JAKARTA, DISWAY.ID – Sejak peluncuran inisiatif Making Indonesia 4.0 pada 2018, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mempercepat digitalisasi industri dengan mendorong adopsi teknologi mutakhir guna meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing global.
Sebagai tulang punggung percepatan tersebut, Kemenperin mengembangkan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), sebuah standar pengukuran kesiapan digital industri.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut bahwa indeks ini juga terintegrasi dengan pembangunan Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI 4.0) di bawah BPSDMI, yang disiapkan sebagai pusat solusi satu pintu transformasi industri.
BACA JUGA:Indonesia Sukses Capai Investasi hingga Rp 1.434,3 Triliun di Tahun 2025, Ini 5 Sektor Penyumbangnya
“Keberhasilan implementasi industri 4.0 tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga kesiapan sumber daya manusia serta kematangan proses bisnis,” ujar Menperin Agus di Jakarta, Senin (17/11/2025).
Salah satu langkah akselerasi digitalisasi adalah kolaborasi PIDI 4.0 dengan perusahaan global seperti Ericsson (Swedia), Qualcomm (AS), dan Kementerian Komunikasi dan Digital dalam penyelenggaraan Hackathon 2025 bertema “Indonesia’s NextGen Digital Sprint with 5G and AI.”
Kompetisi ini kembali digelar setelah sukses pada 2024, kini dengan jangkauan lebih luas untuk melibatkan talenta muda, startup, dan para pengembang dalam menciptakan prototipe berbasis 5G dan Artificial Intelligence (AI).
Rangkaian acara yang dimulai 18 September 2025 ini mencapai babak final pada 12–13 November 2025.
“Dalam konteks industri, penerapan AI dapat meningkatkan produktivitas, mengoptimalkan rantai pasok, serta menciptakan produk dan layanan yang lebih adaptif terhadap kebutuhan pasar,” tambah Menperin.
BACA JUGA:Overstay 2.900 Hari! 3 WN Afrika 'Check-In' ke Penjara, Imigrasi Bongkar Fakta Mencengangkan
Dari sisi pelaku industri global, Direktur Ericsson Indonesia Ronni Nurmal menegaskan pentingnya pemanfaatan 5G dan AI dalam sektor manufaktur.
Ia menyebut teknologi tersebut kini berkembang pesat dan berpotensi besar meningkatkan kinerja industri.
“Kami berharap banyak inovasi lahir dari pemanfaatan 5G dan AI untuk menjawab kebutuhan industri,” kata Ronni.