ROICAM 2025 pun mengangkat isu ini secara serius.
Dalam beberapa sesi, para ahli membahas pentingnya pendidikan digital health literacy agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi secara bijak.
Selain itu, pengembangan pelatihan tenaga medis tentang penggunaan AI dan sistem digital juga terus didorong.
Sayangnya, akses terhadap teknologi ini masih belum merata. Sebagian besar perangkat canggih dan sistem AI hanya tersedia di kota-kota besar.
“Kalau kita tidak hati-hati, justru bisa menciptakan kesenjangan pelayanan. Karena teknologi tinggi hanya dinikmati segelintir orang,” tambah dr. Hilman.
Dengan semangat kolaborasi, ROICAM 2025 mendorong sinergi lintas sektor mulai dari rumah sakit, pemerintah, akademisi, hingga pelaku industri teknologi, agar revolusi digital dalam pelayanan kanker tidak hanya jadi milik segelintir, tetapi untuk semua.