Di dalam hadis lain disebutkan,
إِذَا تَمَنَّى أَحَدُكُم فَلْيُكثِر ، فَإِنَّمَا يَسأَلُ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
“Barangsiapa yang mengangankan sesuatu (kepada Allah), maka perbanyaklah angan-angan tersebut. Karena ia sedang meminta (berdoa) kepada Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ibnu Hibban no. 889, dinilai sebagai hadis sahih oleh Syekh Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 437)
Salah seorang ulama, Muhammad bin Hamid rahimahullah pernah berkata,
قلت لأبي بكر الوراق: علمني شيئا يقربني إلى الله – تعالى – ويقربني من الناس، فقال: أما الذي يقربك إلى الله فمسألته، وأما الذي يقربك من الناس فترك مسألتهم – طبقات الصوفية للسلمي (ص224)، شعب الإيمان (2/35).
“Aku bertanya kepada Abu Bakar Al-Warraq, ‘Ajarkan kepadaku perihal sesuatu yang akan mendekatkanku kepada Allah dan manusia.’ Lalu ia menjawab, ‘Adapun sesuatu yang akan mendekatkanmu dengan Allah adalah terus meminta kepada-Nya. Dan sesuatu yang akan mendekatkanmu dengan manusia adalah meninggalkan perkara meminta-minta/mengemis kepada mereka.’” (Syu’abul Iman, 2: 35)
Salah dan keliru bila ada yang mengatakan, “Tidak layak bagi seorang hamba meminta kepada Allah, kecuali surga.” Atau mengatakan, “Banyaknya doamu dan keinginanmulah yang menyebabkan doamu tak kunjung dikabulkan.” Karena sesungguhnya Allah Ta’ala Mahapemberi, Mahamengabulkan semua keinginan.
Sayangnya, di dalam berdoa seorang hamba terkadang terjatuh ke dalam kesalahan. Baik itu berdoa dan meminta sesuatu kepada selain Allah, tergesa-gesa di dalam meminta pengabulan, dan terburu-buru menyimpulkan bahwa doanya tidak didengar dan tidak dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Padahal, tidak terkabulnya doa seorang muslim itu di antara dua hal. Bisa jadi ada faktor-faktor yang tidak kita sadari dan itu menghalangi terkabulnya doa kita. Atau bisa jadi Allah Ta’ala mengabulkan doa kita dengan cara lain, yang kadang tidak sesuai dengan yang kita minta.
Faktor penghalang terkabulnya doa
Terkabulnya sebuah doa itu tergantung kualitas doa tersebut. Layaknya pedang di tangan seseorang, maka itu juga akan berbeda-beda tergantung siapa yang mengayunkannya. Ibnul Qayyim rahimahullah pernah memberikan permisalan,
والأدعية والتعوذات بمنزلة السلاح ، والسلاح بضاربه ، لا بحده فقط ، فمتى كان السلاح سلاحا تاما لا آفة به ، والساعد ساعد قوي ، والمانع مفقود ، حصلت به النكاية في العدو . ومتى تخلف واحد من هذه الثلاثة تخلف التأثير
“Doa dan ta’awwudz memiliki kedudukan sebagaimana layaknya senjata. Kehebatan sebuah senjata sangat bergantung kepada pemakainya, bukan hanya dari ketajamannya. Jika senjata tersebut adalah senjata yang sempurna, tidak ada cacatnya, lengan penggunanya adalah lengan yang kuat, serta tidak ada suatu penghalang, maka tentulah ia mampu dipakai untuk menghantam dan mengalahkan musuh. Namun, apabila salah satu dari tiga hal tersebut hilang, maka efeknya juga melemah dan berkurang.” (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’, hal. 35).
Begitu pula dengan doa. Jika doa tersebut pada dasarnya memang tidak layak, atau orang yang berdoa tidak mampu menyatukan antara hati dan lisannya, atau ada sesuatu yang menghalangi terkabulnya doa tersebut, maka tentu saja efeknya juga tidak ada.
BACA JUGA:Kylian Mbappe Hijrah ke Real Madrid, Sumber PSG: Kami Tawari Ban Kapten dan Ini Bukan Persoalan Uang