“Asia jadi korban utama dari kenaikan tarif AS. Ini akan berdampak jangka pendek dan panjang bagi negara-negara kecil dengan ekonomi terbuka,” kata Qian Wang, Kepala Ekonom Asia Pasifik di Vanguard.
Bangladesh sendiri mengekspor pakaian senilai US$8,4 miliar ke AS setiap tahun.
Kini, sektor itu terancam terpukul keras.
BACA JUGA:Prabowo dan PM Anwar Ibrahim Bahas Perang Tarif Trump di Malaysia
Kekacauan tak hanya terjadi di Asia.
Tiga indeks utama di Wall Street turun lebih dari 5% pada Jumat lalu, dengan S&P 500 jatuh hampir 6%—mencatatkan pekan terburuk sejak 2020. FTSE 100 di Inggris juga amblas hampir 5%, disusul bursa Jerman dan Prancis yang mengalami kejatuhan serupa.
“Perdagangan berjangka AS juga mengindikasikan sesi perdagangan berikutnya akan lebih parah,” kata Lee.
BACA JUGA:Florian Wirtz 'Kartu Trump' Manchester City, Penerus Kevin De Bruyne di Skuad The Citizens
Pasar saham global telah kehilangan triliunan dolar sejak Trump mengumumkan tarif impor 10% untuk hampir semua negara.
Barang-barang dari mitra dagang utama seperti China, Uni Eropa, dan Vietnam kini menghadapi beban tarif yang jauh lebih tinggi.