Port Dickson

Selasa 09-10-2018,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

 


Gosip permusuhan itu langsung reda. Mahathir Mohamad tiba-tiba turun gunung. Ke Port Dickson. Tanggal 8 kemarin. Ikut kampanye. Untuk Anwar Ibrahim.

Posisi Anwar sebenarnya sudah cukup kuat. Enam lawannya (bukan lima seperti disway lalu) tergolong ringan. Biar pun itu Mohd Saiful Bukhari Azlan. Yang dulu mengadukan Anwar. Sebagai korban disodomi. Sampai Anwar masuk penjara. Dan sempat hancur karir politiknya.

Saiful maju sebagai caleg independen. Ia mengaku tidak dibayar siapa pun. Bukan untuk menjegal Anwar.
Tapi memang aneh. Mengapa tiba-tiba maju di dapil Port Dickson. Yang bukan basisnya --kalau pun punya basis.

Waktu mengadu disodomi dulu umur Saiful baru 23 tahun. Kini sudah 33 tahun. Sudah punya dua anak.
Yang juga sudah beda: di dahinya tidak terlihat lagi dua noktah bayangan hitam. Yang dulu mengesankan ia rajin sekali bersujud. Kini wajahnya klimis. Dengan kumis tipis. Dan jenggot dirawat cepak.

Saiful juga berterus terang: tidak punya cukup uang untuk pencalonannya ini. Ia menggalang dana publik. Membuka dompet di medsos. Sumbangan 1 ringgit pun akan ia syukuri. Sebagai dukungan rakyat Port Dickson. Di pantai negara bagian Negeri Sembilan itu.

Hari pertama Saiful mendapat 500 ringgit. Atau sekitar Rp 1,8 juta. Seminggu kemudian mendapat 2,500 ringgit.

Saiful tidak mengumpulkan masa. Jumat lalu ia ke pantai. Menemui nelayan. Ia berjanji akan mengutamakan penyelamatan pantai itu. Dengan terumbu karang buatan. Agar nelayan bisa lebih banyak dapat ikan.

Pekerjaan sehari-hari Saiful adalah konsultan media.

Ia memang lincah. Mudah bergaul. Itulah sebabnya Anwar merekrutnya sebagai staf pribadi. Saat Anwar masih di puncak politik dulu.

Tugas Saiful waktu itu sangat khas: melobi para politisi. Yang menunjukkan niat bergabung ke kubu Anwar. Sampai-sampai Saiful tidak menamatkan kuliahnya. Di jurusan tehnik universitas milik PLN-nya Malaysia.
Bukan hanya Saiful yang berusaha menggerogoti Anwar. Di dapil Port Dickson itu.

Mantan Ketua Mahkamah Agung Malaysia Tun Abdul Hamid Muhamad mempersoalkan keabsahan Anwar menjadi caleg. Dari sisi hukum.

Tun Abdul Hamidlah yang 5 tahun lalu menghukum Anwar: terbukti bersalah. Melakukan sodomi. Dihukum 5 tahun. Di masa kekuasaan Najib Razak.

Kini usia Tun Abdul Hamid sudah 75 tahun. Dan masih rajin menulis.

Ia juga yang 10 tahun lalu membebaskan Anwar. Dari tuduhan sodomi. Di masa pemerintahan Mahathir Muhamad.

Mengapa Tun Abdul Hamid berpendapat pencalonan Anwar di Port Dickson tidak sah?

Pengampunan dari Yang Dipertuan Agong untuk Anwar tidak sah. Tidak melalui prosedur yang benar. Di situ YDPA bertindak sebagai mahkamah. Itu melanggar konstitusi. Pengampunan itu mestinya lewat sidang-sidang dewan hukum. Baru formalnya oleh YDPA.

''Jelas sekali pengampunan itu diberikan karena partainya Anwar menang pemilu,'' tulis Tun Abdul Hamid. Ini menandakan Malaysia bukan negara hukum. Ini menunjukkan hukum adalah penguasa. Penguasa adalah hukum.

Tapi mengapa ia dulu membebaskan Anwar? Untuk kasus sodomi jilid 1?
''Beda,'' tulisnya.

Yang pertama dulu jarak pengaduan dan perbuatan sangat lama. Tidak ada bukti sama sekali.

Yang jilid 2 itu, katanya, Saiful mengadu hanya beberapa hari setelah kejadian. Ada DNA Anwar di dubur Saiful. Dan yang lebih penting Saiful melakukan sumpah secara Islam. Dilakukan di masjid. Dengan mengangkat Al Quran. Siap dilaknat sampai keturunannya. Disaksikan imam masjid dan ayahandanya.

''Anwar tidak mau melakukan sumpah serupa,'' tulisnya.

Kita ini, di Indonesia, terlalu jauh untuk menilai siapa yang benar. Yang jelas menjelang Pemilu lalu Tun Abdul Hamid menulis artikel. Agar pribumi memperkuat UMNO. Jangan justru melemahkan UMNO.

UMNO lah, tulisnya, yang benar-benar bisa diandalkan. Untuk membela pribumi. Dan Islam. Bukan partainya Anwar. Yang didominasi dan disetir oleh kalangan Tionghoa.

Semua itu kelihatannya tidak mampu menggoyahkan Anwar. Komisi penyelenggara Pemilu sudah mengesahkan pencalonan Anwar. Sudah menolak semua pengaduan itu.

Apalagi Mahathir ikut turun gunung. Para pendukung UMNO, kalau masih ada, akan berubah sikap.

Apalagi UMNO sudah seperti di ujung keruntuhannya. Seiring dengan rontoknya kekuasaan Najib Razak. Beserta tas-tas Hermes istrinya. Birkinnya. Berliannya.

Pemilu sela di Port Dickson tinggal tiga hari lagi. Hari ini pun sudah boleh mulai nyoblos. Meski resminya baru tanggal 13 lusa.

Politik selalu ruwet. Juga negara tetangga kita.(dahlan iskan)

Tags :
Kategori :

Terkait