“Dia adalah salah satu pemimpin di ruang ganti, dan seharusnya memimpin dengan memberi teladan,” tulis Marca.
Secara teknis, keputusan Alonso dianggap logis. Sang pelatih ingin menjaga kebugaran pemain utamanya serta memperkuat stabilitas tim di menit-menit akhir.
Namun dari sisi sikap, klub menilai bahwa Vinicius perlu belajar menerima keputusan pelatih dengan kedewasaan, terutama mengingat perannya yang semakin besar dalam skuad Madrid.
Kemenangan atas Barcelona memang memberi Real Madrid dorongan besar di perburuan gelar La Liga, sekaligus mengakhiri rentetan empat kekalahan beruntun di El Clasico.
Meski demikian, manajemen klub menekankan bahwa mentalitas dan harmoni tim sama pentingnya dengan hasil di lapangan.
Setelah laga, Vinicius dikabarkan langsung kembali ke ruang ganti dan ikut merayakan kemenangan bersama tim, tindakan yang diapresiasi oleh pihak klub.
Namun, mereka berharap kejadian serupa tak terulang lagi, karena seorang pemain dengan status sebesar Vinicius harus mampu mengendalikan emosinya di bawah tekanan.
Insiden ini menjadi peringatan sekaligus momen refleksi bagi bintang asal Brasil tersebut.
Bagi Real Madrid, menang di El Clasico adalah prestasi besar, tetapi memastikan para pemain bintangnya tetap dewasa dan bersatu jauh lebih penting.
Jika Vinicius mampu menjadikan momen ini sebagai pelajaran, ia berpotensi menjadi sosok pemimpin sejati di Bernabeu.
Namun jika tidak, insiden ini bisa menjadi titik awal keretakan yang dapat berdampak pada masa depannya di klub raksasa Spanyol itu.