya ke Bandara lagi, ngejar waktu. Mikirnya nanti ajalah. Dan belum tahu nanti mau bagaimana setelah sampai bandara. Jadi saya naik taksi 3 kali pagi itu: Hotel - Bandara. Bandara - Hotel. Hotel - Bandara (lagi). Sesampai Bandara yang kedua, waktu boarding udah dekat. Begitu turun taksi, saya masih belum punya solusi. Tapi saya tetap lari-lari, kayak film India, dan mungkin juga kayak pak Dahlan, menuju counter check in. Langsung ikut antri juga. Sambil pikiran tetap kalut. Nanti kalau antrian udah sampai giliran saya, mau ngapain dan mau ngomong apa.. Pas udah tinggal 2 orang yang antri, tiba-tiba, saya tergerak tuk lihat "kantong koper" sempit itu. Saya "rogoh", ternyata yang saya cari f di situ. ### Langsung check in, boarding, terbang. Semua lancar. (Tiwas biyayakan, ora karuan)..

Kang Sabarikhlas

"Critical Saya" Anu,...daripada singkong saya pilih ketela sebab ketela ada manisnya, empuk, selaras gigi saya yg bogang Tapi yang jengkelin gambar ilustrasi anak TK, Abah naik pesawat odong² Duh...kapan ya? ilustrasi perjalanan pakai peta yang benar, biar jelas. Anda Sudah Tahu, 'saya belum sudah tahu Amrik' seperti Abah atau Pak Mirza Mirwan yang detil. Jadi saat baca CHD ini ndak ada rasa-nya. Coba banding²ke dengan baca karya Kho Ping Ho, romantisnya menghanyutken, apalagi baca karya Motinggo Boesye erotisnya asoiii... Anu..maaf, mungkin ini kondisi perasaan saya masih galau-balau? Kecewa kalah 4 nol dari Jepang lalu ndak bisa nonton tinju Mike Tyson, juga baca komen perusuh gegeran? Dan yang mengganggu pikiran, ituloh koq ada orang pinter punya emas 51kg dan uang senilai 920 M disimpan dirumahnya! Duh..eman, mbok dipinjemkan saya 1M kan bisa buat kulakan rumah. Kacian deh saya,..hik..hiks..

Kategori :