SERANG, DISWAY.ID--Sebuah tradisi yang masih ramai dilakukan masyarakat yaitu munggahan jelang ramadan 2022 masih terus dilakukan.
Itu dilakukan pada satu, dua hari sebelum Ramadan. Munggahan berasal dari Bahasa Sunda yang berasal dari kata Unggah artinya naik.
Dimaknai naik ke tempat suci atau yang maha tinggi derajatnya. Tradisi ini menetap hampir pada seluruh masyarakat yang berada di tiap daerah.
Bentuk pelaksanaan bermacam-macam. Seperti, kumpul bersama keluarga dan kerabat, makan bersama, nyekar dan ziarah ke makam orang tua, ulama serta berwisata.
“Tradisi munggahan bentuk ekspresi suka cita masyarakat muslim menyambut datangnya bulan Ramadan yang dipastikan sebagai bulan suci, bulan penuh barokah,” ujar Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Serang Amas Tadjuddin, Rabu 23 Maret 2022.
Masyarakat menyambutnya dengan berbagai cara yang melambangkan kesucian, seperti membebaskan diri dari kesalahan saling memaafkan dan makan bersama sama sebagai tanda keberkahan
Apapun bentuk kegiatan masyarakat dalam rangka menyambut Ramadan, sepanjang tidak hura-hura dan mubadzir atau mengarah kepada amalan tidak patut maka dihukumi boleh boleh saja.
“Adapun secara khusus dalil yang berkaitan dengan tradisi munggahan tidak perlu dicari,” katanya.
Menurutnya, tradisi munggahan adalah baik-baik saja, kumpul kumpul bersama keluarga, makan bersama ngariung, menjalin silaturahim bahkan sangat dianjurkan. (RadarBanten)