MOSKOW, DISWAY.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin menolak pembayaran menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) atau euro untuk penjualan gas Alamnya yang dipasok ke "negara-negara yang tidak bersahabat", termasuk anggota Uni Eropa (UE) dan AS.
Dalam kebijakan barunya, Putin hanya menginginkan mata uang Rubel sebagai alat pembayaran yang sah dalam penjualan Gas Alamnya ke AS dan Uni Eropa.
"Selama beberapa pekan terakhir, beberapa negara Barat mengambil "keputusan tidak sah" untuk membekukan aset Rusia, sehingga merusak reliabilitas mata uang mereka," kata Putin pada pertemuan dengan para anggota pemerintah via tautan video dikutip dari Xinhua, Kamis 24 Maret 2022.
BACA JUGA:Suasana Makin Mencekam, Belarusia Segera Gabung ke Rusia Gempur Ukraina
BACA JUGA:Ramalan Zodiak, Kamis 24 Maret 2022, Virgo: Seseorang Akan Membantumu di Sepanjang Jalan
"Tidak masuk akal bagi kita untuk memasok barang-barang kita ke UE dan AS dan menerima pembayaran dalam dolar, euro, dan mata uang lainnya," sambungnya.
Putin memutuskan untuk mengimplementasikan serangkaian langkah untuk mengalihkan pembayaran ke rubel, dimulai dengan gas alam Rusia dalam waktu secepat mungkin.
BACA JUGA:Kabar Baik! Rusia Kembali Buka Visa Perjalanan Bagi Warga Indonesia, Kondisi Dijamin Aman
BACA JUGA:Chelsea Boleh Jual Tiket Laga Tandang, Tapi Keuntungan Dikelola UEFA dan Premier League
Terlepas apapun kondisi saat ini, Putin berjanji bahwa Rusia akan terus memasok gas sesuai dengan volume dan harga dalam kontrak yang ada.
"Perubahan hanya akan memengaruhi mata uang pembayaran," ujarnya.
"Saya meminta pemerintah untuk mengeluarkan arahan yang relevan kepada (raksasa industri gas Rusia) Gazprom untuk mengubah kontrak yang ada," imbuhnya.
BACA JUGA:80 Juta Masyarakat Diperkirakan Mudik Lebaran Tahun Ini, Kemenhub: Persyaratan Harus Booster
Putin pun menginstruksikan bank sentral dan pemerintah untuk menentukan prosedur pembayaran dalam mata uang rubel dalam waktu sepekan.