Tahun Baru Islam 1447 H, Menag Ajak Umat Refleksi dan Hijrah Makna

Jumat 27-06-2025,16:51 WIB
Reporter : M. Ichsan
Editor : M. Ichsan

JAKARTA, DISWAY.ID-- Menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, mengajak seluruh umat Islam di Tanah Air menjadikan momentum ini sebagai perenungan dan transformasi diri, bukan sekadar pergantian waktu atau ritual seremonial.

Menag menekankan pentingnya hijrah spiritual dan sosial, sejalan dengan pesan Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 20 yang menegaskan kemuliaan orang-orang yang berhijrah dan berjihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah.

BACA JUGA:Tiba-Tiba Pamer Berkas Naturalisasi, Ian Maatsen dan Jairo Riedewald Resmi Jadi WNI

BACA JUGA:Pemerintah Tambah Anggaran Program MBG Rp50 Triliun, Targetkan 82,9 Juta Penerima

"Hijrah dalam ayat ini bukan sekadar berpindah tempat, tapi berpindah arah. Dari gelap ke terang. Dari stagnan ke tumbuh. Dari biasa-biasa saja ke luar biasa dalam nilai dan kontribusi,” ujar Menag Nasaruddin Umar, dalam pernyataannya di Jakarta, Kamis 26 Juni 2025.

Menag mengajak masyarakat untuk merefleksikan makna hijrah dalam kehidupan sehari-hari. Ia mempertanyakan apakah umat sudah berhijrah dari rutinitas yang kering makna menuju amal yang bernilai, 

Serta sejauh mana identitas keislaman tercermin dalam kejujuran, kasih sayang, dan tindakan nyata.

BACA JUGA:10 Pemain Timnas Putri Berwajah Bule, Ada yang Berdarah Lumajang sampai Padang!

BACA JUGA:Promo JSM Alfamart Terbaru 27-29 Juni 2025, Spesial Gajian Detergen Cuma Rp9 Ribuan

"Sudahkah kita membawa Islam tidak hanya di kartu identitas, tapi juga dalam sikap dan perilaku kita sehari-hari?” tanyanya.

Tahun Baru Islam, menurutnya, tidak datang dengan gegap gempita, melainkan hadir dalam keheningan, zikir, dan refleksi, yang justru menjadi kekuatan spiritual umat untuk memulai perubahan besar dari dalam diri.

Menag juga mengapresiasi berbagai ekspresi budaya dalam menyambut 1 Muharram yang tersebar di berbagai daerah Indonesia, 

Seperti Tabuik di Pariaman, Grebeg Suro di Jawa, dan doa bersama di kampung-kampung. 

Hal ini menunjukkan harmoni antara nilai Islam dan budaya lokal yang tidak saling meniadakan, melainkan memperkaya dan memperkuat jati diri bangsa.

BACA JUGA:Sejarah Baru TERCIPTA! Thom Haye Tolak Liga 1 Demi Klub Top Eropa, Ucapan Alex Pastoor Terbukti

Kategori :