Menurut Haedar, masyarakat lebih menyukai ceramah yang banyak berisi candaan, padahal seharusnya candaan hanya selingan dari keseriusan.
"Masyarakat senangnya yang guyonan gitu kan, makanya nggak maju-maju kita, karena sukanya yang guyonan. Serius iya, tapi jangan guyon terus," kata Haedar pada pelantikan Rektor UM Surabaya 2024-2028.
BACA JUGA:Harap Bersabar, Jasa Marga Tak Berikan Diskon Tarif Tol Periode Libur Nataru
BACA JUGA:Polemik Gus Miftah, The Indonesian Institute: Perlunya Sertifikasi Penceramah Agama
Sedangkan penceramah yang secara berbobot membahas keilmuan justru sepi peminat.
"Coba kalau Pak Syafiq (Mughni) dakwah, pidato nggak didengar, padahal isinya 'daging' semua," tandasnya.
Lanjut Edy, pendakwah yang mengajak pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran (amar ma'ruf nahi munkar) harus dilihat dari multiaspek.