Ia menilai seharusnya terdapat diskusi dan perencanaan matang antara Wakil Ketua Umum PSSI dan pelatih, terutama terkait strategi krusial, termasuk laga penentuan melawan Myanmar yang membutuhkan kemenangan dengan margin gol tertentu.
Ketidaksiapan strategi, pemilihan pelatih yang sejak awal menuai perdebatan publik, hingga pemanfaatan pemain seperti Ivar Jenner yang dinilai tidak sesuai kapasitas, disebut sebagai bukti lemahnya perencanaan.
Selain itu, Binder juga menyoroti fakta bahwa Zainuddin Amali tidak hadir langsung mendampingi Garuda Muda di Thailand, meski berstatus sebagai penanggung jawab Timnas.
Binder menyebut kegagalan ini sebagai sesuatu yang memalukan, terlebih Timnas U-22 harus mengakui kekalahan dari Filipina.
BACA JUGA:Timnas Indonesia U-22 Kandas di SEA Games 2025, Indra Sjafri: Ini Tanggung Jawab Saya
Meski demikian, ia menegaskan kritik ini tidak dimaksudkan untuk menjatuhkan tim, melainkan menuntut akuntabilitas federasi.
"Kalau Erick Thohir bisa minta maaf atas kegagalan Timnas senior, maka publik berhak menunggu siapa dari PSSI yang bertanggung jawab atas kegagalan SEA Games ini," tegas dia.
Menurut Binder, evaluasi Timnas U-22 tidak boleh berhenti pada sosok pelatih semata. Publik menanti keberanian Zainuddin Amali untuk tampil ke hadapan publik dan menjelaskan secara terbuka kegagalan Timnas Indonesia U-22 yang digadang-gadang bertabur talenta, termasuk pemain diaspora, namun justru pulang tanpa prestasi dari SEA Games 2025.